Arsip Blog

Senin, 10 Februari 2014

PROSES PENCAPAN (PRINTING) SEKILAS SMK TEKSTIL TEXMACO PEMALANG



P E N C A P A N  (P R I N T I N G)

Pencapan merupakan salah satu metode pewarnaan kain. Jika pencelupan dilakukan dengan mewarnai kain secara merata, maka pencapan dilakukan dengan mewarnai kain secara setempat, dengan menimbulkan corak tertentu. Pencelupan menggunakan air sebagai media, sedang pencapan menggunakan pengental sebagai medianya. Pada proses pencapan dapat digunakan beberapa golongan zat warna tanpa saling mempengaruhi warna aslinya. Pencapan dilakukan sebagai berikut :
1.   Membuat motif, tergantung sistem pencapan yang digunakan, yaitu :
  1. Menggunakan kain kasa (screen)
1)    Kain kasa dipasang pada sebuah bingkai kayu/logam, secara lurus dan tegang.
2)    Pada kain kasa diberi motif dengan berbagai cara, antara lain :
a)   Menempel gambar motif
b)   Digambar langsung dengan lak
c)   Dicetak dengan chrom gelatine
d)   Kasa dipernis dengan bagian yang tertutup dilapisi lagi dengan lak/cat agar kuat.
  1. Menggunakan logam, dilakukan dengan menggravir logam. Logam yang digunakan dapat berbentuk balok maupun silinder.
2.   Membuat pengental
Pasta cap pada umumnya dibuat dari larutan atau disperse cat dalam air atau dalam zat pelarut lain, dengan obat-obat bantu seperti asam, alkali, garam, dan pengental. Penggunaan pengental bertujuan untuk menghasilkan pasta cap dengan kekentalan yang optimal. Syarat pengental yang digunakan dalam pencapan adalah sebagai berikut:
  1. Sesuai dengan bahan yang akan dicap
  2. Sesuai dengan alat/metode pencapan
  3. Tidak mengubah sifat zat warna dan tidak berwarna
  4. Stabil dalam penyimpanan
  5. Tidak bereaksi secara kimia dengan zat warna
Pengental harus mempunyai kekentalan yang optimal. Jika terlalu kental, susah dituangkan, sedangkan jika terlalu encer mudah keluar dari motif yang dibentuk. Kekentalan dapat diukur dengan menuangkan pengental tersebut. Kekentalan optimal dicapai jika selama penuangan pengental tersebut mengalir tidak terputus.
Pemilihan bahan pengental disesuaikan dengan zat warna yang digunakan. Misalnya, zat warna yang mempunyai afinitas rendah terhadap serat hendaknya dipadukan dengan pengental yang mempunyai afinitas tinggi terhadap serat. Sebaliknya, zat warna yang mempunyai afinitas tinggi terhadap serat hendaknya dipadukan dengan pengental yang mempunyai afinitas rendah terhadap serat. Pengental yang digunakan ada beberapa macam, yaitu:
  1. Pengental dari terigu dan tapioka
Tepung terigu dan tepung tapioka dicampur sehingga menghasilkan gom. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut:
1)    Masing-masing tepung dilarutkan di dalam air dengan perbandingan sebagai berikut:
a)   Tepung tapioca 1:10 à 1 kg tapioca dilarutkan dalam 10L air
b)   Tepung terigu 1:15 à 1 kg terigu dilarutkan dalam 15L air.
2)    Kedua larutan tepung dicampur dan dipanaskan antara suhu 100-1000C.
3)    Pengental dibiarkan dingin sebelum digunakan.  
Larutan tepung tapioca dan terigu selanjutnya disebut kanji. Kanji mempunyai kekuatan dan kekentalan yang sangat baik. Namun sifat tersebut menyebabkan sulitnya penyerapan zat warna ke dalam serat, sehingga kanji jarang digunakan sebagai pengental tunggal, melainkan dicampur dengan pengental lain yang kurang kental. Pencampuran tersebut diharapkan dapat menghasilkan pasta zat warna yang mempunyai afinitas tinggi terhadap serat. Kekentalan kanji juga dapat dikurangi dengan menambahkan oksidator seperti natrium perborat dan aktivin S sehingga kanji dapat digunakan sebagai pengental tunggal.    
  1. Tepung dekstrin
Dekstrin adalah tepung tapioca yang telah dikerjakan lebih lanjut sehingga mudah larut dalam air karena molekulnya telah diperkecil dan kekentalannya sudah dikurangi. Pengental dilarutkan di dalam air pada suhu 800C dengan perbandingan 1:1. Dekstrin jarang digunakan sebagai pengental tunggal karena terlalu encer, kebanyakan digunakan bersama-sama dengan tapioka dan terigu
  1. Tepung glukosa
Glukosa adalah dekstrin yang dikerjakan lebih lanjut sehingga molekulnya lebih kecil dan dapat dilarutkan dalam air dingin. Sifatnya yang encer juga membuat glukosa jarang digunakan sebagai pengental tunggal, melainkan dicampur dengan kanji pada perbandingan 1:1, dilarutkan dalam air dingin.
  1. Pengental dari gom
Gom merupakan suatu bahan yang berasal dari getah tumbuh-tumbuhan. Sifatnya yang tidak berwarna adalah salah satu alasan penggunaan gom sebagai pengental. Berdasar sifat kelarutannya, gom dapat dibedakan menjadi:
1)    Gom yang mudah larut dalam air, misalnya gom Arabica, gom traganth, gom Inggris, gom Sudan, gom Kordofa.
2)    Gom yang memerlukan pemanasan agar mudah dilarutkan, misalnya gom universal.
  1. Manutex
Manutex merupakan pengental yang dihasilkan dari tumbuhan laut. Manutex mudah larut dalam air dingin. Seperti gom, manutex juga tidak berwarna. Selain itu, manutex juga tahan disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa mengalami perubahan kekentalan. Manutex menghasilkan pencapan yang rata, dan mudah dibersihkan setelah proses selesai. Konsentrasi manutex sangat tinggi, sebagai pengental cukup digunakan 2-5%. Penggunaan manutex dilakukan sebagai berikut:
1)   Manutex dilarutkan dalam air sambil diaduk
2)   Larutan manutex didiamkan selama ¼ - ½ jam
3)   Pengental siap digunakan
  1. Pengental buatan
Pengental buatan umumnya digunakan pada proses pencapan serat-serat sintetik. Pengental buatan yang sering digunakan antara lain PVA dan CMC. Proses penggunaannya dilakukan sebagai berikut:
1)   Pengental dilarutkan dalam air panas sambil diaduk
2)   Pengadukan dilakukan selama 1 – 2 jam
3)   Pengental dibiarkan dingin sebelum digunakan

Pencapan dapat dilakukan dengan berbagai sistem. Pemilihan sistem pencapan didasarkan pada mesin pencapan yang tersedia. Prosedur pencapan juga ditentukan oleh macam zat warna yang digunakan. Berdasar peralatan yang digunakan, pencapan dapat dibedakan menjadi:
1.   Pencapan kasa (screen printing)
Pencapan kasa sering disebut sebagai sablon. Motif dibuat pada kain penyaring yang disebut kasa yang selanjutnya dipasang pada rangka dalam keadaan lurus dan tegang. Sistem ini banyak digunakan karena macam coraknya tidak terbatas dan coraknya mudah diubah dengan cepat. Penggunaannya, pasta zat warna dituang pada kasa, kemudian ditekan dengan rakel agar zat warna keluar dan mewarnai kain.
2.   Pencapan blok (block printing)
Prinsip yang digunakan pada pencapan blok sama seperti stempel. Motif digravir pada kayu atau logam yang tahan terhadap zat-zat kimia. Penggunaannya, pasta zat warna dioleskan pada bantalan. Selanjutnya, cetakan ditekankan pada bantalan dan dicapkan pada kain.
3.   Pencapan sistem semprot (spray printing)
Cetakan pencapan menggunakan kaleng, kayu, atau karton yang berlubang. Zat warna disemprotkan dengan alat penyemprot atau sikat kepada kain melalui cetakan yang berlubang tersebut sehingga timbul corak pada kain. Sistem ini banyak digunakan untuk mencap karung goni, kayu, logam, dan sebagainya.
4.   Pencapan sistem rol (roller printing)
Cetakan yang digunakan pada sistem ini berbentuk silinder atau rol tembaga. Motif digravir pada rol tersebut. Roller printing biasa digunakan untuk menghasilkan motif-motif kecil dan mahal.
5.   Pencapan rotary (rotary printing)
Prinsip penggunaan sistem ini sama dengan screen printing. Kasa yang digunakan harus tahan terhadap zat kimia dan karat, berbentuk bulat. Sistem ini dapat menggunakan hingga 12 warna, sehingga sangat baik untuk menghasilkan motif strip yang memanjang.
6.   Pencapan flok (flock printing)
Pencapan ini dilakukan dengan menempelkan bulu-bulu atau serat yang telah berwarna.
7.   Pencapan perotin (perotine printing)
Mekanisme pencapan perotin sama dengan pencapan blok. Pada pencapan perotin, blok dan kain digerakkan secara otomatis.
8.   Pencapan alih (transfer printing)
Pencapan ini menggunakan media kertas transfer yang telah diberi motif. Proses pemindahan motif ke kain dilakukan dengan menempelkan kertas transfer pada kain, disertai dengan pemanasan dan tekanan.
9.   Batik
Batik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kain bermotif yang dibuat dengan teknik resist menggunakan material malam.
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.

Penggunaan serat alam seperti mori dan sutera didasarkan pada daya absorbsi yang tinggi sehingga mudah menyerap malam. Kain juga harus mempunyai tenunan rapat dengan kualitas yang bagus agar dapat menjaga mutu motif batik.
Kain yang akan digunakan dicuci dan direbus dalam air mendidih beberapa kali sebelum digambar dengan malam sehingga sisa kanji, kapur, dan semua bahan-bahan yang digunakan pada proses penganjian hilang. Proses ini disebut ngetel. Selanjutnya, proses ngemplong, yaitu kain dipukul-pukul dengan kayu agar licin dan lembut. Mori yang digunakan adalah primisima dan prima.
Canting yang digunakan untuk membatik mempunyai ukuran yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek desain yang bervariasi. Diameter spout pada canting dapat bervariasi dari 1-9 mm. Titik-titik dan garis dapat dihasilkan dengan canting yang mempunyai spout ganda, hingga 9 buah.
Malam yang digunakan dalam proses pembatikan ada beberapa macam. Malam yang umum digunakan berasal dari tawon, karena lunak. Parrafin juga digunakan untuk membantu mengatur kekentalan malam. Seperti halnya pasta pencapan, kekentalan malam juga harus optimal. Malam yang terlalu kental akan sulit digambarkan, sebaliknya malam yang terlalu encer dapat keluar dari motif yang seharusnya. Penambahan resin dapat meningkatkan  daya rekat dan lemak binatang berguna untuk mengatur kekentalan malam.
Warna-warna tradisional dapat dihasilkan dari zat warna alam. Warna utama yang digunakan adalah beige, biru, coklat, dan hitam. Warna biru dapat dihasilkan dari daun tanaman indigofera. Daun dicampur dengan tetes tebu dan kapur, didiamkan semalam. Getah tanaman tinggi ditambahkan sebagai bahan pencampur. Warna biru muda didapatkan dengan proses pencelupan yang lebih cepat. Sebaliknya, warna tua bisa dihasilkan dengan pencelupan 8-10 kali.
Warna coklat (soga) berada pada interval warna kuning muda hingga coklat tua. Warna tersebut dihasilkan dari kulit batang pohon soga. Warna merah tua juga merupakan salah satu warna utama batik tradisional. Warna tersebut didapatkan dari daun tanaman mengkudu (Morinda Citrifolia). Pembuatan batik meliputi proses-proses sebagai berikut :
a.   Pembuatan motif
Pembuatan motif pada batik dilakukan dengan menulis atau mencap dengan malam. Beberapa istilah yang berhubungan dengan proses pemalaman antara lain:
1)   nglowong/ngrengreng, yaitu membatik corak dasar
2)   nembok, yaitu menutupi bagian kain yang tidak diklowong, pada akhir proses, bagian ini berwarna putih atau warna dasar.
3)   Nerusi, yaitu menulis atau mencap permukaan buruk kain dengan motif sesuai motif dasar.
4)   Ngiseni/nyeceki, yaitu memberi titik-titik pada bagian tertentu.
5)   Mbironi, yaitu menutupi bagian kain yang berwarna atau putih agar tidak terpengaruh oleh warna lain.
6)   Ngremuk, yaitu memecahkan malam tembokan agar malam pecah teratur dan pada garis-garis pecahan itu warna dapat masuk dan mewarnai kain.
b.   Pemberian warna
Pemberian warna pada batik dapat dilakukan dengan pencelupan maupun pencoletan. Pencelupan dilakukan dengan larutan zat warna, tanpa pemanasan. Hal ini dilakukan untuk menghindari lelehnya malam batik. Batik colet dihasilkan dengan melukis motif dengan pasta zat warna, umumnya zat warna pigmen. Beberapa istilah yang berhubungan dengan proses pewarnaan antara lain:
1)    Medel, yaitu memberi warna biru tua pada kain setelah kain diklowong, diiseni, dan diterusi.
2)    Menggadung, yaitu menyiram kain batik dengan larutan zat warna.
3)    Coletan, yaitu memberi warna pada kain batik secara setempat dengan pasta zat warna, dimana daerah yang diwarnai dibatasi dengan garis lilin sehingga tidak meresap ke bagian yang lain.
4)    Nyoga, yaitu memberi warna coklat pada kain.
c.   Penghilangan malam
Setelah malam tidak dibutuhkan dalam proses pembatikan, malam dapat dihilangkan. Beberapa istilah yang berhubungan dengan proses penghilangan malam antara lain:
1)     Ngerok, yaitu menghilangkan malam klowong.
2)     Nglorod, yaitu menghilangkan semua lilin pada kain hingga bersih.

6 komentar:

  1. Terima kasih infonya gan, lumayan buat nambah elmu.
    Ditunggu postingan2 berikutnya.

    Finishing Floor Hardener
    Harga Finishing Floor Hardener.

    ----------

    BalasHapus
  2. sangat menarik..kunjungi juga http://www.ahlibeton.co.id/2015/09/floor-hardener.html untuk floor hardener

    BalasHapus
  3. Info daftar Pustaka nya dari mana aja ka?

    BalasHapus