Arsip Blog

Senin, 10 Februari 2014

COLOUR MATCHING DAN COLOUR MIXING SMK TEXMACO PEMALANG



Percampuran Warna dan Tandingan Warna
Warna merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam kehidupan sehari­hari. Di dalam penyempurnaan tekstil, warna merupakan masalah penting yang harus dipahami. Untuk memperoleh suatu warna tertentu, kadang-kadang harus dilakukan percampuran warna (colour mixing).
Dengan demikian maka untuk memperoleh warna tersebut, perlu dilakukan tandingan warna (colour matching) yang diperoleh dengan jalan mengukur­mengetahui komponen warna yang ada dalam warna yang harus dicari tersebut, dan kemungkinannya penggunaan beberapa warna dari suatu zat warna.

Oleh karena itu percampuran warna dan tandingan warna dalam dunia tekstil merupakan suatu seni tersendiri yang tidak kalah menariknya bila dibandingkan dengan percampuran warna dalam seni lukis, fotografi, dekorasi rumah dan lain-lain. Untuk memahami percampuran warna dan tandingan warna, maka perlu dipahami pengetahuan tentang warna dengan berbagai aspek yang ditimbulkannya berikut zat warnanya.
Tabel 9 – 1
Pencelupan Berbagai Serat Tekstil dengan Berjenis-jenis Zat Warna
No.
Jenis Serat Zat Warna
S
rat Se lu lo sa
Se
rat
Pro
tein
S
ra
As
ta
Se rat Poli ami da
Serat Polia krilat
Se rat Poli es ter
1
Asam

+

+
(+)

2
Basa
(+)
+
(+)

+

3
Direk
+
(+)

(+)


4
Mordan

+




5
Kompleks Logam

+

+
(+)

6
Naftol
+

(+)

(+)
(+)
7
Reaktif
+
+

+


8
Belerang
+
(+)




9
Bejana
+
(+)



(+)
10
Bejana Larut
+
+




11
Oksidasi
+





12
Dispersi


+
+
+
+
13
Pigmen
+
+
+
+
+
+

9.5.1 Teori Warna
Warna dapat dibahas dari beberapa segi ilmu pengetahuan, antara lain dari segi fisika, fisiologi dan psikologi.
Pembahasan mengenai masalah warna menyangkut beberapa hal yang meliputi :
1. Cahaya matahari
Matahari sebagai sumber cahaya, menghasilkan cahaya tampak, yaitu yang dapat ditangkap oleh mata dan cahaya tidak tampak, yaitu cahaya yang tidak dapat ditangkap oleh mata. Cahaya tampak, terdiri dari cahaya dengan panjang gelombang tertentu, 400 sampai 700 mm, dengan frekuensi dan suhu yang berbeda-beda, sehingga memberikan kesan warna yang berbeda-beda.
2.    Cahaya berwarna yang berasal dari lampu berwarna.
3.    Warna yang berupa pigmen seperti zat warna, cat, tinta dan sebagainya.
4.    Sifat fisik yang berbeda antara cahaya dengan pigmen berwarna. Mencampur cahaya yang berwarna, akan mendapatkan hasil yang berbeda dengan apabila mencampur pigmen yang berwarna.
5.    Pengaruh cahaya terhadap pigmen berwarna.
Pengetahuan ini digunakan sebagai dasar untuk mempelajari pemberian warna pada bahan tekstil, agar tetap terlihat menarik pada siang maupun malam hari.
6.    Mata, yang merupakan salah satu perangsang untuk dapat melihat warna.
7.    Pengaruh warna terhadap susunan optik, misalnya warna yang gelap akan memberi kesan sempit, sedang warna terang memberi kesan luas. 8. Pengaruh psikologi warna
Warna biru misalnya dapat menimbulkan kesan tenang, sedang warna merah memberi kesan menggelisahkan. Warna-warna tertentu memberi kesan antik dan warna lain memberi kesan modern.
9.5.2 Besaran Warna
Untuk menyatakan suatu warna diperlukan tiga besaran pokok, yaitu :
1.    Corak warna atau hue, misalnya merah, biru, kuning.
2.    Kecerahan atau value, yaitu besaran yang menyatakan tua mudanya warna, misalnya : merah muda, merah tua.
3. Kejenuhan atau chroma, adalah derajat kemurnian suatu warna, misalnya merah anggur, merah hati, merah darah dan sebagainya
9.5.3 Tujuan Percampuran Warna dan Tandingan Warna
Di dalam bidang penyempurnaan tekstil, warna dapat diperoleh dengan jalan pencelupan atau pencapan, menggunakan warna tunggal atau warna campuran dari suatu zat warna.
Penggunaan warna tunggal tentunya akan sangat menguntungkan karena dapat diperoleh dalam waktu yang relatif cepat. Akan tetapi karena keterbatasan corak warna dari warna-warna tunggal, maka seringkali dilakukan percampuran warna.
Demikian halnya apabila harus meniru sesuatu corak warna tertentu, maka diperlukan kemampuan pengamat untuk menduga komposisi dari corak warna tersebut berikut jenis zat warna yang harus digunakan.
Selain itu dengan percampuran warna akan dapat dihemat pemakaian zat warnanya.
9.5.4 Dasar-dasar Percampuran Warna
Dasar-dasar percampuran warna dapat digambarkan sebagai berikut :

Text Box:  Text Box: BKText Box: BAText Box: MAText Box: MText Box: HText Box: AText Box: KAGambar 9 – 1
Lingkaran Warna

 


O         -           Jingga
K             -           Kuning
H             -           Hijau
B             -           Biru
ü    -           Ungu
MA      -           Merah Abu-Abu
KA       -           Kuning Abu-Abu
BA       -           Biru Abu-Abu
A         -           Abu-Abu
-        Warna primer
Warna primer terdiri dari warna merah, biru dan kuning. Warna-warna tersebut tidak dapat dibuat dengan cara percampuran beberapa warna Percampuran dari warna-warna primer akan menghasilkan warna abu-abu pekat atau hitam.
-        Warna sekunder
Warna sekunder terdiri dari warna oranye (jingga), ungu dan hijau, diperoleh dengan cara mencampur dua warna primer yang sama kuat.
M (merah) + K (kuning)     = O (jingga)
M (merah) + B (biru)          = U (ungu)
B   (biru) + K (kuning)         = H (hijau)
-        Warna tersier
M (merah) + O (jingga)      = MO (merah jingga)
K (kuning) + O (jingga)     = KO (kuning jingga)
H  (hijau) + B (biru)          = HB (hijau biru)
B  (biru) + U (ungu)         = BU (biru ungu)
U   (ungu) + M (merah)      = UM (ungu merah)

-        Warna komplemen
Warna komplemen adalah warna yang terletak berhadapan di dalam lingkaran warna. Percampurannya akan menghasilkan warna abu-abu atau hitam.
B   (biru) + O (jingga)          = A (abu-abu)
M (merah) + H (hijau)        = A (abu-abu)
U   (ungu) + K (kuning)       = A (abu-abu)
U+O =(B+M)+(M+K) `      = M+(M+K+B) = MA
U+H =(B+M)+(B+K)          = B+(M+K+B) = BA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar