1.15.
Identifikasi Zat Warna
Identifikasi zat warna perlu dilakukan bila kita akan
melakukan pencelupan terhadap bahan tekstil. Untuk identifikasi ini perlu
diketahui jenis seratnya dan cara
identifikasinya. Semua cara identifikasi menentukan golongan zat warna, bukan
jenis zat warna dari suatu golongan zat warna.
Cara
identifikasi zat warna menurut Amerika Assosiation of Textile Chemist and Colorists
(AATCC) meliputi semua golongan zat warna pada serat selulosa, serat protein, serat rayon
asetat, serat nylon, serat poliester dan acrilic. Cara identifikasi ini
berdasarkan pada pemisahan golongan zat warna secara sistematik.
1.15.1. Zat Warna pada Kain Selulosa
Serat selulosa mudah
dikenal dengan uji pembakaran yang akan memberikan abu yang rapuh dan bau seperti kertas terbakar. Kemudian dilakukan pemisahan secara sistimatik untuk mengetahui
golongan zat warna yang ada.
Zat
warna yang ada mungkin digunakan untuk mencelup serat selulosa adalah : zat warna direk, asam,
basa, direk dengan penyempurnaan resin, belerang, bejana, anilin, direk dengan
pengerjaan iring, naftol, pigmen dan zat warna reaktif.
Pengujian zat warna pada
serat kapas dan rayon dilakukan dengan cara yang sama. Zat warna yang dipakai untuk mencelup serat selulosa dapat digolongkan
sebagai berikut.
1.1 5.1 .1. Golongan
I
Golongan ini meliputi zat warna direk,
asam, basa dan direk dengan penyempurnaan
resin. Penggolongan ini didasarkan atas kelunturan zat warnazat warna
tersebut dalam larutan amonia atau asetat encer mendidih yang dilakukan menurut
urutan yang ditentukan.
- Zat warna direk
Cara identifikasi
zat warna direk ini adalah dengan mengerjakan contoh uji dalam tabung reaksi yang
diberi 5 – 10 ml air dan - 1 ml amonia pekat.
Larutan yang berisi contoh
uji ini kemudian dididihkan, supaya melunturkan zat warna sampai larutannya cukup banyak untuk dapat mencelup kapas kembali.
Setelah zat warna yang luncur cukup banyak, contoh uji dikeluarkan dan
ke dalam tabung reaksi dimasukan sepotong kain kapas putih dan garam dapur
sedikit.
Larutan
dididihkan selama 1 menit, dinginkan sampai suhu kamar, kainnya diambil, dicuci
dan diamati pewarnaan pada kain kapas putih tersebut. Pencelupan
kembali pada kain kapas putih dalam larutan amonia dan garam
dapur yang menghasilkan
warna yang sama dengan warna contoh uji,
menunjukkan uji positif zat warna direk.
menunjukkan uji positif zat warna direk.
- Zat warna asam
Zat warna asam ini jarang
dipakai untuk mencelup serta selulosa kecuali untuk jenis rayon yang dapat dicelup dengan zat warna asam. Bila pada uji zat warna direk terjadi pelunturan warna tetapi tidak
mencelup dengan warna yang sangat
muda, maka larutan tersebut dinetralkan dengan asam asetat kemudian tambah
1 ml asetat 10% dan masukkan wol putih, lalu dididihkan larutan itu selama menit, kemudian wolnya
dicuci dan diamati adanya pewarnaan pada wol
tersebut. Bila terjadi pewarnaan pada wol putih tersebut, ini menunjukkan uji
positif zat warna asam.
- Zat warna
basa
Zat warna basa jarang
dipakai untuk mencelup serat selulosa, karena berkembangnya
pemakaian zat warna reaktif. Zat warna basa ini hanya dipakai untuk
mendapatkan bahan dengan warna yang cerah dan murah tetapi tahan luntur warnanya
jelek.
Cara
pengujiannya ialah bila pada uji zat warna direk tidak terjadi pelunturan atau hanya luntur sedikit
maka perlu diadakan uji zat warna basa. Contoh uji dimasukkan pada tabung reaksi, kemudian tambahkan ml asam asetat glasial, panaskan dan
tambahkan 5 ml air dan dididihkan. Kemudian contoh uji diambil dan masukkan serat acrilic yang dapat dicelup dengan zat warna cationic,
atau kapas yang telah dibeits dengan tanin dan terus dididihkan.
Pencelupan
kembali pada serat acrilic atau pada kapas yang ditanin menunjukkan
adanya zat warna basa. Untuk uji penentuan zat warna basa dapat
dilakukan dengan menambahkan larutan natrium hidroksida 10% pada larutan ekstraksi tersebut,
dan tambahkan juga eter.
Larutan
dikocok supaya ekstraksi zat warna basa terserap ke dalam lapisan eter.
Setelah campuran didiamkan sampai terjadi pemisahan lapisan, kemudian tambahkan
air supaya lapisan atas eter berada di dekat mulut tabung, kemudian lapisan dipindahkan
ke dalam tabung reaksi tambah 2 – 3 tetas asam asetat 10% dan dikocok kembali.
Semua zat warna basa akan meninggalkan
lapisan eter dan warna asli akan terlihat dalam lapisan asam asetat.
- Zat warna
direk dengan penyempurnaan resin
Bila contoh uji tidak luntur atau
sedikit luntur pada uji zat warna direk, sedang pada uji zat warna basa hasilnya negatif, maka perlu dilakukan uji
kemungkinan adanya zat warna direk dengan penyempurnaan resin.
Cara
pengujiannya dilakukan dengan memasukkan contoh uji dalam tabung, lalu tambahkan larutan asam
khlorida 1% dan dididihkan selama 1 menit. Kemudian
larutan asamnya dibuang diganti dengan larutan asam yang baru, dan dilakukan
pengerjaan-pengerjaan ekstraksi kembali. Akhirnya dicuci dengan air
dingin. Pengerjaan dengan asam khlorida itu bermaksud untuk menghilangkan
resin.
Setelah pengerjaan tersebut
contoh uji memberikan uji positif untuk zat warna direk maka zat warna tersebut adalah zat warna direk dengan
penyempurnaan resin.
1.15.1.2.
Golongan II
Golongan II meliputi zat warna yang
warnanya berubah pada reduksi dengan natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali. Pada oksidasi kembali oleh udara warna
aslinya timbul lagi. Yang termasuk golongan ini adalah zat warna belerang, bejana dan hitam anilin. Sebelum uji
golongan II dilakukan, harus diuji dulu dengan uji untuk golongan I.
Untuk uji pendahuluan
golongan II ini kita harus melakukan pengujian pada contoh uji dengan cara memasukkannya pada tabung yang ditambahkan 5 ml air dan 1 – 2 ml larutan natrium hidroksida 10%.
Larutan dipanaskan sampai mendididh, lalu tambahkan natrium hidrosulfit
dan didihkan. Semua zat warna golongan ini
warnanya berubah dengan jelas sekali kecuali indanthren biru yang luntur
sekali setelah penambahan natrium hidrosulfit.
Pada
penambahan natrium hidroksida hanya luntur sedikit, berbeda dari warna asli.
Warna senyawa leuko zat warna indanthren biru yang hanya sedikit berbeda dari warna aslinya.
Contoh
uji diambil dan diletakkan di atas kertas saring. Semua zat warna golongan ini akan
teroksidasi kembali ke warna dalam waktu 5 – 6 menit.
Untuk uji penentuan zat
warna indanthren biru caranya adalah dengan meletakkan
contoh uji di atas beberapa kertas saring yang tersusun, kemudian ditetesi dengan 1 – 2 tetas asam nitrat pekat dan
warnanya diamati. Bila contoh uji
berubah warnnya menjadi kuning atau hijau, maka contoh uji diperas dengan kertas saring. Bila kertas saring yang kena
air perasan tersebut berwarna kuning,
lalu tetesi bagian tersebut dengan larutan pereduksi yang terdiri dari stano khlorida, asam khlorida pekat
dan air dalam perbandingan yang sama maka warna biru dari indanthren
biru akan kembali seperti warna semula.
- Zat warna
belerang
Cara pengujiannya
ialah dengan memasukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi, kemudian
tambah air 2- 3 ml, natrium karbonat dan sedikit natrium sulfida. Larutan dipanaskan
sampai mendidih selama 1 – 2 menit.
Contoh
uji diambil, lalu ke dalam tabung reaksi itu dimasukkan kapas putih dan garam dapur. Setelah
larutan dididihkan, kiapasnya diambil diletakkan di atas kertas saring dan dibiarkan di udara yang
teroksidasi. Dengan cara ini zat warna belerang akan mencelup kembali
kain kapas dalam warna yang sama dengan warna contoh uji tetapi lebih muda.
Uji penentuan
untuk zat warna belerang dilakukan dengan mendidihkan contoh uji
dalam 5 ml larutan natrium hidroksida 10%, cuci bersih. Setelah contoh itu dimasukkan dalam tabung
reaksi, tambahkan larutan pereduksi. Mulut tabung ditutup dengan kertas saring di tengah kertas saring ditetesi larutan Pb
asetat alkali. Tabung reaksi tersebut
kemudian diletakkan dalam gelas piala yang berisi air mendidih. Bila dalam waktu 1 menit tetesan Pb asetat pada
kertas saring berubah menjadi coklat
tua atau hitam, maka menunjukkan uji positif zat warna belerang. Uji lebih lanjut pada zat warna belerang dapat dilakukan
dengan membasahi kain contoh uji
dengan natrium hipokhlorit 10%. Zat warna belerang oleh larutan ini akan
hilang warnanya dalam waktu 5 menit.
- Zat warna bejana
Zat warna bejana
dapat diidentifikasikan dengan cara memasukkan contoh uji ke
dalam tabung reaksi, yang ditambahkan air dan 1 ml larutan natrium hidroksida
10%. Kemudian tabung dipanaskan sampai mendidih tambahkan sedikit natrium hidrosulfit
dan didihkan kembali.
Contoh
uji diambil ke dalam larutan zat warna masukkan kapas putih dan garam dapur.
Pemanasan diteruskan sampai mendidih, lalu dinginkan. Kapasnya diambil dan diletakkan di
atas kertas saring supaya teroksidasi oleh udara.
Bila kapas tersebut berwarna sama dengan contoh uji, tetapi lebih muda, maka ini menunjukkan uji positif zat warna
bejana. Kesimpulan ini hanya benar bila uji zat warna belerang memberi
hasil negatif.
- Zat warna hitam anilin
Semua zat warna jenis ini tidak akan
mencelup kembali kain kapas putih pada uji
reduksi dengan natrium sulfida dan natrium karbonat atau uji reduksi dengan natrium
hidrosulfit dan natrium hidroksida.
Uji penentuan untuk zat
warna hitam anilin ini adalah dengan memasukkan contoh uji ke dalam cawan penguap. Kertas contoh uji dituangkan 2 – 3 ml asam sulfat pekat dan diaduk sehingga zat warna
terekstraksi. Larutan ekstraksi zat warna dimasukkan dalam tabung yang
berisi 30 ml air, disaring dengan kertas
saring dan dibilas beberapa kali. Pada sisi kertas saring ditetesi beberapa tetas larutan natrium hidroksida 10%.
Noda yang berwarna merah ungu menunjukkan uji positif zat warna hitam
anilin.
1.15.1.3.
Golongan III
Golongan 3 ini termasuk zat
warna yang rusak dalam larutan natrium hidrosulfit yang bersifat alkali. Larutan ekstraksi zat warna dalam air, air amonia
atau asam asetat tidak mencelup kain
kapas putih. Zat warna yang termasuk golongan
ini adalah zat warna direk dengan pengerjaan iring, zat warna naftol dan zat warna azo yang tidak larut dan zat warna
yang diazotasi dan dibangkitkan.
Uji
pendahuluan untuk golongan ini adalah dengan cara memasukkan contoh uji ke
dalam tabung yang kemudian ditambahkan 5 ml air, 1 ml larutan natrium hidroksida
10% dan sedikit natrium hidrosulfit. Larutan didihkan selama 5 menit.
Semua zat warna
golongan ini akan rusak, sebagian rusak seketika dan sebagian lagi
rusak setelah pendidihan yang agak lama. Kerusakan zat warna ditunjukkan
oleh adanya perubahan yang tetap dari warna asli menjadi putih, abu-abu,
kuning dan jingga. Perubahan ini terjadi baik pada kain maupun larutan
ekstraksinya. Oksidasi kembali dari contoh tidak mengembalikan warna aslinya.
- Zat warna
direk dengan pengerjaan iring formaldehid
Adanya formaldehid pada contoh uji
membuktikan adanya zat warna dari golongan ini.
Uji untuk formaldehid
dilakukan dengan memanaskan contoh uji dalam larutan asam sulfat 5% sampai mendidih. Kemudian larutan ekstraksi ditambahkan setetes
demi setetes ke dalam larutan karbozol 0,1% yang dilarutkan dalam asam sulfat pekat. Bila terbentuk endapan biru,
maka ini menunjukkan adanya formaldehid.
Zat
warna yang tahan lunturnya jelek terhadap pencucian biasa diperbaiki dengan
pengerjaan iring dengan formaldehid atau logam yang pada uji golongan I menunjukkan uji
positif, tetapi kelunturannya dalam larutan amonia encer tidak cukup untuk
mencelup kembali kain kapas putih.
- Zat warna
naftol dan azo yang tidak larutan zat warna yang diazotasi dan dibangkitkan
Kedua golongan zat warna azo yang
tidak larut ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda tetapi mempunyai persamaan
yaitu bahwa zat warna yang terdapat pada bahan tidak pernah terdapat pada
larutan tercelup, tetapi baru terbentuk setelah berada dalam larutan serat.
Pada pencelupan dengan zat
warna yang didiazotasi dan dibangkitkan, kain kapas
dicelup dahulu dengan zat warna direk jenis tertentu kemudian didiazotasi
dan setelah itu dikerjakan dalam larutan pembangkit.
Pada
pencelupan dengan zat warna naftol, mula-mula bahan dikerjakan dengan senyawa fenolat yang
mempunyai daya tarik terhadap kapas dan kemudian
dikerjakan dengan larutan garam diazonium yang distabilkan, sehingga zat
warna akan terbentuk di dalam bahan.
Untuk
identifikasi zat warna ini, pengujiannya dilakukan setelah asam zat warna lainnya
menunjukkan hasil yang negatif, sehingga tinggal membedakan kedua zat warna tersebut.
- Zat warna
naftol dan azo yang tidak larut
Sifat khusus yang utama
dari jenis zat warna ini adalah kelarutannya di dalam piridin. Cara pengujiannya dilakukan dengan memasukkan contoh uji dalam
tabung reaksi yang diberi sedikit piridin dan kemudian dididihkan. Semua
jenis naftol akan larut dalam piridin.
Karena sifatnya yang tidak larut dalam air, maka kelarutan zat warna naftol dalam larutan natrium hidroksida dan
hidrosulfit akan lebih lambat, bila dibandingkan dengan zat warna
lainnya dari golongan III.
Uji penentuan untuk zat
warna naftol, cara uji penentuannya adalah dengan memasukkan contoh uji ke dalam tabung dan tambahan natrium hidroksida 10%
dan sedikit alkohol. Larutan dididihkan, kemudian tambahkan air dan natrium hidroksulfit, dan didihkan lagi. Setelah
warna contoh uji tereduksi, maka larutan ekstraksinya didinginkan dan
disaring.
Pada
larutan filtratnya dimasukkan kain kapas putih dan garam dapur sedikit lalu didihkan. Kemudian
dinginkan dan kapasnya diambil. Hasil pencelupan kembali dengan warna kuning
dan berfluoresensi di bawah sinar ultra violet, menunjukkan bahwa contoh uji dicelup dengan zat warna naftol atau dicap dengan
zat warna azo yang tidak larut.
- Zat warna
yang diazotasi dan dibangkitkan
Zat warna ini dapat ditentukan dengan
tidak adanya jenis zat warna lain pada identifikasi
golongan III. Zat warna yang didiazotasi dan dibangkitkan tidak luntur dalam
piridin dan mudah direduksi pada pendidihan dalam larutan natrium
hidroksida dan hidrosulfit.
1.15.1.4.
Golongan IV
Apabila
semua uji zat warna pada serat selulosa menunjukkan hasil yang negatif, maka
kemungkinan pada contoh uji terdapat zat warna golongan IV yaitu zat pigmen dan zat
warna reaktif.
- Zat warna
pigmen
Untuk
menentukan adanya zat warna pigmen dengan pengikat resin dan jenis dari
pigmennya dapat dilakukan uji dengan mikroskop, uji pelarutan dalam pelarut
dan uji-uji secara kimia. Di bawah mikroskop partikel-partikel pigmen yang
digunakan untuk mewarnai rayon viskosa dengan cara pencelupan larutan, akan terlihat
merata pada seluruh serat.
Ekstraksi
contoh uji dalam pelarut organik pada suhu mendidih misalnya dimetel formamid (DMF)
berguna untuk membedakan beberapa golongan zat warna dan juga sebagai uji pendahuluan zat warna pigmen. Cara pengujiannya adalah dengan memasukkan serat dari
contoh uji dalam tabung yang kemudian ditetesi larutan dimetil formamida
dalam air (I : I), kemudian didihkan. Setelah
itu dinginkan dan pewarnaan yang terjadi pada pelarut diamati.
Kemudian
contoh uji serat yang lain dimasukkan dalam tabung reaksi dan diberi larutan dimetil
formamida 100%, didihkan, lalu dinginkan dan diamati pewarnaan yang terjadi pada pelarutnya. Tua mudanya pewarnaan pada pelarut
merupakan cara untuk membedakan zat warna pigmen dan zat warna reaktif. Bila contoh uji dicelup dengan zat warna
reaktif dan tidak dicuci sempurna, maka contoh uji luntur sedikit dalam
dimetil formida air (I : I).
Tabel
di bawah ini menunjukkan hasil kelunturan macam-macam zat warna pada ekstraksi
dengan dimetil formamida.
Tabel 2– 4
Uji Kelunturan Zat dengan Dimetil Formamida
Uji Kelunturan Zat dengan Dimetil Formamida
DMF : AIR (I : I)
|
DMF 100%
|
Luntur (larutan berwarna)
Semua
zat warna direk, zat warna yang diazotasi,zat warna basa, beitsa
|
Luntur
(larutan berwarna)
Zat warna bejana, bejana
larut, naftol belerang, pigmen, zat warna
basa, beitsa
|
- Zat warna reaktif
Zat warna reaktif
adalah zat warna yang dapat bereaksi secara kimia dengan serat
selulosa dalam ikatan yang stabil. Karena tidak ada cara yang khusus menguji
zat warna reaktif, sebelum dilakukan pengujian yang menunjukkan bahwa zat warna tersebut
adalah zat warna reaktif, maka terlebih dahulu perlu diadakan pengujian yang menunjukkan ada tidaknya zat warna yang luntur dalam
air. Untuk pengujian terhadap beberapa jenis zat warna pigmen dan zat warna
reaktif hasilnya menunjukkan reaksi yang sama.Zat warna reaktif bentuk struktur
kimianya bermacam-macam, tetapi untuk identifikasinya dapat digabungkan dengan
dasar mengetahui jenis gugus reaktifnya.
1.15.2. Zat
Warna pada Kain Protein
Untuk
menguji adanya serat wol dan sutera dilakukan uji pembakaran serat, yang
akan memberikan bau seperti rambut terbakar dan sisanya abu yang rapuh. Untuk membedakan
dengan serat lainnya dilakukan pengujian kelarutan dalam larutan natrium
hidroksida 5%. Zat warna yang biasa dipakai untuk mencelup serat wol atau
sutera ialah : zat warna basa, direk, asam, kompleks logam larut, khrom,
bejana, bejana larut dan naftol.
1.15.2.1.
Zat Warna Basa
Cara pengujiannya dilakukan
dengan memasukkan contoh uji dalam tabung, kemudian
tambahkan alkohol sedikit didihkan selama beberapa menit dan contoh
ujinya diambil.
Alkoholnya diuapkan sampai
kering/hampir kering, kemudian tambahkan air, didihkan
kembali. Setelah itu tambahkan natrium hidroksida 10% dan larutannya
dinginkan, lalu tambahkan eter dan kocok larutan tersebut. Lapisan yang terjadi
biarkan terpisah, kemudian lapisan eter dipindahkan dalam tabung reaksi dan
tambahkan beberapa tetes asam asetat 10% sambil diaduk.
Garam dari zat
warna basa yang dihasilkan harus mempunyai warna yang sama dengan warna
contoh uji yang asli. Uji tambahan untuk menentukan zatwarna basa
dilakukan dengan mencelup kapas yang telah dibeits atau poliacrilic dalam larutan
ekstraksi zat warna dalam alkohol dan tambahkan natrium hidroksida. Zat warna
tersebut akan mencelup serat-serat tersebut.
1.15.2.2. Zat Warna Direk
Contoh uji dimasukkan dalam
tabung, kemudian tambahkan air dan amonia pekat
dan didihkan selama 1 – 2 menit. Contoh uji diambil, kemudian ke dalam larutan ekstrak tersebut masukkan kain putih kapas
dan garam dapur. Larutan tersebut dipanaskan sampai mendidih, lalu
kapasnya diambil. Bila kapas terwarnai tua, maka terdapat zat warna direk.
1.15.2.3. Zat Warna Asam
Cara
pengujiannya sama dengan cara pengujian zat warna direk, tetapi pada pencelupan kembali tidak
ditambahkan garam dapur, melainkan asam sulfat untuk menetralkan amonia, dan kemudian tambahkan beberapa tetes asam yang
berlebih. Masukkan wol dalam larutan ekstrak dan didihkan. Bila wol tercelup
dalam larutan ekstrak itu dalam suasana asam, maka menunjukkan adanya zat warna
asam.
1.15.2.4. Zat Warna
Kompleks Logam Larut (Pencelupan Asam)
Cara pengujiannya sama dengan cara
uji zat warna asam. Zat warna kompleks logam larut dikenal karena adanaya
khrom pada uji abunya.
1.15.2.5. Zat Warna Bejana
Contoh
uji dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu tambahkan natrium hidroksida 10% dan
didihkan sampai semua serat larut. Pada larutan wol tambahkan natrium hidrosulfit, kapas
putih dan natrium khlorida.
Didihkan
larutan, dinginkan kemudian ambil kapas putihnya. Kapas diletakkan di atas kertas saring,
kemudian masukkan dalam larutan oksidasi yang terdiri dari natrium nitrit dan
asam asetat. Bila pada kapas timbul warna, maka menunjukkan adanya zat warna
bejana.
1.15.2.6. Zat Warna Bejana
Larut
Zat warna bejana ini adalah
ester leuko zat warna bejana yang stabil dan larut dalam air. Bila zat warna
digunakan untuk mencelup wol, maka setelan pencelupan
dilakukan pencucian/penyabunan dan pengoksidasian yang akan menghasilkan warna yang sebetulnya dari zat warna
bejana. Zat warna ini dapat diidentifikasi dengan cara untuk zat warna
bejana.
1.15.2.7. Zat Warna Naftol
Jenis
zat warna naftol ini adalah zat warna azo yang terbentuk dalam serat dan tidak
larut dalam air. Pengujiannya dilakukan dengan menunjukkan bahwa uji zat
warna lainnya memberikan hasil negatif dan dalam piridin zat warna ini akan luntur.
1.15.3. Zat Warna
pada Kain Serat Buatan
Sebelum dilakukan
uji zat warna, maka lebih dahulu dilakukan identifikasi seratseratnya,
seperti serat asetat, poliamida (nylon), poliester atau poliakrilat (acrilic), dengan cara uji
pelarutnya. Karena beberapa jenis pelarut akan mempengaruhi zat warna yang ada pada serat tertentu, maka dilakukan pemilihan pelarut, seperti pada tabel 1 – 2 yang
didasarkan pada pemisahan serat.
Tabel 2– 5
Kelarutan Serat-Serat Buatan dalam Berbagai Pelarut
Kelarutan Serat-Serat Buatan dalam Berbagai Pelarut
Serat
|
Larut dalam
|
Tidak larut dalam
|
Selulosa asetat
sekunder |
Aseton dingin
|
Aseton dingin
|
Selulosa asetat (tri)
|
Metilen khlorid
|
DMF mendidih
|
Poliamida
|
Asam formiat 85%
|
Aseton dingin
|
|
mendidih
|
Metilen khlorid dingin
|
|
|
Aseton dingin
|
Poliakrilat
|
N metil pirolidon
|
Metilen khlorid
|
|
mendidih
|
mendidih
|
|
DMF mendidih
|
Aseton dingin
|
Poliester
|
N-metil pirolidon
|
Metilen khlorid
|
|
mendidih
|
DMF mendidih
|
1.15.3.1. Zat Warna pada
Selulosa Asetat
Kelarutan serat dalam aseton
menunjukkan asetat sekunder.
Zat warna yang biasa
digunakan untuk mencelup serat selulosa asetat ialah zat warna dispersi, asam, basa, pigmen (pencelupan
larutan polimer) dan zat warna yang dibangkitkan.
Sering ditemukan serat asetat dalam
keadaan sudah berwarna, yang sebagian besar
dicelup dengan zat warna dispersi atau dengan zat warna pigmen dengan cara pencelupan larutan polimer. Semua jenis
zat warna dapat dianalisa dengan uji perpindahan warna dan ekstraksi
dalam pelarut. Cara pengujiannya dilakukan dengan memasukkan contoh uji dalam
pelarut yang mengandung sabun (5 gr/l) dan
tambahkan kain asetat yang belum dicelup dalam berat yang sama. Larutan
dipanaskan pada suhu 900C selama 10 menit. Lalu diamati perubahan warna pada larutan, warna pada contoh uji dan
derajat perpindahan warna dalam asetat yang belum dicelup. Hasil uji
penyabunanmemberikan tanda yang jelas. Zat
warna pigmen. Zat warna basa akan berpindah ke dalam larutan sabun, tetapi
tidak mencelup kembali zat warna yang larut dalam air.
Cara
pengujian dilakukan dengan mengambil contoh uji kemudian dimasukkan ke
tabung, tambahkan N-metil pirolidon 25%. Tabung reaksi dimasukkan dalam
penangas dan didihkan. Setelah beberapa detik, tabung diambil dan contoh
uji dikeluarkan. Lalu tambahkan dalam tabung reaksi toluen dan air. Tabung dikocok dan diamati
warna yang ada pada lapisan air dan toluen.
- Zat warna
dispersi
Bila uji ekstraksi menghasilkan
pewarnaan yang kuat pada lapisan toluen, kemungkinan
pada contoh uji terdapat zat warna dispers. Uji penentuan dilakukan
dengan memisahkan lapisan toluen dalam corong pemisah. Secara destilasi toluen
diuapkan sisanya didispersikan dalam air dan tambahkan zat pendispersi.
Pencelupan kembali pada kain asetat menunjukkan adanya zat warna dispersi.
- Zat warna asam
Bila
uji ekstraksi di atas menghasilkan pewarnaan yang kuat pada lapisan air dengan warna yang sama
dengan warna contoh asli, lapisan toluen tidak terwarnai, maka pada contoh uji
kemungkinan digunakan zat warna asam. Uji penentuan dilakukan dengan
mengerjakan contoh uji baru dalam 10 ml larutan NaOH 5% pada suhu mendidih selama 2 menit. Contoh uji diambil, dan wol yang belum cicelup dimasukkan dalamlarutan
ekstraksi zat warna. Pada larutan tambahkan
asam sulfat encer, panaskan 900C, maka wol akan terwarnai oleh zat
warna asam.
- Zat warna basa
Bila pada contoh uji terdapat zat
warna basa, maka uji ekstraksi dapat menghasilkan
pewarnaan pada kedua lapisan air dan toluen. Untuk uji penentuan, contoh uji yang baru diekstraksikan
dalam larutan asam formiat 5% pada suhu 900C selama 10 menit. Bila
hasil ekstrak contoh uji dapat mewarnai serat acrilic, maka menunjukkan
adanya zat warna basa.
- Zat warna
bejana
Uji ekstraksi untuk zat warna bejana
tidak mewarnai lapisan air maupun lapisan toluen.
Hal seperti ini juga ditunjukkan oleh serat asetat yang dicelup dengan zat
warna yang dibangkitkan, atau pencelupan dengan pigmen.
Cara
pengujian dilakukan dengan memasukkan contoh uji dalam tabung reaksi, lalu
tambahkan natrium hidroksida 20% dan didihkan. Tambahkan air dan natrium
hidrosulfit dan didihkan lagi. Contoh uji diambil dan ke dalam larutan ekstrak
masukkan kapas putih dan natrium khlorida. Didihkan kembali, dinginkan lalu kain kapas
diambil diletakkan di atas kertas saring dibiarkan teroksidasi. Bila kapas
tersebut diwarnai sama dengan warna contoh uji, ini menunjukkan uji positif zat
warna bejana.
- Zat warna pigmen
Adanya zat warna
pigmen ditunjukkan oleh hasil uji yang negatif pada pengujian-pengujian
zat warna lainnya, dan tidak dapat mewarnai serat apapun dengan pencelupan kembali.
1.15.3.2. Zat Warna pada
Poliamida (Nylon)
Serat
nylon dapat dibedakan dari serat lain dengan sifat kelarutannya yang khusus.
Poliamida tidak larut dalam aseton mendidih, dan DMF mendidih. Poliamida larut sempurna
dalam asam formiat 85%.
Zat warna yang biasa
dipakai untuk mencelup nylon adalah zat warna dispers, direk, asam, basa, naftol dan reaktif. Untuk mengetahui jenis zat warna
yang ada pada serat poliamida, perlu diadakan uji pendahuluan yaitu :
- Uji pencucian
Pada pengujian ini contoh uji
dimasukkan dalam tabung dan tambahkan campuran larutan sabun netral dan natrium
karbonat. Tabung ini kemudian dididihkan dalam penangas air, kemudian tabung
diangkat dan contoh uji dikeluarkan, kemudian
larutan pencucian dibagi dua dalam perbandingan yang sama. Ke dalam
larutan yang satu ditambahkan asam asetat, kemudian masukkan contoh kain yang
terdiri dari macam-macam serat ke dalam tabung tersebut. Kain tersebut diambil, dibilas dengan air dan diambil serat
diamati serat apa yang terwarnai atau ternoda pada kedua pencelupan di
atas.
- Uji kelarutan
Pada pengujian
ini contoh uji dimasukkan dalam tabung reaksi dan tambahkan piridin
air (57 : 43), kemudian letakkan dalam gelas piala yang berisi air mendidih.
Semua jenis zat warna kecuali zat warna bejana, dispers, reaktfif akan luntur dengan cepat
dalam pereaksi ini.
Tabung reaksi diambil dan
contoh uji dikeluarkan. Larutan ekstraksi zat warna diamati, kemudian tambahkan
asam khlorida pekat dan amati perubahan warn pada larutan ekstraksi. Larutan
ekstraksi zat warna dituangkan dalam corong pemisah,
kemudian tambah 15 ml toluen dikocok-kocok dan dibiarkan sehingga kedua
lapisan terpisah dengan jelas.
Zat warna yang larut dalam kedua lapisan tersebut dapat
dibagi sebagai berikut
:
Lapisan toluen Lapisan air
- semua zat warna dispersi - semua zat warna direk
- semua zat warna naftol - semua zat warna basa
- semua zat warna bejana - semua zat warna asam
- beberapa zat warna
dispers reaktif - semua zat warna
khrom
- Zat warna
dispersi
Zat warna dispersi dapat dikenal
karena dapat mencelup kembali serat asetat, nylon
dalam suasana alkalis dan memberikan warna yang tua, sedangkan seratpoliester
yang dapat tercelup dengan zat warna kation akan tercelup dengan warna yang lebih muda. Pada uji kelarutan zat warna
dispersi akan larut dengan cepat dalam ekstraksi larutan campuran
piridin dan air
- Zat warna direk
Zat warna direk
dikenal karena dapat mencelup kembali serat-serat kapas dan viskosa
dalam suasana alkali dan memberikan warna tua. Zat warna direk luntur
dengan cepat dalam ekstraksi dengan larutan campuran piridin dan air dan pada uji kelarutan akan
tetap tinggal dalam lapisan air.
- Zat warna asam
Zat warna asam dapat mencelup kembali
serat nylon, acrilic, wol dan sutera dalam
suasana asam. Zat warna asam sukar mencelup kembali serat-serat lain dalam suasana alkali. Zat warna asam luntur
dengan cepat dalam ekstraksi dengan
larutan campuran piridin dan air pada uji kelarutan akan terlihat dalam
lapisan air.
- Zat warna basa
Zat warna basa
akan luntur dengan cepat pada uji pencucian dan dikenal karena
dapat mencelup serat-serat acrilic, poliester yang dapat dicelup dengan zat warna kation.
Uji penentuan untuk zat
warna basa.
Pada larutan yang mengandung lapisan
air dan toluen dari uji kelarutan, ditambahkan
natrium hidroksida 10% sampai lapisan air bersifat alkali. Corong pemisah dikocok, kemudian didiamkan sampai kedua
lapisan terpisah. Zat warna basa
yang bersifat alkali menjadi tidak berwarna atau berubah warnanya dan
akan berpindah dari lapisan air ke dalam lapisan toluen. Lapisan toluen
dipisahkan dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan asam asetat 10% beberapa tetes dan dikocok. Zat warna basa akan
berpindah dari lapisan toluen ke dalam
lapisan asam asetat dan memberikan warna yang sama dengan warna aslinya
1.15.3.3.
Zat Warna pada Poliester
Serat poliester
diidentifikasi dengan ketidak larutan dalam asam formiat 85%. Serat poliester terhidrolisa sempurna pada
pendiddikan selama beberapa menit dalam larutan natrium hidroksida 2N
dalam metanol. Zat warna yang biasa digunakan untuk mewarnai serat poliester
adalah zat warna dispersI, kation, bejana, pig men dan zat warna yang
dibangkitkan.
Cara pengujiannya dilakukan
dengan meletakkan kaprolaktam dalam tabung reaksi
di atas nyala api bunsen dan larutkan contoh uji poliester dalam massa kaprolaktam yang meleleh sambil diaduk dengan
pengaduk kaca. Kemudian tabung
dijauhkan dari api dan tambahkan etanol, lalu campuran ini dididnginkan,
diencerkan dengan eter dan disaring.
Bila lapisan eter
terwarnai, maka dilakukan 2 kali ekstraksi dengan air, yaitu untuk memisahkan
kaprolaktam dengan menambahkan natrium sulfat untuk mencegah terjadinya emulsi.
Lapisan eter
dipisahkan dalam tabung dan tambhkan air, bersama zat pendispersi.
Eter diuapkan dengan jalan mendidihkan larutan di atas penangas air,
masukkan kain asetat putih ke dalam dispersi zat warna dalam air, diamkan
selama 10 menit. Pewarnaan pada kain asetat menunjukkan adanya zat warna dispersi warna pada asetat
sama dengan warna pada contoh uji.Bila warna yang terjadi warna muda, maka
menunjukkan adanya zat warna bejana atau zat warna yang dibangkitkan. Bila
keadaan seperti di atas, maka contoh asetat
diambil dan dispersi zat wrana dicampur dengan natrium hidroksida 1 N dan sedikit natrium hidrosulfit
sambil diaduk. Bila warna hilang atau
berubah dan warna asli tidak timbul, maka zat warna adalah zat warna yang
dibangkitkan.
Bila poliester
telah dicelup dengan cara pencelupan larutan polimer dengan zat warna
pigmen atau basa, maka ekstraksi lelehan kaprolaktam dalam eter hampir
tidak berwarna dan endapan poliester pada saringan berwarna jelas. Jika contoh uji dididihkan
dalam asetat glasial selama satu menit, dan larutan diuapkan di atas penangas
air dan sisanya dilarutkan dalam air, kemudian sepotong kapas yang telah
dibeits dengan tanin atau serat acrilic dimasukkan dalam larutan ekstrasi tersebut dididihkan. Bila kapas yang dibeits
demikian pula acrilic terwarnai, maka hal ini menunjukkan uji positif
zat warna basa.
1.15.3.4.
Zat Warna pada Poliakrilat (Acrilic)
Serat acrilic
terutama terdiri dari poliakrilonitril. Serat poliakrilat ini dapat ditentukan
dengan ketidak larutannya dalam asam formiat 85% dalam keadaan mendidih,
dan dari kelarutannya N-metil pirolidon mendidih. Serat poliakrilat yang
dapat dicelup dengan zat warna kation dan zat warna asam adalah golongan yang
terbesar. Zat warna yang biasa digunakan untuk mencelup serat
poliakrilik adalah zat warna dispersi, basa, asam dan zat warna kompleks logam.
Cara pengujian untuk memisahkan
golongan zat warna pada serat poliakrilik adalah dengan memasukkan contoh uji
ke dalam tabung yang ditambhkan Nmetil
pirolidon 40% dalam air. Tabung ini dididihkan selama 20 menit sampai zat
warna luntur ke dalam larutan. Pelarut lain yang mengekstraksi zat warna kation dan asam adalah campuran piridin air (57 :
43). Kemudian tabung diambil dan
contoh uji dikeluarkan. Ekstrak zat warna dituangkan dalam tabung reaksi
yang berisi toluen, dikocok-kocok, tambah air dan kocok lagi. Larutan didiamkan sebentar, sampai lapisan-lapisan
terbentuk dengan jelas.
Zat warna yang larut dalam kedua
lapisan tersebut dapat dibagi dalam golongan sebagai berikut :
Golongan I Golongan
II
Lapisan toluen : Lapisan
air :
- semua zat warna dispersi - semua zat warna
basa
- beberapa zat warna kompleks - semua zat warna asam
logam
1 : 2 (pencelupan netral) -
semua zat warna khrom
-
beberpa zat warna kompleks
logam
1 : 2 (pencelupan netral)
- Golongan I
Zat
warna dispers dan zat warna kompleks logam netral. Untuk uji penentuan lapisan toluen dipisahkan dengan corong pemisah,
dicuci dengan air dan diuapkan. Sisa penguapan dispersikan dengan
larutan pendispersi 10%. Kemudian dispersi zat warna tersebut dipakai untuk
mencelup wol dan asetat. Adanya zat warna dispers akan mencelup wol dan asetat.
- Golongan II
Zat
warna basa.
Pada larutan
toluen yang diperoleh dari pengujian yang terdahulu, tambahkan 2 ml
larutan natrium hidroksida 10%. Kemudian tabung dimasukkan dalam gelas piala yang berisi air
mendidih selama beberapa menit. Tabung reaksi diambil, dinginkan, kocok dan diamkan sampai terjadi dua lapisan yang terpisah
dengan jelas. Lapisan toluen
dipisahkan dalam tabung, lalu tambahkan asam asetat 10% dikocok
baik-baik dan diamkan. Zat wrana basa akan mewarnai lapisan asam bagian bawan
dengan warna yang sama dengan warna contoh asli.
Zat warna asam
Bila abu dari contoh uji
tidak mengandung logam berat dan bila diuji zat warna basa negatif, maka
menunjukkan zat warna asam.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical