Arsip Blog

Senin, 10 Februari 2014

PROSES PERSIAPAN PENCELUPAN DAN PENCAPAN KAIN SELULOSA SMK TEKSTIL TEXMACO PEMALANG



PERSIAPAN PROSES PENCELUPAN DAN PENCAPAN KAIN SELULOSA
Persiapan proses (pre treatment) pencelupan dan pencapan pada kain selulosa kapas dan rayon adalah cara-cara mempersiapkan bahan yang akan mengalami proses pencelupan dan pencapan sehingga akan mempermudah dalam penanganan proses berikutnya. Persiapan proses dilakukan sebelum kain mengalami proses basah atau proses kimia. Persiapan proses ini meliputi pembukaan dan penumpukkan kain (pile up), penyambungan kain (sewing), dan pemeriksaan kain (inspecting).
3.1. Pembukaan dan Penumpukkan Kain (Pile Up)
Kain kapas atau rayon mentah (grey) produksi dari pertenunan biasanya berbentuk lipatan–lipatan dan gulungan dengan panjang tertentu kurang lebih 50–300 meter. Pile up adalah proses menumpuk gulungan kain pada palet atau kereta kain dengan cara membuka gulungan kain tersebut sampai memenuhi kapasitas palet. Kapasitas palet atau kereta berkisar + 2000–2500 meter sehingga dalam satu tumpukan kain terdiri dari banyak gulungan. Panjang kain pada palet tidak boleh melebihi kapasitas yang diperkenankan, panjang kain yang melebihi kapasitas palet menyebabkan tumpukan kain terlalu tinggi sehingga tumpukan mudah roboh, penumpukan harus rapi, sejajar, tegak, dan tidak miring. Pekerjaan membuka dan menumpuk biasanya dilakukan oleh dua orang operator yang meliputi tahapan-tahapan pekerjaan sebagai berikut :
-      Pengisian kartu proses (flow sheet)
-      Penumpukan kain
-      Pemberian kode
3.1.1. Pengisian Kartu Proses (Flow Sheet )
Flow sheet atau kartu proses adalah kartu yang berisi informasi tentang nama pemilik kain, jenis kain, konstruksi kain, lebar kain, jumlah gulungan, panjang tiap gulung, lebar jadi dan jenis-jenis proses yang akan dilaluinya. Kartu proses berfungsi sebagai pengendali selama kain mengalami proses pada lini produksi, sehingga mempermudah dalam pengontrolan. Kartu proses pada tiap industri memiliki bentuk dan format yang berbeda tetapi prinsipnya sama.
Konstruksi kain yang ditulis meliputi tetal benang, anyaman kain, dan nomer benang, sedangkan jenis proses pada kain grey kapas dengan hasil jadi kain putih diantaranya :
BO = Bleaching only (pembakaran bulu, penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan)
BM = Bleaching (pembakaran           bulu, penghilangan kanji, pemasakan,
pengelantangan), merserisasi
BMS = Bleaching (pembakaran         bulu, penghilangan kanji, pemasakan,
pengelantangan), merserisasi, dan sanforisasi
BMC = Bleaching (pembakaran         bulu, penghilangan kanji, pemasakan,
pengelantangan), merserisasi, calender
Selain fungsi seperti di atas kartu proses juga berfungsi untuk mengecek kebenaran panjang dan lebar kain pada tiap gulungan maupun mengecek jumlah seluruh gulungan. Flow sheet berbentuk kartu yang berisi format–format yang harus diisi oleh setiap bagian yang memproses kain tersebut.
Nama Pemilik                    :
Jenis Kain                           :
Konstruksi                          :
Lebar grey                          :              Lebar jadi :
Work Order                        :
Panjang keseluruhan         :
Jumlah gulung                    :
Jenis proses                       :

Paraf petugas :
1. Proses ………… (Nama)               (paraf)
2. Proses ………… (           )               (           )
3. dan seterusnya.

3.1.2. Penumpukkan Kain (Pile Up)
Seperti dijelaskan di atas penumpukkan kain adalah pengerjaan membuka kain grey yang masih dalam bentuk gulungan terikat kemudian menumpuknya dengan rapi di atas palet secara mendatar dengan menarik ujung-ujungnya dengan panjang secukupnya (3 – 4 meter), penarikan ujung kain bertujuan untuk mempermudah proses penulisan kode dan penjahitan atau penyambungan.
Cara kerja proses pile up adalah sebagai berikut :
1. Membuka gulungan kain dan menempatkannya secara melintang pada palet
2. Menarik ujung dan pangkal kain sepanjang 3 – 4 meter
3. Mengikat ujung kain yang satu dengan ujung gulungan kain berikutnya untuk mempermudah penjahitan dan menghidarkan dari kesalahan penjahitan
Text Box:  Batas maksimal penumpukkan kain di atas palet adalah 2.500 meter. Tetapi tidak mutlak, tergantung dari tebal tipisnya kain.






Gambar 3 – 1
Penumpukkan Kain pada Palet
Keterangan Gambar :
a.    Ujung kain
b.    Ujung pangkal kain
c.    Ujung kain yang akan disambung
d.    Palet

3.1.3. Pemberian Kode (Kodefikasi)
Kodefikasi adalah proses pemberian kode pada pangkal kain dan ujung kain grey yang telah di pile up dengan menggunakan alat tulis permanen. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghindari kekeliruan antara kain yang satu dengan lainnya terutama untuk kain order luar (work order) dan mempermudah proses pengelompokkan kembali pada proses penyelesaian akhir (making up).
Kesalahan dalam penulisan kode dapat menyebabkan kesulitan dalam proses pengelompokkan kembali setelah selesai proses sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mengelopkannya, akibat lainnya dapat terjadi kekeliruan baik dalam proses maupun penyelesaian akhir.
Oleh karenanya dalam penulisan kode ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
1.   Penulisan kode harus menggunakan tinta permanen.
2.   Kode harus ditulis dengan jelas dan benar
3. Cara penulisan kode kira-kira 10 cm dari tepi kain agar tidak terpotong pada waktu penyambungan
4. Bila terjadi putus kain, bagian ujung kain yang putus diberi kode kembali.
Contoh penulisan kode :


8 E 560 / 42.6.206 m
 
 



Keterangan :
8          : jenis kain
E          : konstruksi kain
560      : work order
42        : nama pemilik
6          : nomor gulungan
206 m : panjang kain grey dalam satu gulung dengan satuan meter
Dari contoh penulisan kode di atas terdapat kode yang menunjukkan jenis kain disesuaikan dengan jenis proses dan lebar jadi kain, seperti tercantum pada tabel berikut :
Tabel 3 – 1
Kode Jenis Kain
Kode
Jenis Kain
Jenis Proses
Lebar Jadi (cm)
1.
Cotton Biru
Mercer
101
2.
Cotton Biru
Bleaching
103
3.
Cotton Biru
Mercer
90
4.
Cotton Prima
Bleaching
103
5.
Cotton Prima
Mercer
105
6.
Cotton Prima
Mercer
115
7.
Cotton Biru
Mercer
105
8.
Cotton Biru
Mercer
115
9.
Cotton Biru Tebal
Mercer
115
10.
Cotton Biru Tebal
Bleaching
150
RB.
Rayon
Bleaching
117
R3B.
Rayon
Bleaching
90
RC.
Rayon
Bleaching
150

Sumber :
PT “Loji Kanakatama Tekstil (Lokateks)



3.2. Penyambungan Kain (Sewing)
Sewing adalah proses penyambungan ujung kain yang satu dengan ujung kain yang lain. Tujuan dari proses ini adalah : agar kain di atas palet menjadi satu kesatuan sehingga pada saat proses tidak akan terputus.
Proses penyambungan kain dilakukan dengan mesin obras khusus sambung, bukan dengan mesin jahit biasa. Penggunaan mesin jahit biasa dengan satu benang menghasilkan sambungan kurang kuat, sambungan tidak rata, dan menyisakan ujung kain sehingga dapat merusak rol pader.
Untuk memperkuat sambungan agar tahan terhadap tarikan, maka pada saat menyambung dengan mesin obras bagian tepi kain diberi kain tepis yang berwarna. Kain tepis ini selain berfungsi untuk memperkuat sambungan dan mencegah tepi kain melipat, juga berfungsi untuk mengetahui batas antar gulungan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses sewing adalah:
1.   Sambungan harus kuat, rata dan lurus
2.   Benang yang dipakai harus tahan terhadap zat-zat yang digunakan dalam proses
3.   Apabila lebar kain tidak sama, maka kain yang lebih lebar harus dikerut sehingga lebarnya sama dan untuk kain dengan selisih lebar terlalu banyak sebaiknya tidak disambung dan kain tersebut dikeluarkan dari tumpukan
4.   Pada waktu menjahit pinggir/sisi kain harus lurus
5. Jahitan harus teranyam baik, lurus dan sejajar dengan benang pakan.
Mesin obras yang dapat digunakan untuk penyambungan kain biasanya menggunakan mesin obras 2 benang baik untuk kain kapas, rayon, dan si nteti k.
1. Cara kerja
Mengambil kedua ujung kain, menyejajarkannya dan meluruskannya
- Memasang tepis pada tepi kain (0,5 – 1 cm) keluar dari tepi kain). Pemasangan tepis kain bertujuan mencegah tepi melipat dan menandai tiap sambungan kain (lihat gambar 2 – 3)
- Menjalankan mesin jahit dengan menekan pedal pada injakan
- Sebelum sampai pada akhir tepi kain, tepis yang kedua dipasangkan kemudian jahitan dilanjutkan sampai selesai
- Setelah selesai ujung-ujung kain dinaikkan kembali seperti semula sambil mengontrol jumlah gulungan dan jumlah jahitan untuk menghindari salah jahit
- Menempatkan kain hasil sewing ke lokasi inspecting
2. Skema penyambungan kain
Agar tujuan proses penyambungan kain tercapai sehingga proses berjalan lancar diperlukan suatu system pe-nyambungan kain yang benar seperti terlihat pada gambar 2 – 2 berikut ini.



Text Box:
 








Gambar 3 - 2
Skema Penyambungan Kain
Keterangan gambar :
1.    Kain
2.    Benang Jahit
3.   Kain tepis
3. Bentuk jahitan
Untuk mengetahui apakah bentuk jahitan yang telah dilakukan benar atau salah, dapat membandingkannya dengan gambar 2 – 3 sebagai berikut :


Text Box:
 

















Gambar 3 - 3
Bentuk Jahitan
Keterangan gambar :
1.   Benar (Pinggir kain lurus, jahitan teranyam baik, lurus dan sejajar dengan benang pakan).
2.Salah (jahitan tidak teranyam baik).
3.Salah (sambungan miring)
4.Salah (sisi kain tidak lurus / lebar tidak sama).
3.3. Pemeriksaan Kain (Inspecting)
Pemeriksaan kain (inspecting) adalah memeriksa kain grey yang telah disambung dengan tujuan untuk mengetahui cacat kain, panjang, lebar, kotoran–kotoran, dan mengetahui adanya logam sehingga kain-kain yang akan diproses betul-betul siap untuk diproses, dan tidak terjadi gangguan selama proses berlangsung.
Mesin Inspecting dilengkapi dengan alat penghitung panjang (Counter), Iron ditector, dan meja pemeriksa. Penghitung panjang berfungsi untuk mengetahui panjang tiap gulungan kain dan kebenaran antara panjang yang tertulis pada kain dengan panjang hasil inspecting. Jika terjadi perbedaan panjang, kain tersebut dilepaskan dari sambungan dan diberi keterangan.
Iron ditector berfungsi untuk menditeksi adanya logam pada kain, alat ini akan berbunyi atau bersuara bila pada kain terdapat logam.
Proses–proses penyempurnaan tekstil selalu diikuti dengan penegangan dan penarikan kain. Kain yang memiliki cacat berbentuk lubang adanya tarikan lubang tersebut makin membesar sehingga menyebabkan kain putus. Banyaknya kain yang putus selama proses dapat menurunkan efisiensi dan produksi. Demikian pula dengan logam yang terdapat pada kain dapat menyebabkan rol pader rusak dan kain sobek atau berlubang. Logam–logam yang terdapat pada kain grey dapat berupa staples, pecahan teropong, atau logam lain yang terbawa selama proses pertenunan.
Inspecting juga bertujuan untuk memisahkan kain–kain yang panjangnya tidak memenuhi kriteria panjang/ kain pendek. banyaknya kain pendek menimbulkan jumlah sambungan kain makin banyak, sehingga kemungkinan putus kain karena tarikan makin tinggi.
Jika terdapat lebar kain yang berbeda dalam satu palet sebaiknya kain dilepas dari dipisahkan dari tumpukan. Perbedaan lebar yang cukup mencolok menyulitkan dalam proses setting pada mesin stenter dalam menentukan lebar jadi. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses inspecting adalah:
1. Persiapan proses
·Melihat urutan order/perintah kerja
·Menyiapkan alat dan bahan
Alat :
- Mesin Inspecting
  - Spidol
- Ballpoint
- Lembar laporan kain jadi - Palet
Bahan : Kain hasil penyambungan (sewing)
2. Cara kerja
·         Memasang kain pada mesin
·         Menempatkan palet kosong pada out inspecting
·         Mengecek kepekaan iron detector dengan logam yang tersedia.
·         Mencatat data kain pada lembar laporan kain jadi.
·         Men-On-kan switch mesin.
·         Menjalankan mesin dengan menekan tombol forward untuk arah kain maju, atau tombol reward untuk untuk arah kain mundur dan tombol stop untuk menghentikan laju kain.
·         Meneliti kebenaran hasil penulisan dari pile up pada setiap gulungnya.
·         Menuliskan hasil panjang inspecting pada setiap ujung sambungan di sebelah nomor kode.
·         Mencatat pada lembar laporan kain jadi tanda asal yang meliputi : no. gulung, panjang asal, no. mesin, juga hasil inspecting yang meliputi: no. gulung pile up, panjang dan lebar kain. Kolom keterangan bisa dituliskan adanya cacat, jumlah logam yang terdapat, dan lain lain.
·         Memisahkan kain-kain yang tidak memenuhi syarat untuk dikembalikan, seperti :
- Panjang kurang 50 yard, kecuali jenis kain potongan.
- Perbedaan lebar yang meliputi: untuk full finish 1,5 inch dan merserisasi  1 inch.
- Lebar tidak memenuhi syarat untuk dijadikan lebar permintaan. Untuk full finish minimal 1,5 inch maksimal 4 inch + lebar permintaan. Untuk mercerize dan sanforize minimal kurang dari 0,5 inch dari lebar asal.
- Cacat yang dapat menyebabkan sobek/rusak/putus pada proses finishing seperti noda karat, noda jamur, pinggir kain tidak baik, pakan/lusi jarang, anyaman tidak baik, dan lain-lain kecuali bisa diperbaiki.
- Terdapat putus asal.
- Dalam 1 palet terdapat kain-kain yang lain jenis.
·         Menempatkan kain hasil inspecting ke stock seksi singeing dan perble range.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan
·         Mengawasi jalannya proses jangan sampai ada cacat yang lolos.
·         Menghentikan mesin dengan segera apabila terdengar bunyi iron detector untuk meneliti adanya logam
·         Mengecek kepekaan iron detector terhadap logam terhadap logam setiap akan melakukan proses inspecting.
4. Perawatan dan pemeliharaan mesin
·         Membersihkan bagian-bagian mesin dari debu dan kotoran lain, missal pada iron detector, rol-rol pengantar, dan lain-lain
·         Memberi pelumas (grease) pada gear (roda gigi), rol penarik dan pada bagian-bagian lain yang memerlukan pelumasan
5. Skema jalannya kain pada mesin
Text Box:  Skema jalannya kain pada mesin Inspecting dapat dilihat pada Gambar 2 – 4.







Text Box: Gambar 3 – 4
Skema Jalannya Kain pada Mesin Inspecting


Keterangan gambar :
1.    Palet
Tempat menumpuk kain
2.    Kain
3.    Rol-rol pengantar Mengantarkan kain.
4.    Iron detector
Mendeteksi adanya logam pada kain
5.    Counter yard
Mengukur panjang kain dalam yard.
6.    Lampu
7.    Papan inspecting
Tempat untuk mengawasi kain.
8.    Alarm iron detector
9.    Rol penarik (draw roll)
10.  Rol penekan
11.  Playtor
Mengatur lipatan kain.
12.  Pembatas tumpukan kain


Text Box:
 












Gambar 3 – 5
Mesin Pemeriksa Kain Grey dan Warna Type SL 101 PC























BAB IV
PERSIAPAN PROSES PENCELUPAN DAN PENCAPAN KAIN SINTETIK
Persiapan proses (pre treatment) pencelupan dan pencapan pada kain sintetik seperti poliester, nylon, asetat, acrilat, adalah cara-cara mempersiapkan bahan yang akan mengalami proses pencelupan dan pencapan sehingga akan mempermudah dalam penanganan proses berikutnya. Persiapan proses dilakukan sebelum kain mengalami proses basah atau proses kimia.
Kain pliester pada proses pertenunan mengalami peregangan – peregangan yang sangat kuat, untuk mengembalikan pada keadaan semula pelu dilakukan proses relaxing. Berbeda dengan persiapan proses kain selulosa persiapan proses pencelupan dan pencapan atau pre treatment pada kain sintetik terutama poliester grey, adalah proses persiapan yang dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat kain yang diharapkan, dengan tujuan agar proses selanjutnya dapat berhasil dengan baik. Proses ini merupakan bagian yang sangat menentukan baik buruknya hasil pencelupan maupun pencapan, karena tanpa proses ini maka karakteristik atau sifat-sifat kain seperti lebar, tebal, sifat pegangan (handfill), kestabilan dimensi kain tidak akan sempurna serta masih adanya kotoran maupun kanji yang akan menghambat penyerapan zat kimia maupun zat warna.
Persiapan proses pencelupan dan pencapan kain sintetik meliputi :
-            Reeling
-            Sewing
-            Relaxing dan Scouring
-            Hydro extracting
-            Opening
4.1. Reeling
Reeling adalah proses penggulungan kain grey dari bentuk gulungan kecil menjadi gulungan besar menyerupai karung tanpa adanya tegangan ke arah lusi dan pakan, sehingga dalam proses relaksasi kain benar-benar relaks dan menyusut sebanyak-banyaknya, kemudian melipatnya sehinga tepi kain saling bertemu. Penggulungan kain dilakukan pada mesin Reeling seperti terlihat pada gambar 3 - 1.

1. Cara kerja :
1)    Mengambil kain grey yang akan diproses lalu masukkan ke dalam scaray.
2)    Menarik ujung kain dan meletakkan pada jari-jari reeling kemudian melilitkannya  2 kali putaran dengan menggunakan tangan sambil meratakan posisi kain.
3)    Menekan tombol On untuk menjalankan mesin dengan tetap menjaga kondisi kain agar tetap rata dan tidak melipat
4)    Menekan tombol Off untuk menghentikan mesin.
5)    Menulis identitas kain pada ujungnya dengan menggunakan mark pen yellow meliputi: DO, SN, WO dan panjang kain per gulungnya.
6)    Mengeluarkan gulungan dari mesin lalu menumpuknya dengan rapi
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1)      Penggulungan dan pelipatan harus rapi, rata kedua tepi, dan rata arah lebar kain sehingga proses selanjutnya dapat berjalan lancar dan memudahkan dalam penjahitan.
2)      Penulisan identitas kain + 15 cm dari ujung kain.








Text Box:
 














Gambar 4 – 1
Skema Jalannya Kain pada Mesin Reeling
Keterangan :
1.   Gulungan kain
2.   Bak scaray
3.   Roll scaray
4.   Counter
5.   Roll jari-jari
6.   Motor penggerak
7.   Belt
8.   Roll pembantu

4.2. Sewing
Sewing adalah proses menjahit kain setelah di reeling dengan tujuan agar pada waktu proses relaxing di mesin rotary washer kain tidak lepas sehingga proses relaxing dapat berjalan dengan lancar.
1. Cara kerja :
1)    Menyiapkan kain yang akan di jahit beserta jarum jahit, benang dan cutter.
2)    Menjahit kain dengan cara memasukkan jarum pada tepi kain sampai satu gulung dengan jarak 1–1,5 cm dari tepi kain.
3)    Menarik jarum kemudian memotong benang jahitan tersebut, lalu mengikat benang yang sudah terpotong dengan kelonggaran ikatan 4–7 cm atau 4–5 jari tangan
4)    Menumpuk kain yang sudah dijahit.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1)    Benang yang digunakan untuk menjahit harus kuat
2)    Jahitan dan ikatan benang harus kuat
3)    Setiap lembaran kain harus terjahit semua
4)    Setiap sisi gulungan dijahit 2 – 6 jahitan
4.3. Relaxing dan Scouring
Relaxing dan scouring yaitu proses relaksasi, pemasakan, dan penghilangan kanji secara simultan kain poliester dengan air panas pada waktu dan suhu tertentu yang bertujuan untuk :
1.    Menurunkan tegangan kain sehingga elastisitas kain dapat kembali
2.    Menghilangkan kotoran dan kanji yang menempel pada bahan
3.    Mendapatkan shrinkage (mengkeret) dengan lebar sesuai yang diinginkan
4.    Mendapatkan TPI yang sesuai
5. Mengembalikan struktur benang agar didapat pegangan kain yang lembut




Text Box:
 












Gambar 4 – 2
Skema Jalannya Kain pada Mesin Rotary Washer
Keterangan gambar :
1.    Kain
2.    Pintu mesin
3.    Panel
4.    Body mesin
5.    Motor penggerak
6.    Belt
7.    Pipa pembuangan
8.    Pipa uap
9.    Pipa air
10.  Kaki mesin
1.    Contoh resep
NaOH – 48%       : 3 g/l
Detrol WR 14      : 2 g/l
Dyamul                : 0,3 g/l
Leonil SCR          : 0,3 g/l
Suhu                : 120 0C
Waktu                  : 30 menit
2.    Fungsi zat:
NaOH                 : sebagai zat pemasak
Detrol WR 14     : sebagai zat penghilang kanji
Dyamul              : sebagai zat pembasah / sabun
Leonil SCR         : sebagai zat untuk mengurangi kesadahan air
3. Cara kerja:
-       Mengambil kain hasil reeling dan stitching yang akan diproses sesuai program
-        Mengecek lebar dan pick kain sebelum diproses
-        Mengisi mesin dengan air sesuai dengan kapasitas mesin (4500–5000 l).
-     Memasukkan kain ke dalam mesin kemudian memasukkan zat kimia sesuai resep.
-       Melakukan proses desizing dengan menjalankan mesin sesuai dengan
program/grafik proses (heating, constant, cooling).
-      Setelah waktu konstan desizing selesai, cooling kemudian rinsing.
Dengan demikian proses desizing telah selesai.
-     Membuka pintu mesin kemudian masukkan zat kimia untuk proses relaxing.
-        Menentukan program proses relaxing (1200C x 30 menit).
-        Menjalankan mesin dengan menekan tombol On.
-        Memeriksa jalannya proses dengan mengamati suhu atau putaran mesin.
-       Setelah proses selesai sampai cooling, tekanan udara dibuang dengan membuka kran udara lalu lakukan rinsing.
-       Mengeluarkan kain dari mesin dan letakkan dalam kereta untuk proses berikutnya.
-        Melakukan pengecekan yaitu memeriksa lebar dan pick kain.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
-         Penyusunan kain dalam mesin harus teratur
-         Resep harus sesuai program
-         Level air harus sesuai dengan ketentuan
-         Pengecekan lebar dan pick kain dilakukan sebelum dan sesudah diproses
-       Pada saat mesin berjalan, pintu luar dan dalam harus terkunci dengan baik
-        Pada waktu membuka pintu mesin tekanan harus 0 kg/cm2
4.4. Hydro Extracting
Hydro extracting adalah proses pemerasan kain dengan tujuan untuk mengurangi kandungan air pada kain hasil relaxing dan scouring. Pemerasan ini dimaksudkan untuk memudahkan proses opening. (lihat gambar 3 - 3 dan 3 - 4)
1.    Cara kerja :
- Mengambil kain hasil proses relaxing dan scouring
- Memasukkan kain ke dalam mesin dengan jumlah kain maksimum 2.500 yard
- Menutup pintu mesin kemudian menjalankan mesin dengan menekan tombol On.
- Mengakhiri proses setelah air perasan yang keluar semakin sedikit (proses berjalan sekitar 10–15 menit)
- Menurunkan kain dan menempatkan pada lantai open.
2.    Hal-hal yang perlu diperhatikan
- Jumlah kain dalam mesin jangan melebihi kapasitas
- Kain diletakkan dengan rata dan rapi
- Jangan membuka pintu mesin pada saat mesin sedang berjalan dengan putaran tinggi dan jangan menghentikan mesin bila kandungan air masih terlalu banyak.
4.5. Opening
Opening atau unrolling yang dikenal dengan proses pembeberan kain bertujuan untuk membuka kain dari bentuk gulungan menjadi bentuk lebar dengan maksud agar mempermudah proses selanjutnya, kemudian ditumpuk pada sebuah gerobak (setiap sambungan per piece harus dijahit). Proses opening dilakukan pada mesin Opener atau Unrolling. (lihat gambar 3 - 5)
1. Cara kerja:
- Mengambil kain hasil proses hydroextracting kemudian membuka jahitannya
- Memasukkan kain ke dalam bak scaray I lalu melewatkannya ke rol penarik, bak scaray II, rol pengantar kemudian ke plytor
- Menjalankan mesin dengan menekan tombol On.
- Mematikan mesin dengan menekan tombol Off kemudian menyambung dengan cara dijahit pada kain yang akan diproses berikutnya
- Menulis identitas kain pada ujung kain dengan menggunakan mark pen yellow
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Memperhatikan jalannya kain pada mesin sehingga jika ada masalah dapat segera diketahui, misalnya roll penarik tidak berfungsi dengan sempurna yang mengakibatkan kain melillit pada roll tersebut.
- Permukaan kain pada saat penyambungan tidak boleh terbalik.
- Sambungan kain harus kuat dan rapi.
- Penumpukan kain pada kereta harus rapi.


Text Box:
 




Gambar 4 – 3
Mesin Hydro Extractor



Text Box:
 






Gambar 4 – 4
Skema Mesin Hydro Extractor
Keterangan Gambar 3 – 4 :
1.      Body mesin
2.      Poros basket
3.      Saringan
4.      Handle rem
5.      Penahan goyangan mesin
6.      Dinamo
7.      Saluran pembuangan air


Text Box:
 





Gambar 4 – 5
Text Box: Keterangan :

Skema Jalannya Kain Pada Mesin Opener
1.
Bak gulungan Kain
5. Playtor
2.
Rol Penarik
6. Kereta
3.
Bak screy
7. Kain grey
4.
Roll Pengantar


                                                                                                                                    

4 komentar:

  1. Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.

    Salam,

    (Tommy.k)

    WA:081310849918
    Email: Tommy.transcal@gmail.com

    Management

    OUR SERVICE
    Boiler Chemical Cleaning
    Cooling tower Chemical Cleaning
    Chiller Chemical Cleaning
    AHU, Condensor Chemical Cleaning
    Chemical Maintenance
    Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
    Degreaser & Floor Cleaner Plant
    Oli industri
    Rust remover
    Anti karat

    BalasHapus
  2. Apakah cara ini juga sama ya dengan pembuatan kain batik printing seperti yang di gunakan oleh konveksi kaos raglan Surabaya?

    BalasHapus
  3. gambarnya kagak keliatan om

    BalasHapus