Percampuran Warna dan Tandingan Warna
Warna merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam
kehidupan seharihari. Di dalam penyempurnaan
tekstil, warna merupakan masalah penting yang harus
dipahami. Untuk memperoleh suatu warna tertentu, kadang-kadang harus
dilakukan percampuran warna (colour mixing).
Dengan
demikian maka untuk memperoleh warna tersebut, perlu dilakukan tandingan warna
(colour matching) yang diperoleh dengan jalan mengukurmengetahui komponen warna yang ada dalam warna yang harus dicari tersebut,
dan kemungkinannya penggunaan beberapa warna dari suatu zat warna.
Oleh karena itu percampuran warna dan tandingan warna dalam
dunia tekstil merupakan suatu seni tersendiri yang tidak kalah menariknya bila
dibandingkan dengan percampuran warna dalam seni lukis, fotografi,
dekorasi rumah dan lain-lain. Untuk memahami percampuran warna dan tandingan
warna, maka perlu dipahami pengetahuan tentang warna dengan berbagai aspek yang
ditimbulkannya berikut zat warnanya.
Tabel 9 – 1
Pencelupan Berbagai Serat Tekstil dengan Berjenis-jenis Zat Warna
Pencelupan Berbagai Serat Tekstil dengan Berjenis-jenis Zat Warna
No.
|
Jenis Serat Zat Warna
|
S
rat Se lu lo sa
|
Se
rat Pro tein |
S
ra
As
ta
|
Se rat Poli
ami da
|
Serat
Polia krilat
|
Se
rat Poli es ter
|
1
|
Asam
|
|
+
|
|
+
|
(+)
|
|
2
|
Basa
|
(+)
|
+
|
(+)
|
|
+
|
|
3
|
Direk
|
+
|
(+)
|
|
(+)
|
|
|
4
|
Mordan
|
|
+
|
|
|
|
|
5
|
Kompleks
Logam
|
|
+
|
|
+
|
(+)
|
|
6
|
Naftol
|
+
|
|
(+)
|
|
(+)
|
(+)
|
7
|
Reaktif
|
+
|
+
|
|
+
|
|
|
8
|
Belerang
|
+
|
(+)
|
|
|
|
|
9
|
Bejana
|
+
|
(+)
|
|
|
|
(+)
|
10
|
Bejana
Larut
|
+
|
+
|
|
|
|
|
11
|
Oksidasi
|
+
|
|
|
|
|
|
12
|
Dispersi
|
|
|
+
|
+
|
+
|
+
|
13
|
Pigmen
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
9.5.1 Teori Warna
Warna dapat dibahas dari beberapa segi ilmu pengetahuan, antara lain dari
segi
fisika, fisiologi dan psikologi.
Pembahasan
mengenai masalah warna menyangkut beberapa hal yang meliputi :
1. Cahaya matahari
Matahari sebagai sumber cahaya, menghasilkan cahaya tampak, yaitu yang dapat ditangkap oleh mata dan cahaya tidak tampak, yaitu cahaya yang tidak
dapat ditangkap oleh mata. Cahaya tampak, terdiri dari cahaya dengan panjang gelombang tertentu, 400 sampai 700
mm, dengan frekuensi dan suhu yang
berbeda-beda, sehingga memberikan kesan warna yang berbeda-beda.
2. Cahaya
berwarna yang berasal dari lampu berwarna.
3.
Warna yang berupa pigmen seperti zat warna,
cat, tinta dan sebagainya.
4. Sifat fisik yang berbeda antara cahaya dengan pigmen berwarna. Mencampur cahaya yang berwarna, akan mendapatkan hasil yang berbeda dengan
apabila mencampur pigmen yang berwarna.
5. Pengaruh
cahaya terhadap pigmen berwarna.
Pengetahuan
ini digunakan sebagai dasar untuk mempelajari pemberian warna pada bahan tekstil, agar tetap terlihat menarik pada siang maupun malam
hari.
6.
Mata, yang merupakan salah satu perangsang
untuk dapat melihat warna.
7. Pengaruh
warna terhadap susunan optik, misalnya warna yang gelap akan memberi kesan sempit, sedang warna terang memberi
kesan luas. 8. Pengaruh psikologi
warna
Warna biru misalnya dapat menimbulkan kesan tenang,
sedang warna merah memberi kesan menggelisahkan. Warna-warna tertentu
memberi kesan
antik dan warna lain memberi kesan modern.
9.5.2 Besaran Warna
Untuk menyatakan suatu warna diperlukan tiga besaran
pokok, yaitu :
1.
Corak warna atau hue, misalnya merah, biru,
kuning.
2.
Kecerahan atau value, yaitu besaran yang menyatakan tua mudanya warna, misalnya :
merah muda, merah tua.
3. Kejenuhan atau chroma, adalah derajat kemurnian suatu warna, misalnya merah anggur, merah
hati, merah darah dan sebagainya
9.5.3 Tujuan Percampuran Warna dan
Tandingan Warna
Di dalam bidang penyempurnaan tekstil, warna dapat
diperoleh dengan jalan pencelupan atau pencapan,
menggunakan warna tunggal atau warna campuran dari suatu zat warna.
Penggunaan warna tunggal tentunya akan sangat
menguntungkan karena dapat diperoleh dalam
waktu yang relatif cepat. Akan tetapi karena keterbatasan
corak warna dari warna-warna tunggal, maka seringkali dilakukan percampuran
warna.
Demikian
halnya apabila harus meniru sesuatu corak warna tertentu, maka diperlukan kemampuan pengamat untuk menduga
komposisi dari corak warna tersebut berikut jenis zat warna yang harus
digunakan.
Selain
itu dengan percampuran warna akan dapat dihemat pemakaian zat warnanya.
9.5.4 Dasar-dasar Percampuran Warna
Dasar-dasar percampuran warna dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 9 – 1
Lingkaran Warna
Lingkaran Warna
O - Jingga
K
- Kuning
H
- Hijau
B
- Biru
ü - Ungu
MA - Merah
Abu-Abu
KA - Kuning
Abu-Abu
BA - Biru
Abu-Abu
A - Abu-Abu
-
Warna primer
Warna primer terdiri dari warna merah, biru dan kuning. Warna-warna
tersebut tidak dapat dibuat dengan cara percampuran beberapa warna
Percampuran dari warna-warna primer akan menghasilkan warna abu-abu
pekat atau hitam.
-
Warna sekunder
Warna
sekunder terdiri dari warna oranye (jingga), ungu dan hijau, diperoleh dengan
cara mencampur dua warna primer yang sama kuat.
M
(merah) + K (kuning) = O (jingga)
M
(merah) + B (biru) = U (ungu)
B
(biru) + K (kuning) = H (hijau)
-
Warna tersier
M
(merah) + O (jingga) = MO (merah jingga)
K
(kuning) + O (jingga) = KO (kuning jingga)
H (hijau) +
B (biru) =
HB (hijau biru)
B (biru) + U
(ungu) =
BU (biru ungu)
U
(ungu) + M (merah) = UM
(ungu merah)
-
Warna komplemen
Warna komplemen
adalah warna yang terletak berhadapan di dalam lingkaran warna. Percampurannya
akan menghasilkan warna abu-abu atau hitam.
B
(biru) + O (jingga) = A (abu-abu)
M (merah) + H (hijau) = A (abu-abu)
U
(ungu) + K (kuning) = A (abu-abu)
U+O =(B+M)+(M+K) ` = M+(M+K+B) = MA
U+H =(B+M)+(B+K) = B+(M+K+B) = BA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar