Pemasakan (Scouring)
Pemasakan adalah merupakan bagian dari proses persiapan pencelupan
dan pencapan. Dengan proses pemasakan bagian dari komponen penyusun
serat berupa minyak-minyak, lemak, lilin, kotoran-kotoran yang larut dan
kotoran-kotoran kain yang menempel pada permukaan serat dapat dihilangkan. Apabila
komponen-komponen tersebut dapat dihilangkan maka proses selanjutnya seperti
pengelantangan, pencelupan, pencapan dan sebagainya dapat berhasil dengan baik.
Serat-serat
alam seperti kapas, wol dan sutera Mengandung komponen banyak sekali
dan merupakan bagian serat yang tidak murni, komponen yang tidak murni ini perlu dihilangkan
dengan proses pemasakan, sedangkan pada serat buatan, kemurnian seratnya lebih
tinggi sehingga fungsi pemasakan dapat disamakan dengan pencucian biasa, untuk
mengilangkan kotoran-kotoran pada kain.
5.3.1 Zat-zat Pemasak
Pada dasarnya proses
pemasakan serat-serat alam dilakukan dengan alkali
seperti natrium hidroksida (NaOH), natrium carbonat (Na2CO3)
dan air kapur, campuran natrium
carbonat dan sabun, amoniak dan lain-lain. Sedangkan pemasakan serat buatan (sintetik) dapat dilakukan
dengan zat aktif permukaan yang bersifat sebagai pencuci (detergen).
Pada proses pemasakan bahan dari serat kapas terjadi
hal-hal sebagai berikut
:
-
Safonifikasi
minyak menjadi garam-garam larut.
-
Pektin
dan pektosa berubah menjadi garam-garam yang larut.
-
Protein
akan pecah menjadi asam amino asam amonia.
-
Mineral-mineral
dilarutkan
-
Minyak-minyak yang tidak tersafonifikasi diemulsikan oleh
sabun yang terbentuk.
-
Kotoran-kotoran
lain disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.
-
Zat-zat
penguat yang terdapat pada serat akan terlepas.
-
Kotoran-kotoran
yang disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.
-
Kotoran-kotoran
luar, sisa daun, sisa biji dapat dihilangkan secara mekanik pada mesin-mesin
tertentu dengan menggunakan alkali kuat.
Tabel 5 - 1
Komposisi Zat-Zat yang Terkandung dalam Serat Kapas
Komposisi Zat-Zat yang Terkandung dalam Serat Kapas
No.
|
Komposisi
|
Jumlah %
|
Ket.
|
1.
|
Selulosa
|
80 – 85
|
|
2.
|
Pektin dan zat yang mengandung
nitrogen
|
1 – 2,8
|
|
3.
|
Lemak, malam, lilin dan lainnya
|
0,5 – 1
|
|
4.
|
Pektin dan pektosa
|
0,4 – 1
|
|
5.
|
Zat-zat mineral, pigmen dan resin
|
3 – 5
|
|
6.
|
Air
|
6 – 8
|
|
5.3.2 Teknik Pemasakan
Ditinjau dari sistem yang digunakan, proses pemasakan dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu pemasakan sistem tidak kontinyu (discontinue) contohnya
pemasakan dengan bak, mesin Jigger, mesin Haspel, mesin Clapbau, mesin Kier
Ketel dan pemasakan sistem kontinyu (continue) contohnya pemasakan dengan mesin padd roll Artos, Roller Bed.
Sedangkan kalau ditinjau
dari tekanan mesin yang digunakan, proses pemasakan
dibagi menjadi 2 macam, yaitu pemasakan tanpa tekanan misalnya menggunakan
bak, mesin Jigger, Haspel, Clapbau, J-Box dan L-Box dan pemasakan dengan
tekanan, misalnya menggunakan mesin Kier Ketel, Jigger Tertutup.
5.3.3 Pemasakan Serat Kapas
Pemasakan serat kapas dapat dilakukan dengan cara tidak kontinyu, maupun
cara kontinyu, juga dapat dilakukan dengan tekanan dan tanpa tekanan,
sedangkan zat yang digunakan untuk proses pemasakan bahan kapas antara lain soda
kostik (NaOH), soda abu (Na2CO3) dan campuran air kapur dan soda abu.
Reaksi yang terjadi antara lemak
serat kapas dengan zat yang digunakan adalah :
-
Dengan
soda kostik (NaOH)
R – COO – H + NaOH R – COO – Na + H2O
Lemak alkali sabun natrium larut dalam air
-
Dengan
soda abu (Na2CO3)
2R – COO – H + Na2CO3 2R – COO – Na + H2O + CO2
lemak alkali Sabun
natrium larut dlm air gas CO2
-
Dengan
campuran air kapur dan soda abu
2R – COO – H + Ca(OH)2 (R COO)2 Ca + 2H2O
lemak air
kapur sabun
kalsium tidak larut dalam air
(RCOO)2 Ca + HCl Ca Cl2 + 2RCOOH
sabun kalsium asam asam lemak
2RCOOH + Na2CO3 2R – COO – Na + H2O + CO2
asam lemak alkali Sabun natrium larut dlm
air gas CO2
5.3.3.1 Pemasakan Serat Kapas Tanpa Tekanan
Pemasakan serat kapas tanpa tekanan dapat dilakukan dengan bak, mesin Jigger,
mesin Haspel, dan mesin J-Box.
5.3.3.1.1
Pemasakan Bahan Kapas Sistem Tidak Kontinyu dengan Mesin Haspel dan Jigger
Mesin
Haspel digunakan untuk memasak kain-kain yang tipis dan tidak boleh ditegangkan misalnya kain rajut, sedangkan mesin
Jigger digunakan untuk memasak
kain-kain yang lebih tebal dan kuat dan prosesnya dalam keadaan tegang.
Bahan dikerjakan dalam larutan soda kostik 1 – 3% yang
mengandung 2 ml/l pembasah pada suhu mendidih (90 – 1000C) dan
jika diperlukan perlu penambahan soda kostik
2 g/l, selama 1,5 sampai 2 jam tergantung jumlah bahan yang diproses, semakin
banyak bahan yang diproses semakin lama waktu yang diperlukan.
Kekurangan
dari pemasakan menggunakan mesin ini adalah kotoran serat yang berupa
pecahan biji, ranting dan daun sulit hilang dari permukaan kain.
Gambar 5 – 13
Skema Jalannya Kain pada Mesin Haspel
Pemasakan
dengan mesin jigger kain dalam posisi terbuka lebar dan ditegangkan. Kain digulung pada rol kiri dan rol kanan melewati rol pengantar
dan rol – rol perendam, kapasitas
mesin tergantung tebal tipisnya kain 400 meter – 2000 meter.
Bahan dikerjakan dalam larutan soda kostik dan pembasah. Selanjutkannya bahan
digerakan atau diputar sambil suhu dinaikan sampai mendidih./100oC.
Bahan dikerjakan selama 8-10 putaran tergantung panjang kainnya atau 1 – 2 jam.
Pemasukan
zat pemasak sebaiknya dilakukan bertahap setiap 2 kali putaran sebanyak 1/3
resep.
Salah satu resep pemasakan kain drill dengan mesin jiger
adalah :
Soda kostik 38o Be : 10 cc / liter
Pembasah : 4 g / liter
Vlot : 1 : 5
Suhu :
100oC
Waktu :
8 – 10 Putaran
Setelah selesai
bahan dicuci dingin, cuci panas, dan dibilas dengan air dingin,
pembilasan dilakukan dengan air yang mengalir sambil diputar sehingga kotoran yang menempel dapat
hilang dengan sempurna.
Skema Proses Pemasakan
Kapas Dengan Mesin Haspel
Gambar 5 – 16
Skema Jalannya Kain pada Mesin Jigger
Skema Jalannya Kain pada Mesin Jigger
5.3.3.1.2
Pemasakan Bahan Kapas Sistem Kontinyu
Pada umumnya pemasakan
dengan mesin ini dilakukan untuk proses-proses kontinyu dan setelah bahan
dimasak langsung dikelantang bahkan sebelum dimasak pada awal mesin ini ada
proses bakar bulu dan penghilangan kanji.
Pada mesin kontinyu bahan
diproses dalam bentuk untaian (rope), mula-mula bahan diimpregnasi dalam larutan yang mengandung 4% soda kostik dan 2
g/l soda abu serta pembasah, kemudian bahan disimpan dalam ruang
penguapan pada suhu 90 – 1000C
selama 60 menit, selanjutnya bahan dicuci secara kontinyu dan berikutnya bahan dilakukan proses pengelantangan kontinyu seperti
pada proses pemasakan.
Setelah selesai bahan dicuci dingin,
cuci panas dan dikeringkan pada rol pengering. (lihat gambar 4 - 15)
Pemasakan bahan kapas sistem kontinyu dapat dilakukan
pada mesin Perble
Range, J-Box, L-Box,
Artos.
5.3.3.2 Pemasakan Bahan
Kapas dengan Tekanan
Pemasakan bahan kapas dengan tekanan dapat
dilakukan dengan mesin Kier Ketel (disk
continue) dan mesin Vaporloc (continue).
5.3.3.2.1 Pemasakan Bahan Kapas dengan Mesin Kier Ketel
Kier Ketel adalah suatu tabung silinder terbuat dari baja atau besi
tahan karat, bentuknya ada yang tegak (vertikal) dan ada yang mendatar (horisontal), kapasitas dari Kier Ketel ini bervariasi dari ton sampai 5 ton
bahan. Pemasakan dengan Kier Ketel terutama dilakukan untuk kain dan juga
hasilnya baik sekali, karena disamping daya
serapnya tinggi, dengan adanya tekanan maka kulit biji, batang dan
lain-lain yang sulit lepas dengan pemasakan tanpa tekanan, dengan proses ini
semuanya akan bisa lepas.
Bahan dimasak dalam larutan soda kostik 1 – 5% dan 0,2 – 0,5% zat pembasah yang bersifat sebagai pencuci selama 6 sampai 10 jam dengan tekanan 1 – 3 Atmosfir, setelah selesai bahan dicuci dengan air panas dan
dingin.
Di samping pemasakan dengan soda kostik, Kier Ketel ini juga bisa
digunakan pemasakan dengan campuran air kapur dan soda
abu hanya prosesnya berjalan 2 tahap sehingga hasilnya lebih baik
dan kemungkinan kerusakan serat sangat kecil tetapi memerlukan waktu
yang lebih lama. Mula-mula bahan dikerjakan dalam larutan
kapur (Ca(OH)2) pada Kier Ketel dalam keadaan terbuka, sampai air kapur merata keseluruh
permukaan bahan, selanjutnya Kier Ketel ditutup dan dipanaskan pada suhu
mendidih dengan tekanan 2 Atmosfir, selama
beberapa jam, setelah selesai bahan dicuci dan dinetralkan dengan larutan
asam sulfat/asam khlorida encer dan dicuci bersih. Kemudian bahan dilakukan proses pemasakan tahap kedua dengan
larutan soda abu 1–3% selama 3 – 8 jam pada suhu mendidih dengan tekanan
1 – 3 Atmosfir, setelah selesai dilanjutkan cuci panas dan cuci dingin.
Keterangan :
1.
Rol
penegang
2.
Impregnasi
dalam larutan alkali
3.
Penguapan
dalam J-Box
4.
Impregnasi
5.
Pre
steam
6.
Penguapan
pada J-Box
7.
Pencucian
air dingin
8.
Penetralan
9.
s.d 12 Pencucian air panas
13.
Impregnasi
dalam larutan hydrogen baroksida
14.
Penguapan pada J-Box
15.
s.d.
18 Pencucian air dingin dan air panas
19.
Padder
20. Silinder pengering
5.3.3.2.2
Pemasakan Bahan Kapas dengan Mesin Vaporloc
Pemasakan dengan mesin Vaporloc ini
adalah pemasakan sistem kontinyu dengan tekanan.
Bahan diimpregnasi dengan larutan soda
kostik 5 – 9% pembasah 0,2% pada suhu 700C,
selanjutnya bahan disimpan dalam ruangan Vaporloc pada suhu 130 – 1400C dengan tekanan 2 Atmosfir
selama 40 – 120 menit, setelah selesai
bahan dicuci dengan air panas dan air dingin pada mesin pencuci secara
kontinyu.
Gambar
5 – 19
Mesin
Vaporloc
Keterangan gambar :
1.
Bak
larutan soda kostik
2.
Vaporloc
3. Mesin
cuci secara kontinyu
5.3.4 Pemasakan Serat Protein
5.3.4.1 Pemasakan Serat Wol
Kotoran-kotoran yang
terdapat pada serat wol dapat dibedakan antara lain :
-
Kotoran luar yang berbentuk rumput-rumputan yang kering,
biji-bijian, kotoran
lain yang bersifat selulosa, tanah kering, debu dan kotoran lainnya. Kotoran
luar ini tidak dapat dihilangkan dengan cara mekanik, untuk menghilangkannya perlu proses kimia yang disebut
proses karbonisasi, yaitu proses pengarangan (pengkarbonan) kotoran luar
dengan asam kuat, misalnya asam chlorida dan asam sulfat.
-
Kotoran alam yang berupa lemak-lemak yang timbul
bersamaan tumbuhnya rambut
wol. Wol dengan cepat akan dirusak oleh alkali kuat dan sangat sensitif
terhadap suhu.
Proses
pemasakan wol dilakukan dengan menggunakan zat-zat pemasak yang bersifat alkalis lemah
misalnya soda abu, amoniak, atau amonium karbonat dengan suhu pengerjaan 40 –
450C. Zat pemasak biasanya terdiri dari 2 – 4% sabun dan 2% soda abu
yang dihitung dari berat bahan.
Pada
pemasakan wol, adanya tekanan-tekanan mekanik terhadap wol dalam keadaan basah harus
dihindarkan, karena proses tersebut dapat menimbulkan
penggumpalan wol (felting property). Pemasakan wol dilakukan
secara tertahap, yaitu pada seratnya, pada slivernya, dan pada kainnya. Serat wol sebelum dipintal harus dimasak
dulu karena kadar lemak dan malam yang terdapat pada serat wol besar
sekali, sehingga sulit untuk dipintal.
5.3.4.2
Pemasakan Serat Sutera
Sutera
grey/mentah pegangannya kasar dan warnanya suram karena serat sutera
mengandung gun serisin 22 – 30%. Proses pemasakan sutera bertujuan
untuk menghilangkan serisin, sehingga pegangan menjadi lembut dan kilapnya tinggi,
seperti wol, sutera adalah serat protein sehingga mudah dirusak oleh alkali
kuat seperti soda kostik. Proses pemasakan serat sutera dikenal dengan istilah
degumming dan dilakukan menggunakan alkali lemah, misalnya larutan sabun yang kadang-kadang ditambah sedikit soda abu,
pada suhu 950C selama 1 – 2 jam. Kemudian dilanjutkan dengan
pencucian dengan air panas dan pembilasan dengan air dingin.
Proses degumming
sutera dapat menghilangkan serisin 20 – 25%, ketidakrataan hasil proses degumming
dapat menyebabkan hasil pencelupan tidak rata.
5.3.5 Pemasakan Serat Rayon dan Serat Sintetik
Serat rayon dan
serat sintetik merupakan serat yang mudah bersih, sehinga pemasakannya
cukup memakai detergen atau alkali lemah. Pemasakan dilakukan dalam larutan soda abu 1 – 2
g/l dan detergen 1 – 2 ml/l pada suhu 700C
selama - 1 jam, selanjutnya
dibilas dengan air dingin. Untuk bahan dari serat poliakrilat pemasakannya
menggunakan larutan detergen 1% pada suhu 800C
selama 1 jam, sedangkan untuk serat asetat rayon menggunakan larutan detergen
1 – 1,5 ml/l dan amonia 1,5 ml/l suhu < 700C selama 30 menit. Pemakaian alkali lain sebaiknya dihindarkan karena
dapat terjadi hidrolisa dari seratnya sehingga menimbulkan kerusakan.
5.3.6 Pemasakan Serat Campuran
Untuk
mendapatkan mutu bahan tekstil yang optimal, pada saat sekarang banyak kita jumpai
bahan/kain yang dibuat dari dua jenis serat atau lebih, misalnya benang lusi dan pakan berbeda jenis seratnya atau lusi dan
pakannya dibuat dari campuran serat yang berbeda jenis.
Pemasakan
pada kain yang terdiri dari dua jenis serat atau lebih, harus dikerjakan
dalam kondisi sedemikian rupa, sehingga hasil pemasakannya lebih baik dan tidak terjadi
kerusakan pada serat-serat tersebut.
Kain yang benang
lusinya terdiri dari serat kapas dan pakannya terdiri dari rayon viskosa harus dimasak
dengan kondisi sedemikian, sehingga hasil pemasakan
untuk kapasnya baik dan tidak terjadi kerusakan yang berlebih pada rayon
viskosanya.
Pemasakan pada
kain semacam ini dilakukan dengan mengurangi pemakaian soda kostik, menurunkan suhu dan
memperpendek pemasakan serta menambahkan zat pembantu yang dapat
mempercepat/memperbaiki hasil pemasakan, misalnya zat pembasah yang bersifat
dispersi.
Pemasakan
pada kain yang dibuat dari campuran serat (blended) misalnya poliester
kapas (TC) atau poliester rayon (TR) harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga hasil
pemasakan serat kapas/rayonnya baik dan tidak terjadi kerusakan yang berlebih
pada serat poliesternya.
Pemasakan
pada jenis kain ini dilakukan dengan mengurangi kadar soda kostik, karena serat
poliester akan rusak oleh soda kostik, juga dengan penurunan suhu pengerjaan serta
memperpendek waktu pemasakan dan penggunaan zat-zat yang dapat memperbaiki
hasil pemasakan.
5.3.7 Pemeriksaan Larutan Pemasakan
Pemeriksaan larutan
pemasakan hanya dilakukan untuk proses pemasakan menggunakan mesin sistem kontinyu misalnya mesin J-Box/L-Box atau Vaporloc, karena untuk proses tidak kontinyu
antara jumlah bahan dengan jumlah
larutan sudah sekaligus dalam mesin semuanya, sedangkan untuk proses
kontinyu jumlah mesin dan larutan yang diperlukan diberikan secara bertahap
sesuai dengan kecepatan mesin, sehingga kadar larutan dalam saturator bisa berubah-ubah dan perlu dilakukan
proses pemeriksaan agar kadar larutan selalu konstan. Pengecekan kadar
larutan pemasakan dilakukan dengan cara titrasi sebagai berikut :
5.3.7.1 Zat yang Digunakan
Zat yang digunakan adalah larutan
pada saturator scouring, larutan HCl 0,1 N dan indicator PP.
5.3.7.2 Cara Titrasi
Pertama mengambil 10 ml
larutan saturator scouring dengan pipet ukur dan masukan ke dalam erlenmeyer,
kemudian ke dalamnya tambahkan 3 tetes indikator
PP sampai larutan menjadi merah muda, titrasi larutan tersebut dengan
HCl 0,1 N menggunakan buret sedikit demi sedikit sambil erlenmeyer dikocok-kocok sampai larutan berubah warna menjadi
jernih dan catat volume HCl 0,1 N
yang digunakan untuk titrasi. Untuk memudahkan dalam perhitungan kadar
larutan dapat dilihat dengan tabel 4 - 2.
Pengecekan kadar larutan
dilakukan secara rutin setiap 30 menit sekali agar kadarnya sesuai dengan ketentuan, jika dari hasil titrasi kadarnya lebih
tinggi dari ketentuan maka feeding kertas ke saturator dikurangi
demikian juga sebaliknya.
5.3.8
Pemeriksaan Hasil Pemasakan
Pemeriksaan
hasil pemasakan dilakukan dengan melihat daya serap bahan hasil pemasakan dengan cara
meneteskan air suling di atas bahan hasil pemasakan dalam keadaan kering dengan
menghitung waktu serapnya, jika waktu yang diperlukan < 5 detik maka hasil
pemasakan dikatakan baik, dan jika lebih dari waktu tersebut maka pemasakan
kurang baik.
Tabel 5 - 2
Hasil Titrasi Kadar Soda Kostik (NaOH) dalam Larutan Pemasak
Hasil Titrasi Kadar Soda Kostik (NaOH) dalam Larutan Pemasak
Volume HCl 0,1 N
|
0,0
|
0,1
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,5
|
0,6
|
0,7
|
0,8
|
0,9
|
1
|
4
|
4,4
|
4,8
|
5,2
|
5,6
|
6
|
6,4
|
6,8
|
7,2
|
7,6
|
2
|
8
|
8,4
|
8,8
|
9,2
|
9,6
|
10
|
10,4
|
10,8
|
11,2
|
11,6
|
3
|
12
|
12,4
|
12,8
|
13,2
|
13,6
|
14
|
14,4
|
14,8
|
15,2
|
15,6
|
4
|
16
|
16,4
|
16,8
|
17,2
|
17,6
|
18
|
18,4
|
18,8
|
19,2
|
19,6
|
5
|
20
|
20,4
|
20,8
|
21,2
|
21,6
|
22
|
22,4
|
22,8
|
23,2
|
23,6
|
6
|
24
|
24,4
|
24,8
|
25,2
|
25,6
|
26
|
26,4
|
26,8
|
27,2
|
27,6
|
7
|
28
|
28,4
|
28,8
|
29,2
|
29,6
|
30
|
30,4
|
30,8
|
31,2
|
31,6
|
8
|
32
|
32,4
|
32,8
|
33,2
|
33,6
|
34
|
34,4
|
34,8
|
35,2
|
35,6
|
9
|
36
|
36,4
|
36,8
|
37,2
|
37,6
|
38
|
38,4
|
38,8
|
39,2
|
39,6
|
10
|
40
|
40,4
|
40,8
|
41,2
|
41,6
|
42
|
42,4
|
42,8
|
43,2
|
43,6
|
11
|
44
|
44,4
|
44,8
|
45,2
|
45,6
|
46
|
46,4
|
46,8
|
47,2
|
47,6
|
12
|
48
|
48,4
|
48,8
|
49,2
|
49,6
|
50
|
50,4
|
50,8
|
51,2
|
51,6
|
13
|
52
|
52,4
|
52,8
|
53,2
|
53,6
|
54
|
54,4
|
54,8
|
55,2
|
55,6
|
14
|
56
|
56,4
|
56,8
|
57,2
|
57,6
|
58
|
58,4
|
58,8
|
59,2
|
59,6
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar