Zat Warna Naftol
Zat
warna naftol atau zat warna ingrain merupakan zat warna yang terbentuk di dalam
serat dari komponen penggandeng, (coupler) yaitu naftol dan garam pembangkit, yaitu senyawa diazonium yang terdiri
dari senyawa amina aromatik. Zat warna
ini juga disebut zat warna es atau ”ice colours”, karena pada
reaksi diazotasi dan kopling diperlukan bantuan es. Penggunaannya terutama
untuk pencelupan serat selulosa. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk
mencelup serat protein (wol, sutera) dan serat poliester.
Nama dagang zat warna
naftol adalah :
-
Naftol (Hoechst)
-
Brenthol (I.C.I)
-
Youhaothol (R.R.C)
9.11.1. Sifat-sifat
Zat warna naftol termasuk golongan zat warna azo yang tidak larut dalam
air. Untuk
membedakan dengan jenis zat warna azo lainnya sering juga disebut zat
warna azoic. Daya serapnya (substantivitas) terhadap serat selulosa kurang baik dan
bervariasi, sehingga dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu yang mempunyai
substantivitas rendah, misalnya Naftol AS, substantivitas sedang, misalnya
Naftol AS – G dan substantivitas tinggi, misalnya Naftol AS – BO.
Sifat
utama dari zat warna naftol ialah tahan gosoknya yang kurang, terutama tahan gosok basah, sedang tahan cuci dan tahan
sinarnya sangat baik. Zat warna naftol baru mempunyai afinitas terhadap
serat selulosa setelah diubah menjadi naftolat, dengan jalan melarutkannya
dalam larutan alkali.
Garam
diazonium yang dipergunakan sebagai pembangkit tidak mempunyai afinitas
terhadap selulosa, sehingga cara pencelupan dengan zat warna naftol selalu
dimulai dengan pencelupan memakai larutan naftolat, kemudian baru dibangkitkan
dengan garam diazonium.
Zat warna naftol dapat bersifat poligenik, artinya dapat
memberikan bermacammacam warna, bergantung kepada macam
garam diazonium yang dipergunakan dan dapat pula brsifat
monogetik, yaitu hanya dapat memberikan warna yang mengarah ke satu warna saja,
tidak bergantung kepada macam garam diazoniumnya.
9.11.2. Mekanisme Pencelupan
Mekanisme pencelupan dengan zat warna naftol terdiri dari
4 pokok, yaitu : 1. Melarutkan naftol
(membuat naftolat)
Zat
utama yang dipergunakan untuk pelarutan zat warna naftol adalah soda kostik.
Pelarutan naftol dilakukan dengan dua cara yaitu :
1).
Cara dingin
Zat warna naftol didispersikan dengan spiritus diaduk rata ditambah
larutan soda
kostik, kemudian ditambah air dingin
2).
Cara panas
Zat warna naftol didispersikan dengan koloid pelindung (TRO) diaduk rata ditambah
larutan soda kostik kemudian ditambah air panas.
Zat warna naftol yang larut akan berwarna kuning jernih
Reaksi
:
2. Pencelupan
dengan larutan naftolat
Zat warna naftol tidak larut dalam air dan tidak mempunyai afinitas
terhadap serat selulosa. Akan tetapi setelah dilarutkan menjadi
larutan naftolat yang larut dalam air timbul
afinitasnya, sehingga serat dapat tercelup. Bahan yang telah
dicelup tersebut perlu diperas, sebelum dibangkitkan dengan garam diazonium untuk mengurangi terjadinya pembangkitan warna pada permukaan
serat
yang dapat menyebabkan ketahanan gosok yang kurang.
3.
Diazotasi
Garam diazonium yang dipergunakan sebagai pembangkit pada pencelupan zat warna naftol dapat berupa basa naftol, yaitu senyawa amina aromatik maupun
garam diazonium, yaitu basa naftol yan telah diazotasi. Apabila telah berupa
garam diasonium, maka dengan mudah dapat dilarutkan dalam air dengan jalan
menaburkannya sambil diaduk terus. Akan tetapi apabila masih dalam bentuk basa
naftol maka perlu didiazotasi terlebih dahulu dengan menggunakan asam chlorida berlebihan dan natrium nitrit pada suhu yang sangat
rendah.
Reaksi :
4. Pembangkitan
Naftolat
yang telah berada di dalam serat perlu dibangkitkan larutan garam diazonium
agar terjadi pigmen naftol yang berwarna dan terbentuk di dalam serat.
Reaksi :
Setelah pigmen Zat warna naftol dalam serat bereaksi pembangkitan
selesai, selanjutnya perlu dilakukan penyabunan panas untuk
menghilangkan pigmen naftol yang terbentuk
pada permukaan serat, sehingga memperbaiki tahan gosok dan
mempertinggi kilapnya.
9.11.3. Faktor yang Berpengaruh
9.11.3.1 Pengaruh Elektrolit
Substantivitas
zat warna naftol pada umumnya kecil, sehingga pada pencelupannya perlu penambahan elektrolit, misalnya natrium klorida atau
natrium sulfat. Kualitas dan kwantitasnya perlu diperhatikan, elektrolit
yang ditambahkan tidak boleh terlalu banyak mengandung ion logam penyebab kesadahan, penambahanannya juga harus dalam
jumlah tertentu. Zat warna naftol yang mempunyai substantivitas kecil
memerlukan penambahan elektrolit: 15
– 30 g/l dan yang mempunyai substantivitas sedang penambahannya berkisar 10 – 20 g/l. Zat warna naftol yang
mempunyai substantivitas tinggi tidak memerlukan penambahan elektrolit.
9.11.3.2 Pengaruh Perbandingan Larutan
Celup
Karena
substantivitas zat warna naftol yang pada umumnya kecil, maka pencelupan dengan perbandingan larutan celup yang
kecil dapat meningkatkan su bstanvitasnya.
9.11.3.3 Pengaruh Udara
Larutan naftolat pada umumnya kurang stabil terhadap
pengaruh udara, terutama yang lembab. Adapun udara lembab tersebut dapat
mengendapkan kembali larutan naftolat tersebut menjadi pig men zat warna
naftol.
Reaksi :
Untuk mencegah pengendapan kembali larutan naftolat tersebut, ke dalam larutan
celup dapat ditambahkan formaldehida yang dapat mengikat naftolat dengan jembatan metilen, sehingga mempertinggi
kestabilannya penambahan formaldehida tersebut pada beberapa jenis
naftolat dapat memperlambat pembangkitannya.
9.11.3.4 Pengaruh pH
Reaksi pembangkitan berlangsung sangat lambat pada pH
yang rendah. Pada pembangkitan menggunakan base naftol
yang diazotasi, maka pH larutan sangat rendah, karena adanya asam chlorida
berlebihan. Oleh karena itu kelebihan asam chlorida
tersebut perlu dinetralkan dengan menggunakan natrium asetat,
sehingga pH larutan berkisar 4,5.
Reaksi pembangkitan juga berjalan
lambat dalam larutan yang bersifat alkalis. Soda
kostik yang tertinggal pada serat menyebabkan timbulnya pengaruh alkali.
°leh karena itu faktor pemerasan sesudah pencelupan dengan larutan naftolat
sangat penting peranannya. Untuk mencegahnya, maka pada pembangkitan perlu juga ditambahkan asam asetat. Campuran natrium asetat
dan asam asetat tersebut, merupakan
larutan penyangga yang dapat menjaga pH agar selalu tetap.
9.11.4. Cara Pemakaian
Cara
pencelupan cat warna naftol pada bahan dari serat selulosa ada 2 cara, yaitu
cara perendaman biasa dimana sesudah pencelupan sisa larutan naftolat dibuang
dan cara ”standing
bath”, di
mana larutan naftolat sesudah pencelupan tidak
dibuang tetapi dipergunakan lagi dengan penambahan naftolat secukupnya.
9.11.4.1. Cara Perendaman
Biasa pada Bahan dari Serat Selulosa
Mula-mula
zat warna naftol dilarutkan dengan cara membuat pasta dengan penambahan TR°,
kemudian ditambah soda kostik dan diencerkan dengan air panas sampai terbentuk
larutan jernih. Cara ini dikenal dengan nama pelarutan panas. Cara naftol dibuat pasta dengan spiritus, kemudian ditambah soda kostik, kemudian diencerkan dengan air dingin
sampai terbentuk larutan yang jernih.
Bahan dari serat selulosa yang telah dimasak, dicelup
dalam larutan celup yang mengandung larutan zat naftol
tersebut di atas dengan penambahan 10 – 15 ml/l soda kostik
380Be dan 30 g/l natrium klorida. Selanjutnya bahan diperas dan
dibangkitkan di dalam larutan garam diazonium yang sebelumnya telah ditaburkan
ke dalam air dingin dengan pengadukan yang sempurna. Ke dalam larutan pembangkit garam diazonium tersebut sering
ditambahkan natrium asetat dan asam
asetat sebagai larutan penyangga, agar pH larutan pembangkit selalu
tetap berkisar 4,5 – 5.
zat warna naptol Soda kostik
Pera s
Garam
diazonium
°
25 C
|
-
|
°
30 C
|
0
|
45 Menit
60
|
Gambar 9 - 24
Skema proses pencelupan sellulosa dengan zat warna naptol
Skema proses pencelupan sellulosa dengan zat warna naptol
Kadang-kadang sebagai larutan pembangkit tidak dipergunakan garam diazonium, tetapi basa naftol. Untuk itu basa naftol tersebut perlu
diazotasi terlebih dahulu menjadi garam diazonium. Reaksi diazotasi
ini harus dikerjakan di dalam bejana yang
bebas logam pada suhu di bawah 180C bila perlu dengan tambahan
es atau bejana tersebut direndam dalam es. Mula-mula basa naftol dilarutkan
dalam asam klorida dan air mendidih, kemudian ditambah air dingin sampai
suhunya mencapai 180C. Natrium nitrit yang sebelumnya dilarutkan ditambahkan ke dalam larutan tersebut dengan diaduk
terus menerus selama 30 menit
sehingga reaksi diazonium tersebut berlangsung sempurna dan siap dipergunakan
sebagai larutan pembangkit.
9.11.4.2. Pencelupan Cara
Larutan Baku (Standing
Bath)
Karena substantivitas zat warna naftol pada umumnya
rendah, maka air larutan celup dapat dipergunakan
berulang-ulang dengan penambahan zat warna naftol dan garam
diazonium yang lebih sedikit dari pada jumlah yang diperlukan pada permulaan
pencelupan.
Substansivitas zat warna naftol berbeda-beda dan besarnya
substantivitas tersebut dinyatakan dalam jumlah
garam zat warna naftol yang dapat diserap oleh satu kilogram
bahan. Konsentrasi larutan celup dari zat warna naftol dinyatakan dalam gram
per liter larutan. Demikian halnya untuk garam diazoniumnya.
Jumlah zat warna naftol yang dapat diserap oleh bahan dan
jumlah yang perlu ditambahkan untuk pencelupan
berikutnya pada umumnya telah dapat disajikan oleh
pabrik pembuat zat warna tersebut pada buku penuntunnya, sehingga para pemakai
tinggal mengikutinya. Larutan celup tersebut pada umumnya
dapat dipakai sampai sepuluh kali atau lebih, bergantung kepada jenis zat
warna naftol dan kondisi pengerjaannya.
9.11.4.3. Pencelupan pada
Serat Protein
Untuk
pencelupan serat protein perlu diperhatikan, karena serat protein akan rusak oleh alkali kuat, yaitu soda kostik. Oleh
karena itu dalam hal ini digunakan sabun dan natrium karbonat untuk
mencelup serat wol, alkali lemah dan gliserin untuk mencelup serat sutera.
Mula-mula zat warna naftol
dilarutkan sebagai berikut :
Campuran 3
gram sabun dan 12 gram natrium karbonat dilarutkan dalam 30 ml air, dan
dididihkan sampai jernih. 1,25 gram naftol dibuat pasta dalam sebagian larutan tersebut di atas, kemudian ditambahkan
sisanya dan dipanaskan mendidih selama
5 menit. Bahan dari serat wol yang telah dimasak, dimasukkan ke dalam larutan celup yang mengandung
larutan naftol tersebut
pada suhu 500C delama 30 menit. Setelah
selesai, bahan diperas, dibangkitkan dalam
larutan garam diazonium selama 30 menit. Bahan diperas, dicuci air
dingin, disabun pada suhu 500C selama 10 menit dan dibilas.
9.11.4.4. Pencelupan pada Bahan Serat Poliester
Pencelupan pada serat poliester terutama untuk warna hitam
dan biru tua, dimana
warna tersebut sangat sukar diperoleh bila menggunakan zat warna dispersi.
Mula-mula
naftol dibuat pasta dengan bantuan zat pendispersi, kemudian dimasukkan ke dalam larutan celup yang mengandung 2
g/l zat pendispersi pada suhu 700C. Bahan dari serat
poliester yang telah dimasak, dicelup dalam larutan tersebut pada suhu mendidih
selama 20 sampai 30 menit. Asam beta hidroksi
naftolat yang telah dilarutkan dalam zat pendispersi ditambahkan ke dalam
larutan celup dan pencelupan diteruskan selama 1 jam.
9.11.5.
Cara Melunturkan
Bahan yang telah
dicelup dengan zat warna naftol dapat dilunturkan dengan jalan mengerjakannya dalam larutan yang mengandung 2%
zat aktif (Atexal SCA-50) dan 4% soda kostik
padat pada suhu mendidih, selama 30 – 45 menit. Larutan didinginkan
sampai 950C, kemudian ditambah 5 – 6% natrium hidrosulfit.
Pengerjaan diteruskan selama 30 – 45 menit pada suhu tersebut. Selanjutnya bahan dikelantang dalam larutan
natrium hipoklorit 3 g/l khlor aktif
Thanks for sharing.. Butuh zat pewarna napthol berkualitas dengan harga murah? Anda bisa mendapatkannya di Fitinline..
BalasHapusTerima kasih, sangat berguna utk belajar
BalasHapussangat membantu
BalasHapus