Arsip Blog

Senin, 10 Februari 2014

PROSES PENGELANTANGAN (BLEACHING) SMK TEKSTIL TEXMACO PEMALANG



PENGELANTANGAN
Pengelantangan dikerjakan terhadap bahan tekstil bertujuan menghilangkan warna alami yang disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh bahan yang putih. Pigmen-pigmen alam pada bahan tekstil umumnya terdapat pada bahan dari serat-serat alam baik serat tumbuh­tumbuhan maupun serat binatang yang tertentu selama masa pertumbuhan.
Sedangkan bahan tekstil dari serat sintetik tidak perlu dikelantang, karena pada proses pembuatan seratnya sudah mengalami pemurnian dan pengelantangan, tetapi untuk bahan tekstil yang terbuat dari campuran serat sintetik dan serat alam diperlukan proses pengelantangan terutama prosesnya ditujukan terhadap serat alamnya.
Untuk menghilangkan pigmen-pigmen alam tersebut hanya dapat dilakukan dalam proses pengelantangan dengan menggunakan zat pengelantang yang bersifat oksidator atau yang bersifat reduktor.
Pengelantangan dapat dilakukan sampai memperoleh bahan yang putih sekali, misalnya untuk bahan-bahan yang akan dijual sebagai benang putih atau kain putih, tetapi dapat pula dilakukan hanya sampai setengah putih khususnya untuk bahan-bahan yang akan dicelup atau berdasarkan penggunaan akhirnya.
7.1. Zat Pengelantang
Dalam pertekstilan dikenal dua jenis zat pengelantang yaitu zat pengelantang yang bersifat oksidator dan yang bersifat reduktor. Zat pengelantang yang bersifat oksidator pada umumnya digunakan untuk pengelantangan serat-serat selulosa dan beberapa di antaranya dapat pula dipakai untuk serat-serat binatang dan seat-serat sintetis. Sedangkan zat pengelantang yang bersifat reduktor hanya dapat digunakan untuk pengelantangan serat-serat binatang.
7.1.1 Zat Pengelantang yang Bersifat Oksidator
Zat pengelantang yang bersifat oksidator ada dua golongan, yaitu yang mengandung khlor dan yang tidak mengandung khlor.
Zat pengelantang oksidator yang mengandung khlor, di antaranya :
-        Kaporit (CaOCl2)
-        Natrium hipokhlorit (NaOCl)
-        Natrium khlorit (NaOClO2)
Zat pengelantang oksidator yang tidak mengandung khlor, di antaranya :
-        Hidrogen peroksida (H2O2)
-        Natrium peroksida (Na2O2) Natrium perborat (NaBO3)
-        Kalium bikhromat (K2Cr2O7)
-        Kalium permanganat (KMnO2)

Zat Pengelantang yang bersifat reduktor, antara lain :
-        Sulfur dioksida (SO2)
-        Natrium sulfit (Na2SO3)
-        Natrium bisulfit (NaHSO3)
-        Natrium hidrosulfit (Na2S2O4)
7.2 Sifat-sifat Zat Pengelantang Oksidator
1. Kaporit
Kaporit merupakan garam rangkap dari CaCl2 dan Ca(OCl)2, sehingga mempunyai rumus CaOCl2.
Semula kaporit dalam air terurai menjadi garam asalnya, kemudian terhidrolisa menghasilkan asam hipokhlorit yang tidak stabil dan mudah terurai menjadi asam khlorida dan oksigen.


Text Box:
 








Reaksi kimia di atas sangat penting artinya dalam pengelantangan dengan kaporit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguraian garam hipokhlorit
1) Pengaruh pH
-        pH > 10, hipokhlorit berada seagai kalsium hipokhorit [Ca(OCl)2].
-        5 < pH < 8,5, larutan lebih banyak mengandung asam hipokhlorit (HOCl) bebas.
-        pH < 5, pembebasan gas khlor (Cl2) mulai mengambil bagian.
-        pH < 3, seluruh asam hipokhorit terurai menjadi Cl2.
2) Pengaruh karbondioksida
CO2 dari udara mempengaruhi penguraian garam kalsium hipokhlorit dalam pengelantangan dengan kaporit karena akan terbentuk garam kalsium karbonat, menurut reaksi kimia berikut :


Text Box:
 





3) Pengaruh logam dan oksidanya
Logam - logam tertentu seperti besi (Fe), tembaga (Cu), nikel (N2), dan kobalt (Co) dalam larutan dingin membentuk oksida atau hidroksidanya dan membebaskan O2.
Oleh karena itu logam-logam tersebut disebut sebagai pembawa oksigen (oxygen carrier) dengan contoh reaksi kimia yang terjadi seperti :


Text Box:
 





Reaksi tersebut dikerjakan terus menerus dan menunjukkan bahan logam maupun bentuk oksida logmnya bersifat sebagai katalisator yang mempercepat penguraian garam hipokhlorit.

2. Natrium hipokhlorit
Garam natrium hipokhlorit terurai oleh asam kuat menjadi asam hipokhlorit atau menghasilkan gas khlor tergantung dari banyaknya asam yang ekuivalen, seperti reaksi :


Text Box:
 




Asam lemah juga dapat menguraikan garam hipokhlorit menjadi asam hipokhlorit tetapi asam hipokhlorit yang terbentuk tidak dapat terurai menjadi gas khlor oleh adanya kelebihan asam lemah.
Sifat penting yang sangat berarti dalam pengelantangan adalah dengan mudahnya garam natrium hipokhlorit terhidrolisa oleh air menghasilkan asam hipokhlorit yang salanjutnya terurai menghasilkan oksigen.


Text Box:
 




Faktor-faktor yang mempengaruhi penguraian garam natrium hipokhlorit
1) Pengaruh pH
- pH > 10, hipokhlorit berada sebagai natrium hipokhlorit
- 5 < pH < 8,5, larutan lebih banyak mengandung asam hipokhlorit (HOCl) bebas.
- pH < 5, pembebasan gas khlor (Cl2) mulai ambil bagian.
- pH < 3, seluruh asam hipokhlorit terurai menjadi gas Cl2.
Pada suasana alkali (pH > 7), asam hipokhlorit yang terbentuk dapat dinetralkan oleh alkali menjadi garam natrium hipokhlorit


Text Box:
 
Setelah penetralan, larutan bersifat alkalis dan terjadi reaksi kesetimbangan sehingga larutan menjadi lebih stabil.


Text Box:
 


2) Pengaruh logam dan oksidanya
Seperti halnya pada pengelantangan dengan kaporit, maka logam-logam dan oksidanya seperti besi, tembaga, nikel dan kobalt bersifat sebagai katalisator yang mempercepat reaksi penguraian garam natrium hipokhlorit membentuk oksida atau hidroksidanya dan membebaskan oksigen.


Text Box:
 


3. Natrium khlorit
Natrium khlorit dikenal diperdagangkan dengan nama Textone. Sebagai zat oksidtor dalam suasana netral natrium khlorit bereaksi lambat, tetapi dalam kondisi asam reaksinya makin cepat.


Text Box:
 



Sifat natrium khlorit terhadap asam kuat akan terurai menjadi gas khor dioksida sebagai oksidator yang kuat
Text Box:   


Gas khlor dioksida (ClO2) larut dalam air sampai 8 gram/l stabil dalam keadaan gelap, tetapi bila kena sinar akan terbentuk asam khlorit dan asam khlorat.
Text Box:   


Text Box:  Dalam keadaan asam, gas ClO2 mula-mula tereduksi menjadi asam khlorit selanjutnya terurai menjadi asam khlorida dan On jika tidak ada yang dioksidasi maka On mengoksidasi asam khlorit menjadi asam khlorat.



Pengaruh pH dalam pengelantangan dengan natrium khlorit adalah bahwa pada keadaan netral (pH7) penguraiannya sangat lambat, maka untuk mengaktifkan penguraian NaClO2 dilakukan pada kondisi sedikit alkali (pH 8-9) dengan penambahan natrium hipokhlorit seperti reaksi berikut ini.


Text Box:
 



ClO2 yang terbentuk akan bekerja mengoksidasi pigmen-pigmen alam yang terdapat dalam serat.

4. Peroksida
Ada beberapa macam zat pengelantang jenis peroksida yaitu hidrogen peroksida (H2O2), natrium peroksida (Na2O2) dan barium peroksida (BaO2). Pada umumnya zat pengelantang peroksida yang sering digunakan di industri tekstil adalah hidrogen peroksida yang diperdagangkan juga dikenal perhidrol. Dalam perdagangan hidrogen peroksida berupa larutan yang kepekatannya berkisar 35 – 50% (130 – 200 volume) dan distabilkan dengan asam.
Sifat hidrogen peroksida mudah larut dalam air pada berbagai perbandingan, jika dipanaskan mudah terurai melepaskan gas oksigen sehingga sangat efektif digunakan untuk pengelantangan.


Text Box:
 


Faktor-faktor yang mempengaruhi penguraian H2O2
1) Pengaruh pH
Dalam suasana asam (pH < 7) H2O2 stabil, sedangkan dalam suasana basa / alkali (pH > 7) H2O2 mudah terurai melepaskan oksigen. Makin besar pH, penguraiannya makin cepat, seperti pada tabel berikut :
Tabel 7 – 1
Perbandingan pH dan Waktu Penguraian H
2O2
pH
Waktu
6,8
3 jam 10 menit
7,1
2 jam 50 menit
7,9
2 jam 10 menit
8,9
1 jam 10 menit
9,9
25 menit
2)      Pengaruh suhu
Suhu juga mempengaruhi penguraian H2O2. pada suhu rendah, pembebasan oksigen sangat kecil, makin tinggi suhu penguraiannya makin cepat. Penguraian H2O2 yang efektif untuk pengelantangan terjadi pada suhu 8° - 85°C. Pada suhu di atas 85°C penguraiannya sangat cepat sekali.
3)    Pengaruh stabilisator
Penguraian H2O2 dapat diperlambat dengan penambahan zat stabilisator meskipun pengelantangannya dilakukan pada pH dan suhu yang tinggi. Ada beberapa macam zat stabilisator yang dapat digunakan dalam pengelantangan dengan hidrogen peroksida di antaranya seperti Natrium Silikat (Na2SiO3), Magnesium Oksida (NgO) atau Magnesium Hidroksida (Mg(OH)3), Magnesium Silikat, Natrium Metafosfat, Natrium – Trifosfat dan lain-lain. Jenis zat stabilisator yang banyak digunakan dalam pengelantangan adalah Natrium Silikat.
4) Pengaruh logam atau oksida logam
Seperti halnya pada garam-garam hipokhrolit, beberapa logam atau oksida loga tertentu dapat mempercepat penguraian hidrogen peroksida membebaskan oksigen seperti reaksi berikut :


Text Box:
 


Reaksi tersebut berjalan terus menerus.

5. Natrium perborat
Dalam air natrium perborat (NaBO3) terurai menurut reaksi berikut :
Text Box:   


Dari reaksi penguraian terbentuk soda kostik (NaOH) yang menjadikan larutannya bersifat alkalis sehingga penguraiannya berjalan perlahan-lahan.
Zat oksidator ini harganya mahal, sehingga jarang dipakai untuk pengelantangan, tetapi sering digunakan untuk proses oksidasi zat warna bejana.
6. Kalium bikhromat
Zat oksidator jenis kalium bikhromat (K2Cr2O7) tidak dipakai dalam pengelantangan, tetapi dapat digunakan untuk oksidasi zat warna bejana dan zat warna belerang.
Text Box:  Dalam suasana asam, yaitu dengan asam sulfat (H2SO4), zat oksidator ini dapat melepaskan oksigen menurut reaksi berikut :

Sedangkan dengan asam khlorida (HCl), oksidator ini tidak melepaskan oksigen tetapi melepaskan gas Khlor seperti reaksi berikut :
Text Box:   



7.    Kalium permanganat
Zat oksidator ini juga tidak dipakai untuk pengelantangan karena reaksinya baik dalam suasana netral maupun asam, dapat menimbulkan endapan yang berwarna kecoklatan.
Text Box:  Reaksi dalam suasana asam :



Terhadap serat wol, KMnO4 dapat pula mengoksidasi gugusan amina dalam wol sehingga menimbulkan bintik-bintik yang permanen pada serat.

8.    Sulfur dioksida (SO2)
Gas ini terbentuk dari hasil pembakaran belerang :
Text Box:   

Sulfur dioksida dalam air dapat menghasilkan hidrogen yang bersifat sebagai reduktor sehingga dapat digunakan untuk mengelantang bahan tekstil.
Text Box:   

Karena sulfur dioksida ini berupa gas dan mempunyai daya reduksi yang cukup kuat, maka sebagian terabsorbsi oleh bahan dan agak sukar dihilangkan, lama kelamaan jika teroksidasi oleh udara yang lembab dapat menimbulkan efek kekuningan.
9. Natrium sulfit (Na2SO3)
Zat ini berbentuk kristal tak berwarna dan mengandung tujuh air kristal. Sifat natrium sulfit dalam larutan asam akan terurai menghasilkan sulfur dioksida menurut reaksi berikut ini :
Text Box:   

Terbentuknya gas sulfur dioksida yang bersift reduktor, maka zat ini dapat dipakai sebagai zat pengelantang.
10.  Natrium bisulfit (NaHSO3)
Sifat natrium bisulfit dalam air akan menghasilkan asam sulfit yang kurang stabil sehingga mudah terurai menjadi air dan sulfur dioksida yang berfungsi sebagai reduktor.
Text Box:   








11.   Natrium hidrosulfit (Na2S2O4)
Zat ini berbentuk bubuk putih yang stabil dan merupakan reduktor yang kuat. Dalam air akan teroksidasi menjadi natrium bisulfit dan melepaskan hidrogen seperti reaksi berikut :
Text Box:   

Pemakaian natrium hidrosulfit lebih banyak dalam pencelupan dan pencapan.
7.3 Pengelantangan pada Bahan Tekstil
Proses pengelantangan bahan tekstil dapat dilakukan tidak terhadap semua jenis bahan dari serat yang berbeda dengan zat pengelantang yang sama, tetapi harus dipilih kesesuaiannya agar dapat memperoleh hasil yang baik.
Bahan tekstil dari serat selulosa seperti kapas dan rayon viskosa dapat dikelantang dengan kaporit, natrium hipokhlorit dan hidrogen peroksida. Pengelantangan rayon viskosa biasanya menggunakan natrium hipokhlorit akan lebih aman daripada dengan kaporit. Sedangkan pengelantangan dengan hidrogen peroksida juga lebih baik, karena tidak terjadi kerusakan serat, tetapi harganya lebih mahal dan memerlukan pemanasan.
Untuk serat protein tidak dapat dikelantang dengan zat oksidator yang mengandung khlor, karena dapat terjadi kerusakan serat oleh khlor, sehingga lebih baik pengelantangan serat protein dapat digunakan dengan zat pengelantang yang tidak mengandung khlor seperti hidrogen peroksida dan zat pengelantang yang bersifat reduktor.Sedangkan bahan dari serat sintetik dan rayon asetat paling baik dikelantang dengan natrium khorit (Textone) dalam suasana asam. Rayon asetat dapat pula dikelantang dengan natrium hipokhlorit dalam suasana asam. Pengelantangan dengan zat oksidator yang mengandung khlor.
7.3.1. Pengelantangan dengan Kaporit
Kaporit termasuk zat oksidator yang memiliki daya oksidasinya yang kuat sehingga jarang digunakan untuk pengelantangan serat rayon viskosa karena dapat menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang merupakan jenis kerusakan serat. Biasanya kaporit digunakan untuk pengelantangan bahan tekstil dari serat kapas. Kaporit diperdagangakan dalam bentuk bubuk yang mengandung 30% sampai 60% khlor aktif.
Reaksi kimia yang terjadi dalam pengelantangan dengan kaporit adalah
sebagai berikut :
Text Box:   



















Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan serat karena oksidasi, pengelantangan dilakukan pada kondisi alkali dengan penambahan soda abu (natrium karbonat) atau zat lainnya yang bersifat basa, pengelantangan yang dilakukan dalam suasana alkali gritupol pH 10 – 11 akan berjalan perlahan­lahan dengan hasil yang baik.
Selama proses pengelantangan karena pengaruh CO2 dari udara dapat menetralkan kalsium hidroksida membentuk kalsium karbonat yang mengendap, sehingga kemungkinan dapat menurunkan pH dan menyebabkan pegangan bahan terasa kasa. Untuk menghilangkan adanya endapan kalsium karbonat maupun sisa-sisa kalsium hidroksida serta sisir kaporit pada bahan perlu dilakukan proses pengasaman dengan asam khlorida (HCl).
Dengan proses pengasaman sisa-sisa kaporit akan terurai menghasilkan asam hipokhlorit, sehingga memberikan efek pengasaman lanjutan.

Text Box:   







Gas khlor yang timbul selama proses pengelantangan dengan kaporit, sebagian terserap oleh bahan. Sehingga pada pengeringan, konsentrasi gas khlor makin besar walaupun jumlahnya kecil, hal ini kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan serat yang mengakibatkan kekuatan serat turun. Oleh karena itu setelah proses pengasaman, perlu diikuti dengan proses anti khlor dalam larutan natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit untuk mengikat khlor yang mungkin ada dalam bahan.
Text Box:   







Untuk memperoleh hasil pengelantangan dengan kenampakan yang lebih cerah setelah tahapan-tahapan proses di atas selesai dan diikuti pencucian, selanjutnya dapat dilakukan proses pemutihan optik dengan zat-zat pemutihan optik seperti leucophor, blankophor, uvitex dan lain-lain.
Contoh resep pengelantangan dengan kaporit :                 
1.    Pengelantangan
Kaporit        : 2 – 3 gram/l
Na2CO3        :           7 gram/l
(pH = 11)
Pembasah      :                1 cc/l
Waktu          : 60 menit
Suhu               :  suhu kamar
Setelah selesai dilakukan pencucian dengan air dingin.
2.    Proses pengasaman
HCl 200Be      :  3 cc/l
Waktu             :   15 menit
Suhu               :     suhu kamar
Setelah selesai dilakukan pencucian dengan air dingin.

3.   Proses anti khlor
NaHSO3      :         3 g/l
Waktu          :       15 menit
Suhu            :       500C
Setelah selesai      dilakukan pencucian dengan air hangat, air dingin,
kemudian dikeringkan.
Setelah selesai proses pengeringan kain hasil pengelantangan dapat dilakukan proses pemutihan optik.
Proses pengelantangan dengan kaporit dapat dikerjakan secara perendaman dalam bak porselin atau plastik dan menggunakan mesin Haspel atau mesin Jigger


7.3.2. Pengelantangan dengan Natrium Hipokhlorit
Natrium hipokhlorit diperdagangkan dalam bentuk cairan daya oksidasinya lebih rendah daripada kaporit. Penguraiannya lebih banyak digunakan untuk pengelantangan serat rayon. Pengelantangan serat kapas dilakukan pada suasana alkali yaitu pada pH : 11, sedangkan untuk serat rayon viskosa pHnya lebih rendah, dan untuk serat rayon asetat pengelantangannya dilakukan dalam suasana asam.
Reaksi yang terjadi selama proses pengelantangan dengan natrium hipokhlorit di antaranya :
Text Box:   






Selama proses pengelantangan kemungkinan juga terjadi penurunan pH yang apabila mencapai batas tertentu dapat merusak bahan. Untuk menjaga agar larutan stabil dapat ditambahkan larutan penyangga.
Dalam pengelantangan dengan natrium hipokhlorit, pengaruh CO2 dari udara tidak begitu besar, karena hanya terbentuk natrium karbonat yang larut, sedangkan pada kaporit dapat terbentuk kalsium karbonat yang mengendap.
Oleh karena   itu pengelantangan dengan natrium hipokhlorit tidak perlu
dilakukan proses pengasaman. Tetapi karena dalam pengelantangan ini juga timbul gas khlor, maka proses anti khlor perlu dilakukan pula. Proses anti khlor dikerjakan seperti halnya pada kaporit yaitu dengan menggunakan natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit.
Contoh resep pengelantangan dengan natrium hipokhlorit
1.    1). Pengelantangan untuk kapas
            NaOCl                :        2 – 3 g/l
                                                Khlor aktif
            Na2CO3              :        5 g/l
pH 11
            Zat pembasah    :        1 ml/l
            Waktu                 :       60 menit
            Suhu                   :        Suhu kamar
Setelah selesai dilakukan pencucian dengan air dingin sampai bersih

2). Pengelantangan untuk kapas
NaOCl               :        1 – 2 g/l
Khlor aktif
Asam asetat               :           5 g/l
pH 11
Zat pembasah    :        1 ml/l
Waktu                 :        60 menit
Suhu                   :        Suhu kamar
Setelah selesai dilakukan pencucian dengan air dingin sampai bersih
2.    Proses anti khlor
NaHSO3      :             3 g/l
Waktu          :           60 menit
Suhu            :                500C
Setelah selesai dilakukan pencucian dengan air hangat dan air dingin sampai bersih

3.    Proses pemutihan optik
     Zat pemutih : 0,05 – 0,5% optik dari serat buatan
Waktu              :     15 menit
Suhu            :    Suhu kamar
Setelah selesai bahan diperas dan dikeringkan
Pengelantangan dengan natrium hipokhlorit dapat dilakukan pada bak porselin atau plastik, menggunakan mesin Ketel Pemutih, Jigger, Haspel dan lain-lain.

7.3.3. Pengelantangan dengan Natrium Khlorit (Textone)
Natrium khlorit atau textone banyak dipakai untuk pengelantangan serat-serat sintentik. Proses pengelantangannya dilakukan dalam suasana asam, sedang dalam suasana alkali daya oksidasinya sangat rendah.
Pengelantangan                 dengan natrium khlorit jauh lebih aman, karena dalam
penguraiannya mengeluarkan gas khlor dioksida (ClO2) yang tidak membahayakan serat. Dalam pengelantangan selulosa sampai pada pH 3 juga tidak terlihat adanya kerusakan serat, meskipun dilakukan pada suhu hampir mendidih. Jika terjadi kerusakan serat pada pH rendah adalah karena akibat dari serangan asam bukan karena oksidasi. Oleh karena itu setelah proses pengelantangan perlu dilakukan penetralan dengan larutan natrium karbonat encer.
Penguraian natrium khlorit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
-        pH                   : makin kecil Ph penguraiannya makin besar.
-        Suhu                : makin tinggi suhu, penguraiannya makin besar.
-    Konsentrasi : makin besar konsentrasi, penguraiannya makin besar.
Reaksi penguraian natrium khlorit agak komplek. Dengan asam akan terurai menjadi ClO2 yang aktif sebagai oksidator sebagian dari ClO2 larut dalam air membentuk ion khlorit (       ClO-2 ), kemudian terurai lagi menjadi ion khlorida ( Cl- ) dan ion khlorat ( ClO-3 ). Di samping itu ClO2 juga dapat melepaskan On yang bertindak pula sebagai oksidator. Jadi dalam penguraian natrium khlorit, yang aktif sebagai oksidator adalah ClO2, dan sedikit On yang terjadi dari penguraian ion khlorit (ClO-2 ).
Untuk pengelantangan serat selulosa dengan natrium khlorit dilakukan dalam suasana asam pada suhu 600C atau dengan penambahan NaOCl dalam perbandingan 1 : 1,5 pada suhu kamar dan suasana agak alkali (pH 9).
Beberapa contoh resep untuk pengelantangan dengan natrium khlorit pada beberapa macam serat adalah sebagai berikut :
1.    Pengelantangan rayon serat
NaClO2            :                                                   0,5 – 1 g/l
pH                    :                                                          3 – 4
(dengan tambahanasam asetat)
Suhu                :                                                  65 – 700C
Waktu              :                                            30 – 60 menit
2.    Pengelantangan serat poliamida
NaClO2            :                                                   0,5 – 1 g/l
pH                    :                                                       3 – 3,5
(dengan tambahanasam asetat)
Suhu                :                                                  85 – 900C
Waktu         :           30 – 60 menit
3.    Pengelantangan serat poliester
NaClO2            :                                                           1 g/l
pH                    :                                                          2 – 3
(dengan tambahanasam nitrat)
Suhu                 :                                                         960C
Waktu               :                                                    20 menit
4.    Pengelantangan serat poliakrilat
NaClO2            :                                                        1 5 g/l
pH                    :                                                          2 – 3
(dengan tambahanasam nitrat)
Suhu                 :                                                         950C
Waktu               :                                                    60 menit
5.    Pengelantangan serat rayon atau kapas
NaClO2            :                                                           3 g/l
pH                    :                                                                4
(dengan tambahanasam asetat)
Suhu                 :                                                         600C
Waktu               :                                            30 – 60 menit


6.    Pengelantangan serat kapas
NaClO2            :                                                           1 g/l
NaOCl              :                                           1,5 g/l Cl aktif
pH                    :   8 – 9
(dengan tambahannatrium bikarbonat
dan natrium karbonat)
Suhu                 :                                              Suhu kamar
Waktu               :                                            30 – 60 menit


7.   Pengelantangan serat pol iester–kapas atau pol iester–rayon
NaClO
2                   :                                   1   3 g/l
pH                           :                                   3 – 4
(dengan tambahanasam formiat)
Suhu                       :                                   90 – 950C
Waktu                     :                                   60 menit
Serat sintetik 100% pada pembuatannya serat sudah mengalami pemurnian dan pengelantangan, oleh karena itu sebenarnya tidak perlu lagi dikelantang, tetapi cukup dengan proses pemutihan optik. Derajat keputihan yang dihasilkan dengan pemutihan optik cukup tinggi dan tidak mengakibatkan kerusakan serat atau penurunan kekuatan tarik serat.
Untuk bahan campuran dari serat sintetik dan serat alam, misalnya poliester– kasa, poliester–wol, poliakrilat–kapas dan lain-lain, masih memerlukan pengelantangan terutama ditujukan terhadap serat alamnya.


7.3.4. Pengelantangan dengan Zat Oksidator yang Tidak Mengandung Khlor
Beberapa zat pengelantang oksidator yang tidak mengandung khlor di antaranya H2O2, Na2O2, K2Cr2O7, KmnO4 dan NaBO3. dalam proses pengelantangan yang sering dipakai pada umumnya hanyalah H2O2.
Hidrogen peroksida diperdagangkan dalam bentuk larutan dengan kepekatan 30% atau 100 volum. Zat oksidator ini dapat dipakai untuk pengelantangan bahan dari serat kapas, rayon, wol dan sutera.
7.3.4.1. Pengelantangan Kapas atau Rayon dengan Hidrogen Peroksida
Meskipun hidrogen peroksida harganya lebih mahal dan prosesnya juga perlu pemanasan, tetapi pengelantangan dengan hidrogen peroksida memberikan beberapa keuntungan karena hampir tidak terjadi kerusakan serat dan prosesnya dapat lebih singkat tanpa melalui proses pengasaman dan anti khlor.
Pengelantangan untuk serat kapas, biasanya diperlukan kira-kira 2 volum H2O2 (20 ml/l H2O2 – 100 volume, pH = 11 – 12, suhu 850C dengan metafosfat dan zat pembasah selama 1 – 2 jam).
Pengelantangan secara kontinyu, merupakan bagian dari proses berkesinambungan dari pemasakan dan pengelantangan.
Kain dilakukan pada saturator (diimpregnasi) yang berisi larutan soda kostik kurang baik 3% dan suhunya 300C. Keluar dari saturator kain diperas oleh sepasang rol pemeras dengan derajat peras 100%. Selanjutnya kain diuap pada ruang pemanas dari J-Box dengan suhu 1000C, kemudian dilanjutkan pada storage chamber dari J-Box dengan kecepatan 100 yard/menit. Kain berada dalam J-Box sekitar satu jam, kemudian kain dicuci melalui bak-bak cuci dari mesin yang diikuti pemerasan, terus masuk ke saturator yang berisi 0,5 volum H2O2 pada pH 10,5 – 10,8 dengan stabilisator buffer silikat. Keluar dari saturator kain diperas dengan derajat peras 100%, selanjutnya diuap pada ruang pemanas J-Box yang suhunya 1000C, kemudian dilakukan pada storage chamber dari J-Box. Kain berada dalam J-Box sekitar satu jam. Kemudian kain dicuci bersih melalui bak-bak cuci diikuti pemerasan dan diakhiri dengan penumpukan kain pada tempatnya.








Text Box:
 







Gambar 7 – 1
Skema Jalannya Kain pada Penghilangan Kanji, Pemasakan,
Pengelantangan Kontinyu
Keterangan :
A = Pencucian setelah penghilangan kanji
B = Larutan pemasakan dan pengelantangan
C = Ruang pengukusan
D = Pencucian dingin
E = Pencucian panas
F = Pembilasan
G = Pengeringan
7.3.4.2. Pengelantangan Sutera dengan Hidrogen Peroksida
Pengelantangan sutera dengan H2O2 dilakukan pada pH 8 – 10 dengan konsentrasi 1 – 2 volum H2O2 (10 – 20 ml/l H2O2 100 volum) dan suhu 750C. Proses pengelantangannya dilakukan secara perendaman atau secara batching.
1.    Pengelantangan secara perendaman
Bahan direndam dalam larutan H2O2 selama beberapa jam pada bak perendam atau jika menggunakan mesin dipakai mesin Haspel.
Untuk bahan yang ringan sampai setengah berat, digunakan 1,5 – 2 volum H2O2 pada 70 – 750C dengan penambahan O,08 gr/l NH4OH dan 1,5 gr/l natrium silikat selama 5 – 6 jam. Kemudian bahan dicuci dengan air hangat, dan air dingin. Untuk menghasilkan bahan yang lebih butih, setelah pencucian dapat dilakukan penyabunan pada suhu 80 – 900C, diperas dengan mesin Sentrifugal, ditumpuk satu malam selanjutnya dicuci sampai bersih.
2.    Pengelantangan secara batching
Bahan dipadding dalam larutan 1 – 2 volum H2O2 dengan pH 10 – 11, kemudian dipanaskan dalam ruang pemanas lembab selama 16 jam, dilanjutkan dengan pencucian dan dikeringkan jika hasilnya kurang putih, pengelantangan dilanjutkan dengan pengerjaan dalam natrium hidrosulfit.
Pengelantangan dengan H2O2 dapat dikerjakan bersama dengan proses degumming dengan resep    :
H2O2 100 volum   :            10 ml/l
Sabun                   :                8 g/l
Natrium silikat       :                2 g/l
Suhu              : 70 – 900C
Waktu                   :         60 menit
Cara pengelantangan dingin Contoh resep :
H2O2 35%             : 25 – 100 ml/l
Ufirol                     :        5 – 20 g/l
Nekanil LH            :          2 – 3 g/l
Wet pick up           :               60%
Dengan menggunakan mesin Padding, bahan dipad, digulung dengan rol dan dibungkus plastik, dibiarkan berputar selama satu malam, kemudian dicuci bersih berturut-turut dengan air panas dan air dingin.

7.3.4.3.Pengelantangan Wol dengan Hidrogen Peroksida
Pada prinsipnya pengelantangan wol dengan H2O2 sama dengan sutera, tetapi untuk mencegah kerusakan wol pengelantangan dilakukan pada pH dan suhunya lebih rendah. Pengelantangan wol biasanya dilakukan dengan 2 – 4 volum H2O2 pada pH 7,5 – 8 dan suhu 40 – 500C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelantangan wol antara lain :
a.    Pengaruh suhu
Suhu lebih kecil dari 500C tidak menunjukkan kerusakan serat, tetapi suhu di atas 500C akan menyebabkan terjadinya kerusakan serat wol, karena kadar sistimnya menurun dan kelarutan wol dalam alkali lebih besar.
b.    Pengaruh konsentrasi
Makin tinggi konsentrasinya, makin besar pula kemungkinan terjadinya kerusakan serat.
c. Pengaruh pH
Pada pH lebih kecil dari 7 boleh dikatakan tidak ada pengaruhnya terhadap kerusakan wol, tetapi pada pH di atas 8 kelarutan wol dalam suasana alkali makin besar.
Pengelantangan wol dengan H2O2 dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara perendaman dan cara pembacaman (batching).

1. Pengelantangan wol cara perendaman
Bahan direndam dalam larutan 0,5 – 4 volum H2O2 pada suhu 500C selama 1 – 24 jam tergantung dari kondisi dan jenis wolnya. Zat stabilisator yang digunakan adalah stabilisator C yang merupakan campuran natrium pirofosfat dan natrium oksalat dan juga natrium silikat sendiri.
Cara perendaman
Contoh resep :
H2O2 35%            :    15 – 25 ml/l
Lufibrol W              :         3 – 5 g/l
Lunetzol                :            0,1 g/l
Waktu dan suhu    :            1 jam
(pada suhu 800C)
2 jam
(pada suhu 65 – 700C)
Setelah selesai perendaman, bahan dicuci bersih dan dikeringkan
2. Pengelantangan wol cara pembacaman (batching)
Bahan dipad dalam larutan 1,5 – 10 volum H2O2, pada pH 9 – 10 dan suhu 17 – 270C selama 1 – 24 jam, kemudian dicuci bersih.
Pengelantangan wol dalam suasana alkali dan stabilisator natrium silikat atau natrium pirofosfat dalam waktu yang lama dan suhu 500C dapat memungkinkan terjadinya kerusakan serat yang ditandai pada hasilnya memberikan pegangan agak kaku dan cenderung membentuk felt.
Untuk menghindari kerusakan serap pada pengelantangan wol dengan H2O2 dilakukan dalam suasana asam. Pengelantangan wol dengan H2O2 dalam keadaan asam dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

7.3.5. Pemutihan Optik
Penggunaan zat pemutihan optik kaitannya dengan bahan hasil pengelantangan adalah untuk dapat menambah kecerahan bahan karena pembesaran pantulan sinar, sehingga kain putih yang diberi zat pemutihan optik nampak lebih putih dan lebih cerah. Pembesaran pantulan sinar ini disebabkan karena zat pemutihan optik bersifat fluoressensi. Sinar ultraviolet yang diserap bahan dan selanjutnya diubah menjadi sinar-sinar yang panjang gelombangnya berubah-ubah.
Fluoressensi violet sampai hijau kebiru-biruan banyak digunakan untuk zat pemutih karena mengandung warna kuning yang memisah, sehingga dapat dilihat dengan mata dan dapat berkilau bila menyerap sinar ultra violet. Zat pemutihan optik yang efektif, paling sedikit mengandung 4 ikatan rangkap yang letaknya berselang-seling dengan ikatan tunggal seperti :

-C=C-C=C-C=C-C=C-
atau –N=C-C=C-C=N-C=C-

Penggunaan zat pemutihan optik tergantung dari hasil akhir bahan, sehingga dapat dipakai tersendiri atau bersama-sama dengan proses penyempurnaan khususnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh resep pemakaian zat pemutihan optik :

1. Untuk bahan kapas atau rayon cara perendaman
1).      Leucophor A   : 0,25 – 1%
NaCl atau Na2SO4 :       10 %
Suhu                        :   900C
Waktu                      :   30 menit
Setelah selesai bahan diperas dan dikeringkan.
2).    H2O2               : 1 – 2 volum
Stalisator C     :        5,5 g/l
Suhu               :         500C
Waktu              :         8 jam
3).    H2O2        :      1 volum
pH            :7,5 – 8 (Na2SiO3)
Suhu         :                500C
Waktu       :      12 – 15 jam
4).    Untuk bahan tebal/berat
      H2O2           :      4 volum
Suhu          :                  500C
Waktu        :              24 jam
pH              :              7,5 – 8
2. Untuk kapas atau rayon cara padding bersama dengan penyempurnaan
Louxophor A     :    0,5 – 4 g/l
Finish LCRN     :          100 g/l
Sancozin NI      :             1 g/l
(pendispersi)
MgCl2 6H2O     :            13 g/l
(katalisator)
Prosesnya kain dipadd dengan efek peras 75%, kemudian dikeringkan pada suhu 1000C selama 5 menit dan akhirnya dipanggang pada suhu 1500C selama 3 menit.
3.Untuk kain poliester secara carier
Lencophor EFR    : 0,5 – 2%
Carier                    :       2 ml/l
      Suhu                     :            980C
Waktu                  :    60 menit
Untuk menghilangkan sisa-sisa cariernya, setelah proses bahan dicuci bersih, dan dikeringkan.
Untuk kain poliester secara termosol Kain dipad dalam larutan leucophor EFR 10 – 40 g/l dengan efek peras 60%, dikeringkan pada suhu 100 – 1200C dan diikuti dengan proses fiksasi secara termosol pada suhu 180 – 2000C selama 30 – 40 detik.
5. Untuk kain campuran poliester kapas atau poliester rayon
Proses pemutihan optiknya dikerjakan dulu terhadap serat poliesternya, selanjutnya diikuti proses kedua terhadap serat kapas atau rayonnya menurut cara-cara yang dikehendaki

7.3.6. Pemeriksaan Larutan Zat Pengelantang
1.    Pemeriksaan larutan hidrogen peroksida
Kepekatan larutan H2O2 dinyatakan dalam persen atau volum oksigen dihasilkan itu berapa kali/volum H2O. H2O2 10 volum artinya oksigen yang dibebaskan pada tekanan dan suhu normal adalah 10 kali volum H2O2.
Kepekatan larutan H2O2 dapat diukur berdasarkan pengukuran berupa banyaknya I2 yang dibebaskan dari KI. 2 gram KI dilarutkan dalam 200 ml air dan ditambahkan 30 ml asam sulfat dibiarkan sampai dingin. Kemudian 10 ml larutan H2O2 encer ditambahkan pada larutan di atas dan dibiarkan sebentar supaya terjadi reaksi, kemudian yodium yang dibebaskan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N dengan indikator amilum sampai warna biru hampir hilang.
2.    Pemeriksaan keputihan hasil pengelantangan
Pemeriksaan hasil pengelantangan dapat dilihat secara visual dengan cara membandingkan bahan yang dikelantang dengan standar keputihan yang d ikehendaki.
Untuk menyatakan derajat keputuhan dari hasil pengelantangan dapat pula diukur terhadap persentase pantulan sinar (% refraktan). Makin besar % pantulan sinar maka bahan tersebut makin putih.

11 komentar:

  1. mbak ini sumbernya darimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Deby Amaliasari : sumbernya dr buku "teknologi penyempurnaan textile jilid III"

      Hapus
  2. ini sumbernya dari mana ya kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intan nindya swastika : sumbernya dr buku "teknologi penyempurnaan textile jilid III"

      Hapus
  3. apakah proses bleaching (memutihkan) kain katun yg masih mentah bisa dilakukan sendiri di rumah hanya menggunakan alat2 sederhana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sangat bisa,
      terutama untuk kebutuhan kain tidak skala besar.
      kain 2 m < bisa menggunakan panci 5 kg
      kain 2-5 m bisa menggunakan panci 2o kg

      Hapus
  4. Nomor tlp nya,sy mau tanya detail nya boleh kah?

    BalasHapus
  5. Aslmualaikum wr.wb..Mas bagus bagaimana cara melunturkan kain levis yg berwarna menjadi putih alami No WA Ku 085 228 106 230 terima kasih..

    BalasHapus
  6. Aslmualaikum wr.wb..Mas bagus bagaimana cara melunturkan kain levis yg berwarna menjadi putih alami No WA Ku 085 228 106 230 terima kasih..

    BalasHapus
  7. MLM kak,sy ingin menghilangkan warna cokelat pada sabut kelapa yg ingin sy olah menjadi bahan pembuat kasur,,,gmn y carany d larutan pengelantang apa ygg sesuai?

    BalasHapus