Z A T W A R N
A A L A M (N A T U R A L
D Y E S)
Zat warna alam mulai banyak
dimanfaatkan sebagai alternatif dari penggunaan zat warna sintetis, walaupun zat
warna sintetis lebih praktis dan ekonomis. Hal
ini didorong oleh adanya isu back to nature. Penggunaan zat warna alam
juga memberikan pilihan warna yang beragam. Masing-masing tanaman menghasilkan
corak warna yang lembut dan beragam. Satu tanaman dapat menghasilkan 5 hingga
15 corak warna yang berbeda. Warna-warnanya halus dan cenderung harmonis satu
dengan yang lain. Pencelupannya menghasilkan warna yang sangat sulit untuk
ditiru atau diulang, bahkan oleh pengrajinnya sendiri.
Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan merupakan
pendorong utama penggunaan zat warna alam. Zat warna alam lebih ramah
lingkungan dibanding zat warna sintetik. Obat bantu yang digunakan relatif
aman. Larutan celupnya dapat dinetralisir menggunakan asam maupun basa sebelum
dibuang ke lingkungan.
Zat warna alam dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
subtantif dan ajektif. Zat warna subtantif dapat mewarnai serat tanpa proses Mordanting
terlebih dahulu, misalnya indigo. Penggunaan Mordant pada zat warna subtantif
akan meningkatkan potensi warna dan mempercepat proses pewarnaan.
Zat warna ajektif membutuhkan penggunaan mordant untuk
memperkuat warna dan menjadikannya permanen. Sebagian besar zat warna alam
tergolong dalam kelompok zat warna ajektif. Namun harus diperhatikan bahwa
sebenarnya semua zat warna alam dapat digunakan tanpa mordant, walaupun tahan
cuci, tahan gosok dan tahan sinarnya sangat rendah serta potensi warnanya
terbatas.
Mordant merupakan garam logam
atau garam mineral yang ditambahkan pada larutan celup untuk meningkatkan intensitas
warna atau mengubah warna. Mordant juga berperan penting dalam
menghasilkan celupan yang lebih tahan cuci dan tahan sinar. Penggunaan Mordant
yang berbeda pada suatu zat warna alam akan menghasilkan warna yang berbeda
pula.
Umumya serat di-preMordant dengan tawas yang tidak
mempengaruhi warna yang dihasilkan. Tawas juga meningkatkan tahan cuci dan
tahan sinar. Mordant yang lain dapat mengubah warna larutan celup. Penggunaan Mordant
yang terlalu banyak dapat mengakibatkan kerusakan serat. Berikut adalah hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam proses Mordanting :
1. Jangan
memasukkan kain ke dalam larutan celup sebelum Mordant dilarutkan. Hal ini juga
melindungi serat dari kerusakan akibat konsentrasi bahan kimia yang terlalu
tinggi.
2. Jangan
memasukkan kain kering ke dalam larutan celup, untuk menghindari pencelupan
yang tidak rata dan bergaris-garis.
3. Untuk
mendapatkan hasil celupan yang sama, catat baik-baik semua proses pencelupan.
Proses pre-Mordanting dilakukan sebelum pencelupan.
Pada umumnya dilakukan dengan tawas. Dapat juga dilakukan dengan tembaga
sulfat. Setelah Mordanting, serat dapat disimpan dalam keadaan kering maupun
basah. Dalam keadaan basah, serat dalam disimpan selama 6 minggu dalam udara
terbuka untuk mencegah timbulnya jamur. Penyimpanan dalam keadaan kering dapat
dilakukan begitu saja tanpa perlakuan tertentu. Prosesnya berlangsung sebagai
berikut :
1.
Bahan
direndam beberapa jam hingga benar-benar jenuh.
2. Siapkan
air dalam wadah, sehingga seluruh kain dapat terendam.
3. Masukkan
larutan Mordant dalam wadah tersebut.
4. Masukkan
kain yang telah dibasahi, simpan pada suhu kamar.
5. Suhu
larutan dinaikkan perlahan-lahan hingga hampir mendidih, dipertahankan selama 1
jam.
6. Sesekali,
aduk larutan perlahan-lahan.
7. Angkat
dan biarkan mendingin, diamkan selam semalam.
8. Angkat
kain dan tiriskan. Kain telah siap dicelup atau disimpan (basah atau kering).
Mordant dapat juga ditambahkan dalam larutan celup,
sehingga proses Mordanting dan pencelupan berlangsung bersamaan dalam
sebuah wadah. Keuntungannya, kain hanya diproses sekali. Proses ini sangat
cocok digunakan pada kain sutra yang cepat mengalami kerusakan serat dengan
keberadaan bahan kimia. Selain itu, proses tersebut hemat waktu. Metode ini
dapat menghasilkan warna celupan yang berbeda untuk satu zat warna. Prosesnya
adalah sebagai berikut :
1. Siapkan
larutan celup dengan zat warna yang dikehendaki.
2. Bagi
dalam beberapa wadah.
3. Masukkan
Mordant yang berbeda ke dalam wadah-wadah tersebut, hingga terjadi perubahan
warna (jumlahnya berbeda untuk masing-masing Mordant).
4. Kain
basah dimasukkan ke dalam masing-masing larutan.
5. Suhu
larutan dinaikkan perlahan-lahan hingga hampir mendidih selama 1 jam.
6. Larutan
didinginkan, kain dicuci dalam sabun netral.
7. Kain
dijemur di tempat yang teduh.
Saddening dan blooming
merupakan proses Mordanting yang dilakukan setelah kain dicelup. Metode
ini biasa digunakan untuk mengatur warna celupan. Saddening biasa
dilakukan dengan ferrous sulphate dan blooming menggunakan timah agar
diperoleh warna yang cerah. Keuntungan metode ini adalah tidak terjadi kontak
yang terlalu lama antara serat dan bahan kimia, sehingga tidak mempengaruhi
kualitas serat tersebut. Prosesnya berlangsung sebagai berikut :
1. Siapkan
larutan celup dan masukkan kain yang telah dibasahi.
2. Naikkan
suhu perlahan-lahan, biarkan mendidih selama 1 jam.
3. Angkat
kain.
4.
Masukkan ke
dalam larutan Mordant.
5.
Masukkan
kembali kain ke dalam larutan celup, diamkan selama 5-15 menit.
6. Angkat
kain, bilas dan cuci dalam larutan sabun netral.
7. Bilas
kembali dalam 5 liter air dan 1 sdm cuka untuk menetralisir ferrous sulphate
dan timah tanpa mempengaruhi kualitas warna.
Wol merupakan serat yang paling mudah dicelup dengan zat
warna alam. Wol paling banyak digunakan karena berbagai alasan, relative murah,
selalu tersedia, luas penggunaannya, mudah pengerjaannya, dan dapat menyerap
zat warna dengan baik. Warna yang dihasilkan mempunyai ketahanan cuci dan
ketahanan sinar yang baik jika digunakan Mordant yang sesuai.
Sutra juga dapat dicelup dengan
zat warna alam. Penggunaan alkali harus diperhatikan secara seksama, karena
alkali dapat merusak serat sutra. Selain itu, sutra juga tidak dapat dikerjakan
pada suhu tinggi dalam waktu yang lama karena akan menurunkan kualitasnya.
Pencelupan dengan zat warna alam akan memberikan warna yang tajam, lebih-lebih
jika didahului oleh proses pre-Mordant.
Katun dan linen mempunyai
afinitas yang berbeda terhadap zat warna alam. Berbeda dengan serat protein
seperti wol dan sutra, katun dan linen kurang dapat menyerap zat warna alam,
walaupun digunakan larutan celup yang lebih kuat. Hasil yang dicapai kurang
memuaskan, seringkali tidak rata. Ketahanan cuci dan ketahanan sinarnya juga
kurang baik.
Pencelupan serat sintetis tidak memerlukan perhatian
yang khusus. Sebagian besar serat akrilik dapat menyerap zat warna alam,
terkadang memberikan hasil celupan yang lebih cerah dibanding wol. Nilon juga
dapat dicelup dengan zat warna alam, walaupun hasilnya lebih lemah. Pencelupan
pada suhu tinggi tidak akan merusak serat sintetis, oleh karena itu pencelupan
yang berulang-ulang untuk mendapat warna yang lebih kuat tidak menjadi soal.
Semua serat yang akan dicelup harus bersih dari kanji,
minyak, atau kotorsn yang lain. Sebelum dicelup, hendaknya serat dicuci dengan
sabun netral. Proses pencelupan dengan zat warna alam berlangsung sebagai
berikut :
1. Zat
warna dalam bentuk mentah hendaknya dihancurkan sehingga proses ekstraksi zat
warna lebih sempurna.
2. Masukkan
ke dalam wadah, tambahkan air sehingga semua bahan mentah tersebut terendam dan
diamkan selama semalam.
3. Naikkan
suhu secara perlahan-lahan hingga mendidih.
4. Didihkan
selama 30-60 menit, sesuai dengan ketuaan warna yang diinginkan.
5. Biarkan
larutan celup mendingin hingga suhu kamar.
6. Masukkan
bahan yang telah dibasahi ke dalam larutan celup.
7. Naikkan
suhu hingga mencapai titik didih.
8. Pencelupan
dilanjutkan dalam keadaan mendidih selama 45 menit atau hingga dicapai warna
yang diinginkan.
9. Jika
proses Mordanting akan dilakukan bersamaan, masukkan larutan Mordant
setelah 30 menit pencelupan.
10. Angkat
kain dari larutan celup, tambahkan larutan Mordant, kemudian masukkan kembali
kain ke dalam larutan celup.
11. Diamkan
kain dalam larutan hingga mendingin.
12. Bilas
dalam air yang mengalir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar