1.11. Dasar–Dasar Serat Tekstil
Serat tekstil adalah suatu benda yang memiliki perbandingan antara panjang dan diameter sangat besar. Serat dapat digunakan sebagai serat tekstil harus memenuhi persyaratan diantaranya adalah panjang, fleksbilitas, dan kekuatan. Serat tekstil merupakan bahan dasar pembuatan benang dengan cara dipintal, benang yang telah jadi kemudian ditenun menjadi kain dengan cara menganyam benang lusi dan pakan. Benang lusi adalah benang yang terletak kearah panjang kain benang pakan adalah benang yang terletak kearah lebar kain.
Setelah menjadi kain masih banyak pekerjaan lain yang dilakukan terhadap kain tersebut untuk memperbaiki kualitas dan daya guna dari kain tersebut seperti diputihkan, dicelup, dicap, dan finishing. Pekerjaan ini disebut dengan penyempurnaan tekstil. Kadang – kadang penyemurnaan tekstil juga dilakukan pada benang.
1.11.1. Penggolongan Serat
Serat tekstil digolongkan atas serat alam dan serat buatan seperti terlihat pada gambar 2-1 klasifikasi serat tekstil
Sifat Fisika Serat
1. Panjang Serat
Panjang serat yang digunakan untuk bahan tekstil lebih besar seribu kali dari diameternya. Perbandingan yang sangat besar memberikan sifat fleksibilitas (mudah dirubah bentuknya) sehingga memungkinkan untuk dapat dipintal. Panjang serat ini juga menentukan nomor dan kehalusan benang yang d ikendaki.
Pada umumnya bentuk panjang serat dapat dibedakan dalam ;
- stapel
- filamen
- tow
- monofil
Stapel
Adalah serat-serat yang panjangnya hanya beberapa inchi ( 1 inchi = 2,54 cm ). Serat alam pada umumnya panjangnya berbentuk stapel. Serat buatan diproduksi dalam bentuk stapel dengan cara memotong filamen menjadi stapel yang panjangnya 1 – 6 inchi.
Filamen
Adalah serat – serat yang sangat panjang ,misalnya serat sutera. Serat buatan mula-mula dibuat dalam bentuk filmen.
Tow
Adalah multi filamen yang terdiri dari puluhan atau ratusan ribu filamen dalam bentuk berkas seperti silver, kadang-kadang dengan antihan sedikit.
Monofil
Adalah monofilamen artinya satu filamen. Benang monofilamen adalah benang yang terdiri dari satu helai filamen.
- Kekuatan Serat
Kekuatan serat didefinisikan sebagai kemampuan serat menahan suatu tarikan/ regangan. Kekuatan serat menrupakan faktor yang menunjang langsung kekuatan produksi akhir.baik berbentuk benang maupun dalam bentuk kain. jika sifat lainnya tetap maka makin kuat serat makin kuat benangnya/ kainnya.
Serat yang kuat akan lebiih kaku, oleh karena itu kain yang mepunyai rabaan yang lembut disarankan untuk mengunakan serat yang kekuatannya sedang. Pada umumnya dalam keadaan basah kekuatannya menjadi turun, tetapi serat sellulosa dalam keadaan basah kekuatannya naik.
Jenis Serat
|
Keadaan
| |
Kering
|
Basah
| |
Kapas
|
3,8
|
4,8
|
Rami
|
6,7
|
8,7
|
Flex
|
6,6
|
8,4
|
Wol
|
1,3
|
0,8
|
Sutera
|
4,5
|
3,9
|
Rayon
|
1,7 – 5,0
|
1,0
|
Asetat
|
1,1 – 1,5
|
0,8
|
Nylon
|
8,8 – 4,3
|
7,4 –3,6
|
Dacron
|
7,5 – 4,5
|
7,5 – 4,5
|
Gelas
|
6,4
|
5,8
|
Orlon
|
2,5
|
2,5
|
Acrilan
|
2,7 – 2,0
|
2,0
|
Kekuatan Serat dalam Satuan Gram/Denier
- Mulur dan Elastisitas
Elastisitas adalah kemampuan serat untuk kembali kebentuk semula setelah mengalami tarikan. Mulur adalah pertambahan panjang setelah mengalami tarikan. Serat tekstil biasanya memiliki elastisitas dan mulur saat putus minimal 10 %. Kain yang dibuat dari serat yang memiliki elastisitas baik biasanya stabilitas dimensinya baik dan tahan kusut. Serat buatan dapat diatur derajat mulur dan elastisitasnya sewaktu pembuatan serat.
Tabel 2-2
Mulur Saat Putus Serat-Serat Tekstil
Mulur Saat Putus Serat-Serat Tekstil
- SeratMulur %Kapas6,7Flex2Wol25 – 35Sutera20Rayon9 – 12Asetat25Nylon16 – 28Dacron25 – 36Gelas2Orlon20 – 28Acrilan35
4. Daya Serap
Hampir semua serat dapat menyerap uap air sampai batas tertentu. Serat - serat yang dapat menyerap uap air lebih banyak digunakan. Serat yang higroskopis lebih enak dipakai. Serat yang sedikit menyerap uap air disebut hidrofob. Serat hidrofob dalam keadaan basah dan kering memiliki sifat yang sama, epat kering dan kecil mengkeretnya.
Kandungan uap air dalam serat tekstil dapat dinyatakan dalam:
- M oisture Content ( MC ) yaitu prosentase kandungan air terhadap serat dalam kondisi tertentu, dengan rumus:
- M oisture Regain ( MR ) yaitu prosentase kandungan air terhadap berat kering mutlak, dengan rumus:
Dimana Bn = berat nyata serat dalam suatu kondisi
Bk = berat kering mutlak serat
Tabel 2-3
Kandungan Uap Air pada Serat Tekstil
Kandungan Uap Air pada Serat Tekstil
- SeratKandungan Air (%)Wol15Rayon Vikosa11Sutera11Kapas8Flax12Asetat6Nilon4,5Poliester (Dakron),4Rayon (biasa)13Gelas0,0Orlon1,5Acrilan1,5
- Kriting dan Pilinan Serat
Beberapa serat alam telah mempunyai pilinan pada waktu tumbuhnya yang disebut pilinan asli. Serat kapas memiliki pilinan asli kira-kira 155-600/inchi. Pilinan ini dapat dilihat dengan mikroskop. Serat woll lebih bergelombang atau keriting dari serat lain. Bentuk gelombang atau keriting ini mempunyai pengaruh terhadap daya kohesi antar serat sehingga dapat menghasilkan benang yang ruah ( lofty )
Untuk serat-serat buatan bentuk keritingdapat diberikan secara mekanik dalam pembuatannya.
- Kehalusan Serat
Kehalusan serat turut menentukan kekuatan dan kehalusan benangnya, makin halus makin baik, tetapi terlalu halus untuk suatu serat alam dapat menunjukkan mudanya serat itu. Pada umumnya serat - serat yang panjang cenderung halus, dan serat yang pendek cenderung kasar.
- Kedewasaan Serat
Kedewasaan serat menunjukkan tua mudanya serat. Serat dewasa berarti serat tersebut berkembang dengan sempurna dan sebaliknya serat muda sewaktu dipintal banyak membentuk nep ( serat yang kusut ) dan tidak tahan terhadap gesekan.
- Warna Serat
Pada umumnya makin putih, warna serat makin baik. Dalam beberapa hal karena gangguan iklim,hama, jamur dan lain – lain. Serat alam akan berwarna krem, coklat, abu – abu, biru atau berbintik.
1.11.2. Sifat – Sifat Kimia Serat
Proses-proses penyempurnaan tekstil banyak sekali menggunakan zat-zat kimia, baik berupa oksidator, reduktor, asam, basa, atau lainnya. Karena itu ketahanan terhadap banyak zat kimia pada serat tekstil merupakan suatu syarat yang penting. Ketahanan terhadap zat kimia atau kereaktifan kimia pada setiap jenis serat tergantung pada struktur kimia dan adanya gugus – gugus aktif pada molekul serat. Pelarut –pelarut untuk pencucian kimia, keringat, sabun, detergen, zat pengelantangan, gas dalam udara, cahaya matahari menyebabkan kerusakan secara kimia kepada hampir semua zat tekstil.
Sifat kimia serat kapas: tahan terhadap penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal, kekuatan menurun oleh zat penghidrolisa karena terjadi hidro-selulosa mempunyai efek kilap, karena proses mersirasi, serat mudah diserang oleh jamur dan bakteri terutama dalam keadaan lembab dan pada suhu yang hangat.
Sifat kimia serat wol: tahan terhadap jamu dan bakteri tetapi bila wol telah rusak oleh zat kimia terutama alkali pada pH 8, wol mudah diserang serangga dan jamur yaitu kekuatan turun.
Sifat kimia serat sutera: tidak mudah rusak oleh larutan asam encer hangat, tapi larut dengan cepat didalam asam kuat. Sutera mudah diserang oleh oksidator, tahan terhadap jamur, serangga,dan bakteri. Pemanasan yang lama dalam air menyebabkan kilau dan kekuatan berkurang.
Sifat kimia rayon viskosa cepat rusak oleh asam, kekuatan berkurang oleh jamur. Paling sesuai diputihkan dengan natrium hipoklorit dalam suasana netrl. Sifat kimia nylon tahan terhadap pelarut – pelarut dalam pencucian kering. Tahan terhadap asam encer, tahan terhadap basa.
Sifat kimia poliester tahan asam, basa lemah tetapi kurang tahan basa basa kuat, tahan zat oksidator, alkohol, sabun, dan zat untuk pencucian kering. Tahan terhadap jamur, serangga dan bakteri.
1. Polimer
Ditinjau dari segi kimia, serat tekstil tersusun dari molekul – molekul yang sangat besar. Polimer adalah molekul yang sangat besar yang tersusun dari ulangan unit – unit kimia kecil (monomer) yang sederhana. Serat tumbuh – tumbuhan seperti kaps, jute, rami, dan sebagainya tersusun atas molekul – molekul selulosa yang merupakan pengulangan sisa glukosa (C6H12O6).
Serat rayon adalah serat yang dibuat dengan cara regenarasi polimer – polimer selulosa yang diperoleh dari kayu atau sisa – sisa kapas pendek ( inters ), sedangkan serat buatan seperti poliester dan nylon tidak dibuat dari polimer alam, tetapi polimer yang dibuat dari senyawa kimia kecil dan sederhana yang dibuat monomer. Unit - unit kimia yang diulang dalam suatu polimer memiliki bentuk yang sama atau hampir sama dengan monomernya.
Pengulangan unit – unit tersebut dapat membentuk polimer linier, bercabang, atau jaringan.
Umpama :
Senyawa kimia asal ( monomer ) adalah A, unit yang berulang A’ dimana A’ hampir sama dengan A.
Maka:
Polimer Linier : - A’ - A’ - A’ - A’ - A’-
Polimer Cabang : -A’ – A’ – A’ – A’
A’
Polimer jaringan : -A’ – A’ –
A’ A’
A’
2. Bentuk Penampang Serat
Bentuk penampang lintang serat sangat bermacam – macam ada yang berbentuk bulat,lonjong, bergerigi, segitiga, pipih dan sebagainya. Untuk jenis yang sama, serat alam mempunyai penampang lintang yang sangat bervariasi, sedangkan serat – serat buatan untuk untuk jenis yang sama pada umumnya sama. Makin bulat penampang lintangnya, makin baik kilaunya dan makin lemas pegangannya, tetapi makin rendah daya penutupnya karena makin banyak ruang udara.
1.12. Identifikasi Serat
Dengan makin berkembangnya tekstil serat tekstil buatan jumlah jenis serat yang digunakan dalam pertekstilan makin banyak, bahkan pada beberapa jenis serat telah dikembangkan untuk meningkatkan mutunya.Pada akhir-akhir ini banyak bahan testil yang dbuat dari campuran dua macam serat atau lebih, dengan tujuan untuk menignkatkan mutu atau mendapatkan sifat-sifat tertentu pada kain jadinya.
Karena jenis dan kadar serat dalam tekstil mempengaruhi sifat kain dan harganya, maka jenis dan kadar serat dalam tekstil perlu diketahui dengan tepat. Oleh karena itu cara identifikasi dan analisa serat tekstil pada bahan tekstil sangat penting. Apalagi jika keterangan yang tertera pada suatu bahan tekstil tidak selalu dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya
Identifikasi serat didasarkan terutama beberapa sifat khusus dari suatu serat, yaitu : morfologi, sifat kimia atau sifat fisikanya.
Benang
tunggal ialah
benang yang terdiri dari satu helai benang saja. Benang ini terdiri dari
susunan serat-serat yang diberi antihan yang sama.
Benang
rangkap ialah
benang yang terdiri dari dua benang tunggal atau lebih yang dirangkap menjadi
satu.
Benang
gintir ialah
benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang atau lebih bersama-sama.
Biasanya arah gintiran benang gintir berlawanan dengan arah antihan benang tunggalnya. Benang yang digintir lebih kuat daripada
benang tunggalnya.
Benang tali ialah benang yang dibuat dengan menggintir
dua helai benang gintir
atau lebih bersama-sama.
Pada umumnya
identifikasi serat dilakukan menurut beberapa cara, terutama pengamatan dengan mikroskop
dan cara kimia, untuk mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pada
serat alam, morfologi serat menunjukkan suatu bentuk dengan perbedaan
yang besar antara satu dengan yang lainnya. Ini disebabkan karena serat tersebut ditentukan
oleh jenis tanaman dan jenis hewannya. Karena itu morfologi serat dari serat alam sangat menentukan dalam identifikasi
seratnya. Sebaliknya sifat kimia serat alam perbedaannya sangat kecil,
karena serat tersebut selalu tersusun oleh selulosa atau protein.
Pada serat buatan, yang lebih memegang peranan adalah
sifat kimia dan sifat fisikanya.
Urutan proses identifikasi yang umum
dilakukan ialah pengujian dengan : - Cara
mikroskopik
- Cara pelarutan
- Cara pembakaran
Dalam praktek
identifikasi serat biasanya tidak seluruh urutan proses tersebut dilakukan, karena dengan
sebagian cara pengujian sudah dapat ditentukan dengan pasti jenis serat yang
diperiksa.
1.12.1. Cara Mikroskopik
Cara ini digunakan untuk
memeriksa morfologi serat. Pada pemeriksaannya dibutuhkan suatu mikroskop. Dengan alat ini kita dapat memeriksa serat di
mana terdapat campuran serat yang berbeda jenisnya. Oleh karena itu
pemeriksaan dengan mikroskop adalah cara yang paling penting dan banyak
digunakan untuk identifikasi serat.
|
Keterangan :
1.
|
Statif
|
7. Lensa obyektif
|
2.
|
Tubus
|
8. Revolver
|
3.
|
Meja obyek
|
9. Diafragma
|
4.
|
Sekrup makro
|
10. Kondensor abbe
|
5.
|
sekrup mikro
|
11. Cermin
|
6.
|
lensa okular
|
Morfologi serat yang
penting dalam pengamatan dengan mikroskop adalah bentuk pandangan membujur dan penampang lintangnya, dimensinya, adanya dumen
dan bentuk serta struktur bagian dalam dan permukaan serat.
Bahan
tekstil yang akan diidentifikasi pada umumnya harus dipersiapkan terlebih
dahulu. Persiapan contoh uji akan mengalami pengerjaan secara mekanik dan secara kimia.
1.12.1.1. Pengerjaan Secara
Mekanik
Beberapa kemungkinan cara
pencampuran serat-serat yang terdapat pada kain, yaitu :
-
Serat dari benang lusi berbeda dengan serat dari benang
pakan.
-
Benang lusi atau pakan merupakan benang gintir, yang
masing-masing benang tunggalnya terdiri dari campuran serat yang
berbeda jenisnya.
-
Kombinasi atau campuran dari keadaan di atas.
Dilihat dari
kemungkinan-kemungkinan di atas, maka pengambatan harus dimulai
dari serat-serat benang tunggal, kemudian dilanjutkan ke seluruh benang baik lusi maupun
pakan. Benang diuraikan menjadi helai-helai serat. Jumlah komponen serat yang
berbeda dalam benang ditentukan dengan mikroskop.
1.12.1.2. Pengerjaan Secara
Kimia
Pada pengerjaan ini
pertama-tama ialah penghilangan zat warna dari bahan tekstil yang telah
dicelup. Bahan yang sudah dicelup akan menyulitkan pengamatan kita. Dalam hal ini tertentu zat warna tersebut harus
dihilangkan, seluruhnya atau sebagian dengan menggunakan zat-zat kimia.
Beberapa
zat warna dapat dihilangkan dengan larutan amonia 1% yang panas, larutan natrium karbonat
panas atau hangat, larutan alkali atau hidrogen peroksida.
Apalagi dengan pelarutan tersebut zat
warna tidak dapat larut, maka dapat dipakai salah satu bahan pelarut di bawah ini, yaitu :
- Larutan natrium
hidrosulfit 5% dengan natrium hidroksida 1%.
Larutan ini merupakan perlarut zat
warna yang baik, cocok untuk berbagai macam zat warna dan serat. Kerjanya akan
lebih baik bila suhu dinaikkan menjadi 60 –
80 derajat celcius atau mendidih. Untuk menghilangkan zat warna bejana
penambahan piridin 10% akan memperbaiki daya kerja larutan. Larutan ini
bersifat basa, karenanya tidak baik untuk serat protein.
- Larutan natrium
hidrosulfit yang asam
Larutan ini dipakai untuk serat protein atau campuran
serat protein dan selulosa.
Mula-mula serat dikerjakan dengan larutan asam asetat lemah pada suhu 600C. Kemudian ke dalam larutan
ditambahkan larutan natrium hidrosulfit. Campuran ini didihkan selama 15
– 20 menit.
Setelah selesai pengerjaan tersebut, serat dicuci dengan
air panas dan air dingin
untuk menghilangkan sisa natrium hidrosulfit.
- Larutan natrium hipokhlorit
Larutan alkali dingin yang mengandung
paling sedikit 2 gram khlor aktif dapat digunakan
untuk serat selulosa. Jika larutan tersebut adalah asam (0,04% asam asetat atau asam sulfat) maka bekerjanya akan
lebih efektif tetapi merusak selulosa. Sesudah pengerjaan dengan larutan
tersebut, bahan dikerjakan dalam larutan anti khlor (larutan tiosulfit
50 gram/l).
- Larutan piridin 20 – 60%
Larutan ini akan menghilangkan hampir seluruh zat warna
direk.
- Larutan asam asetat 5% mendidih
Larutan ini akan
menghilangkan zat warna basa dari sutera atau larutan amonia 1% mendidih juga
akan menghilangkan zat warna asam dari sutera atau wol.
- Larutan natrium khlorit 5% dalam asam asetat
encer
Larutan ini digunakan untuk menghilangkan zat warna hitam
anilin dan zat warna
belerang.
- Alkohol 95% ditambah aseton 10%
Larutan ini digunakan untuk melarutkan zat warna pada
serat selulosa asetat.
Pengerjaan secara kimia yang lain
juga dikerjakan misalnya penghilangan kanji atau zat penyempurnaan yang lain.
Penghilangan kanji dapat dilakukan
dengan larutan encer diastase 3% pada suhu 650C selama 1 jam.
Zat
penyempurnaan dapat dihilangkan dengan memasak bahan dalam air mendidih
yang mengandung deterjen, lalu dicuci, dikeringkan lalu dididihkan dalam karbon tetra khlorida
selama 20 menit, dicuci karbon tetra khlorida dan dikeringkan. Setelah bahan bebas dari zat-zat yang lain barulah
kita mempersiapkan contoh uji yang
akan diperiksa dengan mikroskop. Dengan mikroskop ini dapat diketahui
bentuk-bentuk penampang lintang, pandangan membujur, ukuran permukaan serat dan
struktur bagian dalam serat.
Untuk
mendapatkan hasil pengamatan yang baik, diperlukan mikroskop yang mempunyai perbesaran 100 – 150 kali. Perlengkapan
mikroskop yang diperlukan ialah kaca obyek (slide glass) jarum pemisah,
kaca penutup (cover glass), alat untuk
membuat penampang lintang serat perekat dan pisau silet yang tajam.
Sebelum
dilakukan pengamatan maka harus dilakukan persiapan lebih dahulu :
Kaca obyek dan kaca penutup harus
betul-betul bersih, karena kotoran akan membuat bayangan yang kurang jelas di
dalam mikroskop sehingga dapat membingungkan.
Kaca obyek dan kaca penutup
ini harus bebas lemak, sehingga cairan dapat merata dan tidak membentuk
tetesan-tetesan. Kaca obyek dan kaca penutup yang
baru harus dibersihkan dengan amonia 5% atau alkohol 50%, kemudian dikeringkan
dengan kain kaca penyerap atau kertas lensa.
Untuk
membersihkan kaca obyek yang sudah dipakai, dapat digunakan campuran bikhromat yang
terdiri dari kalium bikhromat 200 gr, air 800 ml dan asam sulfat pekat 1,2 L. Kaca obyek yang sudah dipakai direndam dalam larutan
tersebut selama 2 hari.
- Persiapan serat
penampang membujur
Sebelum
diletakkan di atas kaca obyek serat sudah dibersihkan dan dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Untuk pengamatan serat penampang
membujur dengan mikroskop, serat diletakkan
di atas kaca obyek dengan medium zat cair. Untuk pengamatan biasa, umumnya digunakan air, tetapi untuk
mendapatkan pengamatan yang lebih baik digunakan minyak mineral,
gliserin atau zat lain. Penggunaan zat ini selain
karena zat tersebut tidak mudah menguap, sehingga persiapan serat dapat
lebih lama, juga untuk mendapatkan medium dengan indeks bias yang sesuai.
Bila perbedaan indeks bias antara
serat selulosa dengan medium besar, serat akan
tampak gelap dan kurang tembus cahaya sehingga permukaan serat yang kelihatan
lebih jelas. Tetapi bila perbedaan indesk bias antara serat dan medium kecil, maka serat akan tampak tembus cahaya
dan struktur bagian dalam serat kelihatan lebih jelas.
Menurut Preston
perbandingan indeks bias yang baik antara serat dan medium adalah 2006 untuk
serat yang tidak diwarnai. Untuk pengamatan pemasangan membujur serat,
serat diletakkan sejajar di atas kaca obyek dan dipisahkan satu dari yang
lainnya dengan jarum supaya tidak menumpuk, kemudian ditutup dengan
kaca penutup, dan dari salah satu sisi kaca penutup ditetesi medium. Jumlah air atau
medium ini tidak boleh terlalu sedikit.
Untuk pengamatan penampang lintang
serat, persiapannya sama seperti persiapan untuk pengamatan penampang membujur,
tetapi sebelumnya serat harus dipotong membentuk irisan lintang.
- Persiapan serat
penampang melintang
Untuk
mendapatkan irisan lintang serat dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan cara metoda gabus dan dengan alat
mikrotom tangan atau mikrotom mekanik.
Di sini hanya akan diterangkan cara gabus, cara yang paling sederhana,
yaitu menu rut bagan sesuai dengan gambar 2 – 2.
- Jarum mesin jahit yang panjang berisi benang nylon halus
ditusukkan melalui tengah-tngah gabus. (gambar 2 – 2 b)
- Suatu kawat kecil dimasukkan pada lengkungan benang yang
menonjol, kemudian jarum ditarik kembali dengan meninggalkan lengkungan
benang pada gabus. (gam bar 2 – 2 c)
-
Sekelompok serat yang telah disejajarkan dan diberi lak diletakkan dalam lengkungan benang dan dengan hati-hati ditarik
masuk ke dalam gabus dengan cara menarik ujung-ujung benang. Jumlah
serat yang ditarik harus cukup tertekan
sehingga serat akan terpegang oleh gabus dengan baik, tanpa terjadi
perubahan bentuk serat. (gambar 2 – 2 d)
- Permukaan gabus yang mempunyai ujung serat yang menonjol
dipotong rata dengan pisau silet tajam. (gambar 2 – 2 f)
- Setelah laknya kering, gabus diiris tipis menggunakan
pisau silet tajam. (gambar 2 – 2 g)
- Irisan gabus yang mengandung potongan serat ditempelkan
pada kaca penutup dengan setetes gliserin.
- Kaca penutup dengan potongan gabus dibawahnya diletakkan
pada kaca obyek, sehingga seluruh irisan dapat terletak dalam satu fokus.
(gambar 2 – 2 j)
1.12.2. Cara Pelarutan
Cara pelarutan ini dapat dilakukan dalam kaca arloji yang mengandung
pelarut. Serat yang diperiksa dengan cara terlebih dahulu harus dibebaskan
dari zat-zat lain sebab mungkin akan
mengganggu jalannya reaksi antar serat dan pereaksi (pelarutnya).
Untuk
memeriksa kelarutan serat sebaiknya digunakan pengaduk kaca dan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas sebaiknya dilakukan di bawah
mikroskop.
Pelarut yang ada umumnya banyak digunakan ialah :
- Kalium hidroksida 5%
Suhu
pengujian mendidih selama 50 menit dan digunakan untuk membedakan serat protein
dan serat selulosa. Semua serat binatang dan sutera laut.
- Asam khlorida pekat
Suhu pengujian
adalah suhu kamar. Pelarut ini hanya melarutkan rayon viskosa, tetapi
serat alam tidak larut. Untuk serat protein larut hanya untuk sutera, sedangkan wol dan
serat protein yang diregenerasi tidak larut.
- Kuproamionium hidroksida
Pelarut ini melarutkan serat selulosa, sedang kutikula
pada kapas tidak larut.
- Asam sulfat 70%
Suhu pengujian 300 selama 15 menit, akan
melarutkan serat selulosa.
- Larutan
natrium hipokhlorit (3,3% khlor aktif)
Larutan ini melarutkan wol dan serat rambut.
Larutan ini melarutkan wol dan serat rambut.
- Aseton 80 – 100%
Pelarut ini dapat melarutkan asetot rayon, Aseton 100%
melarutkan Vinyon Dynel
(larut lambat) dan Pe Ce, sedangkan serat lain tidak.
- Khloroform
Zat ini melarutkan Vinyon, tetapi asetat rayon tidak
larut.
- Metilena dikhlorida
Zat ini melarutkan Vinyon tetapi rayon tidak.
- Asam asetat glasial
Asam ini melarutkan asetat rayon, tetapi tidak melarutkan
vinion atau dynel.
- Asam khlorida 1 : 1
Larutan ini dibuat
dari asam khlorida dengan berat jenis 1,19 (37,5%) diencerkan
dengan air dalam jumlah yang sama. Larutan ini melarutkan nylon pada suhu kamar tetapi
tidak melarutkan serat lain.
- Fenol 90%
Larutan ini melarutkan nylon pada suhu 350C.
- Dimetil formamida
Zat ini melarutkan serat-serat poliakrilat, dynel pada
suhu 350C, acrilan pada suhu 550C, Orlon 41 dan suhu 710C
dan Orlon 81 pada suhu 990C.
- Asam nitrat pekat
Asam
ini melarutkan acrilan.
- Natrium
hidroksida 45%
Pengujian pada suhu mendidih selama 45 menit melarutkan
dacron, yang tidak dapat
dilarutkan dengan kebanyakan pelarut lain.
1.12.3. Cara Pembakaran
Uji
pembakaran ini adalah cara yang paling tua untuk identifikasi serat. Golongan
serat dapat diperkirakan secara umum dengan cara ini dan tidak dapat dipertanggungjawabkan
untuk campuran serat.
Alat yang dipakai untuk pemeriksaan
cara pembakaran ini hanyalah nyala api. Nyala api yang
baik adalah nyala api yang diperoleh dari pembakar bunsen yang
menggunakan bahan bakar gas (lihat gambar 1 – 3). Korek api merupakan sumber yang tidak
baik, sebab korek api sendiri mengeluarkan bau yang keras, yang akan mengganggu
bahan yang diperiksa.
|
Gambar
2 – 4
Pembakar Bunsen dan Alat Penjepit
Pembakar Bunsen dan Alat Penjepit
Serat
yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne1 10
dengan panjang
4 – 5 cm dan diberi puntiran. Contoh serat didekatkan pada api dari samping
perlahan-perlahan. Diamati apakah bahan waktu dekat api meleleh, menggulung
atau terbakar mendadak.
Pada
saat serat menyala, perhatikan di mana terjadinya nyalat api. Bila nyala api
sudah padam, maka segera dicatat bau dari gas yang dikeluarkan oleh serat
yang terbakar itu. Perlu dicatat apakah serat mengeluarkan asap atau tidak.
Akhirnya perlu dicatat pula banyaknya, bentuknya, warnanya dan kekerasan dari abu sisa
pembakaran.
Bila serat terbakar cepat,
meninggalkan abu berbentuk serat dan berbau seperti kertas terbakar, maka keadaan
ini menunjukkan serat selulosa.
Bila serat tidak terbakar sama sekali maka keadaan ini
menunjukkan serat gelas
atau asbes.
Bila serat terbakar tanpa ada abu, berbau rambut terbakar
meninggalkan
bulatan kecil hitam diujungnya, maka ini menunjukkan
serat protein. Bila bau yang ditimbulkan sama tetapi tidak meninggalkan abu, maka
ini adalah sutera.
Bila serat
meleleh dan membentuk bulatan kecil diujungnya tanpa berbau rambut terbakar, maka
keadaan ini menunjukkan serat dacron, asetat rayon, dynel atau orion atau
nylon. Bau seperti amida menujukkan nylon, bau segak dengan bulatan kecil tak teratur menunjukkan dynel atau vinyon. Bau yang
keras dan adanya bulatan kecil tak teratur menunjukkan dacron atau
saran.
1.13.
Identifikasi Benang
Identifikasi
benang dalam proses pencelupan dan pencapan meliputi identifikasi
jenis serat yang terdapat pada benang itu sendiri dan nomor benang. Identifikasi jenis
serat dilakukan seperti pada identifiasi serat.
Benang adalah susunan
serat-serat yang teratur kearah memanjang dengan garis tengah dan jumlah antihan tertentu yang diperoleh dari suatu
pengolahan yang disebut pemintalan.
Serat-serat yang dipergunakan untuk membuat benang, ada yang berasal
dari alam dan ada yang dari buatan. Serat-serat tersebut ada yang mempunyai panjang terbatas (disebut stapel) dan ada yang mempunyai
panjang tidak terbatas (disebut filamen).
Benang-benang yang dibuat dari
serat-serat stapel dipintal secara mekanik, sedangkan benang-benang filamen
dipintal secara kimia.
Benang-benang
tersebut, baik yang dibuat dari serat-serat alam maupun dari serat-serat buatan, terdiri
dari banyak serat stapel atau filamen. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
benang yang fleksibel. Untuk benang-benang dengan
garis tengah yang sama, dapat dikatakan bahwa benang yang terdiri dari
sejumlah serat yang halus lebih fleksibel daripada benang yang terdiri dari
serat-serat yang kasar.
1.13.1. Benang Menurut Panjang Seratnya
Menurut panjang seratnya benang dapat
dibagi menjadi :
·
Benang
Stapel
Ada beberapa macam benang
stapel antara lain :
- Benang stapel
pendek - Benang stapel sedang - Benang stapel panjang
·
Benang
Filamen
Ada beberapa macam benang filamen antara
lain :
-
Benang monofilamen
-
Benang multifilamen
-
Tow
-
Benang stretch
-
Benang bulk
-
Benang
Logam
1.13.2. Benang
Menurut Konstruksinya
Menurut kontruksinya benang dapat dibagi menjadi :
-
Benang
tunggal
-
Benang
rangkap
-
Benang
gintir
-
Benang
tali
1.13.3. Benang Menurut Pemakaiannya
Menurut pemakaiannya benang dibagi menjadi :
-
Benang
lusi
-
Benang
pakan
-
Benang
rajut
-
Benang
sisir
-
Benang
hias
-
Benang
jahit
-
Benang
sulam
Benang
stapel ialah benang yang dibuat dari serat-serat stapel. Serat stapel ada yang
berasal dari serat alam yang panjangnya terbatas dan ada yang berasal dari serat buatan
yang dipotong-potong dengan panjang tertentu.
|
|
Benang
stapel pendek ialah
benang yang dibuat dari serat-serat stapel yang pendek. Contohnya ialah benang
kapas, benang rayon dan lain-lain.
Benang stapel sedang ialah benang yang dibuat
dari serat-serat stapel yang panjang seratnya sedang. Contohnya ialah benang
wol, benang serat buatan.
Benang
stapel panjang ialah
benang yang dibuat dari serat-serat stapel yang panjang. Contohnya ialah benang
rosella, benang serat nenas dan lain-lain.
Benang
filamen ialah
benang yang dibuat dari serat filamen. Pada umumnya benang filamen berasal dari serat-serat buatan, tetapi ada juga yang
berasal dari serat alam. Contoh
benang filamen yang berasal dari serat alam ialah benang sutera.
Benang filamen yang berasal dari
serat-serat buatan misalnya :
-
Benang rayon yaitu benang filamen yang dibuat dari bahan
dasar selulosa.
-
Benang nylon yaitu benang filamen yang dibuat dari bahan
dasar poliamida yang
berasal dari petrokimia.
-
Benang
poliakrilik yaitu benang yang dibuat dari bahan dasar poliakrilonitril yang
berasal dari petrokimia.
Selain dari benang filamen,
serat-serat buatan tersebut dapat juga dibuat menjadi benang stapel.
Benang monofilamen ialah benang yang terdiri
dari satu helai filamen saja. Benang ini
terutama dibuat untuk keperluan khusus, misalnya tali pancing, senar
raket, sikat, jala dan sebagainya.
Benang
multifilamen ialah benang yang terdiri dari serat-serat filamen. Sebagian besar benang
filamen dibuat dalam bentuk multifilamen.
Tow ialah
kumpulan dari beribu-ribu serat filamen yang berasal dari ratusan spinnerette menjadi satu.
Benang stretch ialah benang filamen yang
termoplastik dan mempunyai sifat mulur yang besar serta mudah kembali ke
panjang semula.
Benang bulk ialah
benang yang mempunyai sifat-sifat mengembang yang besar.
Benang logam. Benang filamen umumnya
dibuat dari serat buatan, namun disamping itu ada juga yang dibuat dari logam.
Benang ini telah dipergunakan beribu-ribu tahun yang lalu. Benang yang tertua
dibuat dari logam mulia dan benangnya
disebut lame. Keburukan dari benang ini ialah : berat, mudah rusak dan
warnanya mudah kusam.
|
Gambar 2 – 6
Benang Tunggal
Benang Tunggal
|
Gambar 2 - 7
Benang Rangkap
Benang Rangkap
|
Gambar 2 - 8
Benang Gintir
|
Gambar 2 - 9
Benang Tali
Benang lusi ialah
benang untuk lusi, yang pada kain tenun terletak memanjang kearah panjang kain.
Dalam
proses pembuatan kain, benang ini banyak mengalami tegangan dan gesekan. Oleh karena itu, benang lusi harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga mampu untuk menahan tegangan dan gesekan
tersebut. Untuk memperkuat benang lusi, maka jumlah antihannya harus lebih
banyak atau benangnya dirangkap dan digintir. Apabila berupa benang tunggal,
maka sebelum dipakai harus diperkuat terlebih dahulu melalui proses penganjian.
Benang pakan ialah benang untuk pakan,
yang pada kain tenun terletak melintang
kearah lebar kain. Benang ini mempunyai kekuatan yang relatif lebih rendah
daripada benang lusi.
Benang
rajut ialah benang untuk bahan kain rajut. Benang ini mempunyai
antihan /
gintiran yang relatif lebih rendah daripada benang lusi atau benang pakan.
Benang sisir ialah benang yang dalam
proses pembuatannya, melalui mesin sisir
(Combing machine). Nomor benang ini umumnya berukuran sedang atau
tinggi
(Ne1 40 keatas) dan mempunyai kekuatan dan kerataan yang relatif
lebih baik
daripada benang biasa.
Benang
hias ialah benang-benang yang mempunyai corak-corak atau konstruksi tertentu yang
dimaksudkan sebagai hiasan. Benang ini dibuat pada mesin pemintalan dengan
suatu peralatan khusus.
|
Gambar
2 – 10
Benang Hias
Keterangan :
1.
Benang
dasar
2.
Benang
pengikat
3.
Benang
hias
Benang jahit ialah benang yang
dimaksudkan untuk menjahit pakaian. Untuk pakaian
tekstil benang jahit ini terdiri dari benang-benang yang digintir dan telah
diputihkan atau dicelup dan disempurnakan secara khusus.
Benang sulam ialah
benang-benang yang dimaksudkan untuk hiasan pada kain dengan cara penyulaman. Benang-benang
ini umumnya telah diberi warna,
sifatnya lemas dan mempunyai efek-efek yang menarik.
1.13.4. Persyaratan
Benang
Benang
dipergunakan sebagai bahan baku
untuk membuat bermacam-macam jenis
kain termasuk bahan pakaian, tali dan sebagainya. Supaya penggunaan pada proses
selanjutnya tidak mengalami kesulitan, maka benang harus mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu antara
lain ialah : kekuatan, kemuluran dan kerataan.
1.13.5. Kekuatan
Benang
Kekuatan benang diperlukan
bukan saja untuk kekuatan kain yang dihasilkan, tetapi juga diperlukan selama
proses pembuatan kain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kekuatan ini ialah:
1) Sifat-sifat bahan baku antara lain
dipengaruhi oleh :
- Panjang serat
Makin panjang
serat yang dipergunakan untuk bahan baku
pembuatan benang,
makin kuat benang yang dihasilkan.
- Kerataan panjang serat Makin rata serat yang dipergunakan, artinya
makin kecil selisih panjang antara masing-masing serat, makin
kuat dan rata benang
yang dihasilkan.
- Kekuatan serat
Makin kuat serat yang dipergunakan,
makin kuat benang yang dihasilkan.
- Kehalusan serat
Makin
halus serat yang dipergunakan, makin kuat benang yang dihasilkan. Kehalusan serat ada
batasnya, sebab pada serat yang terlalu halus akan mudah terbentuk neps yang selanjutnya akan mempengaruhi kerataan benang
serta kelancaran prosesnya.
2) Konstruksi benang antara
lain dipengaruhi oleh :
- Jumlah antihan
Jumlah
antihan pada benang menentukan kekuatan benang, baik untuk benang tunggal maupun
benang gintir.
Untuk
setiap pembuatan benang tunggal, selalu diberikan antihan seoptimal mungkin, sehingga dapat
menghasilkan benang dengan kekuatan yang maksimum.
Kalau
jumlah antihan kurang atau lebih dari jumlah antihan yang telah ditentukan, maka kekuatan
benang akan menurun.
- Nomor benang
Jika benang-benang dibuat
dari serat-serat yang mempunyai panjang, kekuatan dan sifat-sifat serat yang
sama, maka benang yang mempunyai nomor lebih rendah, benangnya lebih kasar dan
akan mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada benang yang mempunyai nomor
lebih besar.
1.13.6. Mulur Benang
Mulur
ialah perubahan panjang benang akibat tarikan atau biasanya dinyatakan dalam
persentasi terhadap panjang benang. Mulur benang selain menentukan kelancaran dalam pengolahan
benang selanjutnya, juga menentukan mutu kain yang akan dihasilkan. Benang yang
mulurnya sedikit akan sering putus pada pengolahan selanjutnya. Sebaliknya
benang yang terlalu banyak mulur akan menyulitkan dalam proses selanjutnya.
Kalau panjang benang sebelum ditarik = a (cm) dan panjang
benang pada waktu
ditarik hingga putus = b (cm),
Maka
mulur benang tersebut
Mulur pada benang dipengaruhi antara
lain oleh :
-
Kemampuan mulur dari serat yang dipakai.
-
Konstruksi dari benang.
1.13.7. Kerataan
Benang
Kerataan Benang stapel sangat
dipengaruhi antara lain oleh :
- Kerataan panjang serat
Makin halus dan makin panjang
seratnya, makin tinggi pula kerataannya.
- Halus kasarnya benang
Tergantung dari kehalusan serat yang dipergunakan, makin
halus benangnya makin baik kerataannya.
- Kesalahan dalam pengolahan
Makin tidak rata panjang
serat yang dipergunakan, makin sulit penyetelannya pada mesin. Kesulitan pada penyetelan ini akan mengakibatkan benang yang
dihasilkan tidak rata.
- Kerataan antihan
Antihan yang tidak rata akan
menyebabkan benang yang tidak rata pula.
- Banyaknya nep
Makin banyak nep pada
benang yaitu kelompok-kelompok kecil serat yang kusut yang disebabkan oleh pengaruh pengerjaan
mekanik, makin tidak rata benang
yang dihasilkan. Serat yang lebih muda dengan sendirinya akan lebih mudah kusut
dibandingkan dengan serat-serat yang dewasa.