TERNYATA MERSERISASI TIDAK HANYA MENGGUNAKAN KOSTIK SODA LHO, TAPI BISA JUGA dengan Amonia
Cair
Amonia cair anhidart sudah sejak tahun 1930-an diketahui
dapat menggembungkan selulosa dan menghasilkan efek merserisasi
pada benang maupun kain kapas seperti yang diperoleh dari pengerjaan
dengan soda kostik, namun baru pada pertengahan 60-an
proses ini menarik perhatian secara komersil pada
saat dikenalkannya proses Prograde (untuk benang) dan Sanfor-Set (untuk kain).
Proses untuk benang dikembangkan oleh J & P Coats
semula untuk benang jahit, tapi kemudian juga meliputi benang rajut, pakaian
jadi, bahkan benang-benang untuk keperluan
industri. Sedangkan Sanfor-Set merupakan hasil kerja Badan Penelitian Tekstil Norwegia, yang kemudian memerikan patennya kepada
Tedeco (Textile Development Company), sebuah konsorsium industri yang selanjutnya bekerjasama dengan
Sanforized Company untuk memasarkannya dengan nama tersebut di atas.
Pada proses prograde benang grey mula-mula dilewatkan
tanpa tegangan pada sebuah tabung panjang bersisi amonia
cair pada suhu -33°C, dimana benang akan menggembung dan
mengkeret ke arah panjangnya. Selanjutnya benang dilewatkan pada bak berisi air
panas untuk menguapkan amonia dan pada saat yang sama diregangkan hingga 5 - 7%
melebihi panjangnya semula.
Benang
lalu digulung (masih dalam keadaan basah) dan dihembus dengan udara panas untuk menghiiangkan sisa amonia dan mengeringkan benang.
Secara
keseluruhan prosesnya hanya memakan waktu 1 detik dan memungkinkan tercapainya kapasitas produksi 150 m/menit. Merserisasi semurna (BAN 150 - 160) terbukti sudah dapat
dicapai dalam waktu 1 detik.
Gam bar 8-23 Penggembungan dan Pelarutan Sebagian Serat
Rayon
Gambar 8-24 Pengaruh Waktu Proses Amonia Cair Terhadap
Bahan
Sanfor-Set pada dasarnya merupakan kombinasi antara
proses amonia cair dan pemengkeratan tekendali (sanforisasi), dan
dirancang terutama untuk mendapatkan efek
tanpa seterika pada kain-kain yang terbuat dari benang kasar seperti denim atau chambray. Untuk mendapatkan
efek yang sama pada kain-kain ringan diperlukan penambahan resin. Kain
mula-mula dilewatkan pada rol-rol yang berfungsi menghilangkan lipatan kain dan
diikuti pengeringan untuk menghilangkan kandungan air pada bahan atau
sekurang-kuranngya tidak melebihi 10% agar tidak mengganggu penyerapan amonia.
Setelah melalui kipas pendingin kain masuk ke dalam ruang reaksi dan dilewatkan
pada bak berisi amonia cair pada suhu -33°C.
Penghilangan amonia dilakukan dengan kontak antara kain
dan dua buah silinder Palmer yang segera
diikuti dengan penguapan di sebuah ruang terisolasi untuk menghilangkan sisa
amonia yang masih berikatan dengan selulosa (ikatan selulosa amonia mudah putus oleh uap air). Waktu proses berkisar antara 0,6 - 9
detik. Gambar
di bawah ini memperlihatkan skema sederhana mesin Sanfor-Set.
Gambar 8-25 Skema Mesin Sanfor-set dan Sistem
Daur Ulang
Amonia
Amonia
Ditinjau
dari cara penghilangan amonia dari bahan, maka berdasarkan penggolongan yang digunakan Heap, proses Prograde
termasuk apa yang disebutnya sebagai
"sistem air", sedangkan Sanfor-Set digolongkan sebagai "sistem
uap-kering". Heap mendapatkan sistem air menghasilkan benang atau kain yang lebih mendekati kapas merser (dengan
soda kostik) bila dibandingkan dengan sistem uap-kering.
Menurut
hasil penelitian Roussele mengenai perubahan struktur kehalusan dan sifat-sifat mekanik serat kapas pada proses amonia
penggembungan yang ditimbulkannya lebih
kecil daripada merserisasi dengan soda kostik. Kilaunya pun ternyata lebih rendah. Perbedaan kilau juga dapat
diamati antara sistem uap dan sistem air, dimana yang pertama
menampakkan kilau lebih tinggi.
Amonia
cair dan soda kostik mengikuti mekanisme yang berbeda dalam menggembungkan
serat selulosa. Interaksi antara amonia dan selulosa menghasilkan senyawa kompleks berikatan hidrogen, sedangkan soda kostik
membentuk soda selulosat dengan selulosa. Penggembungan serat kapas pada proses amonia cair menghasilkan Selulosa III,
sedangkan merserisasi soda kostik menghasilkan
Selulosa II. Pengerjaan dalam keadaan tanpa tegangan dengan amonia maupun soda kostik hanya sedikit menaikkan
derajat orientasi fibril terhadap
sumbu serat. Peningkatan derajat orientasi tampak lebih jelas pada pengerjaan
dengan tegangan. Dalam hal ini pengerjaan dengan soda kostik menghasilkan
orientasi yang lebih tinggi pada kapas daripada amonia.
label 7 - 5 menyajikan kekuatan dan mulur serat kapas
hasil proses amonia dan soda kostik. Pada proses tanpa tegangan proses amonia
cair mengakibatkan penurunan kekuatan, sementara pertambahan mulurnya tidak
sebesar yang terjadi pada merserisasi soda kostik. Pemberian tegangan menaikkan
kekuatan serat tapi tidak sebesar yang dicapai dengan soda kostik.
Peningkatan kekuatan pada kedua proses tersebut diikuti penurunan mulur yang
cukup besar.
Tabel 8-5
Kekuatan dan Pertambahan Panjang Saat Putus Serat Kapas pada Proses Amonia
Cair dan Soda Kostik
Proses
|
Kondisi
|
Mikrometer
|
Kekuatan (g/tex)
|
Mulur (%)
|
Kontrol
|
|
5,5 2,9
|
24,8 24,4
|
7,2 7,4
|
NH3
|
Tanpa
tegangan, sistem uap
|
5,5 2,9
|
23,5 21,9
|
10,6 11,0
|
|
|
5,5 2,9
|
24,7 22,4
|
10,4 11,0
|
|
Dengan
tegangan,
|
|
|
|
|
5,5 2,9
|
29,828,2
|
5,3 6,2
|
|
|
Tegangan
rendah,
|
|
|
|
|
5,5 2,9
|
30,8 31,0
|
4,3 3,9
|
|
|
Tegangan
|
|
|
|
|
Sedang,
|
|
|
|
|
5,5 2,9
|
28,2 27,7
|
5,3 5,9
|
|
|
Tegangan
rendah,
|
|
|
|
NaOH
|
Tanpa
tegangan
|
5,5 2,9
|
27,8 26,6
|
16,3 19,1
|
|
|
5,5
|
34,6
|
5,5
|
|
Tegangan
|
2,9
|
32,1
|
6,4
|
Pengamatan
atas perubahan struktur kehalusan serat pada proses tanpa tegangan memperlihatkan penurunan derajat
kristalinitas dan kerapatan, serta kenaikan
moisture regain, aksebilitas deuteriumoksida, dan nilai penyerapan yodium (iodine soption value) yang sama
natara proses amonia dan soda kostik. Pengecualian
terjadi pada proses amonia sistem uap, dimana fraksi amorf dan aksesibilitas
deuterium oksidanya sedikit lebih besar dari pada amonia sistem air maupun
merserisasi soda kostik, Kesamaan tingkat perubahan struktur kehalusan serat
kapas pada kedua proses menunjukkan adanya pemutusan sistem ikatan hidrogen
selulosa pada kedua peristiwa penggembungan tersebut. Rouselle menyimpulkan bahwa perbedaan sifat kekuatan serat
kapas antara proses amonia dan soda kostik lebih disebabkan oleh lebih
besarnya kemampuan soda kostik untuk
membebaskan serat dari gaya-gaya tekan internalnya dan mensejajarkan elemen-elemen
serat melalui penggembungan yang lebih besar.
Gambar
8-26
Hubungan
Kekuatan dan Mulur Serat Kapas pada Proses Amonia Cair dan
Soda
Kostik
Penelitian
yang dilakukan Tomiji Wakida terhadap sifat pencelupan serat kapas hasil proses amonia cair memperlihatkan
peningkatan laju pencelupan dengan zat warna
direk, meski sesungguhnya peningkatan tersebut masih terlalu kecil dibandingkan
dngan penurunan kristalinitas yang terjadi. Laju pencelupan dan koefisien difusi nyatanya sesungguhnya tidak
berbeda jauh dari kapas asli, namun jumlah zat warna di dalam serat
ternyata mengalami peningkatan yang cukup berarti.
Penjelasan yang diberikan sehubungan dengan hal ini adalah bahwa pengerjaan
dengan amonia mengakibatkan bertambah banyaknya pori-pori serat, hanya
saja ukurannya sangat kecil, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama bagi zat
warna untuk berdifusi melalui pori-pori tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar