P E N Y E M P U R N A A N K H U S U S
1.
Penyempurnaan
Kimia
- Merserisasi
Pada
awalnya proses merserisasi ditemukan oleh John Mercer
tahun 1948. Proses tersebut dilakukan untuk serat kapas dan dikerjakan tanpa
tegangan sehingga diperoleh kain sebagai berikut :
1) Kain
menjadi mengkeret
2) Breaking
length bertambah
3) Daya
absorbsi meningkat
4) Afinitas
meningkat pada temperatur rendah
Selanjutnya pada tahun 1890 Horas
Lowe menemukan proses merserisasi yang menghasilkan kain dengan daya kilap yang
tinggi menyerupai sutera. Proses tersebut dikerjakan dengan memberikan
tegangan. Bertambahnya daya kilap disebabkan oleh reorientasi rantai-rantai
molekul selulosa yang menyebabkan deretan kristal menjadi lebih pararel dan
teratur. Proses merserisasi akan mengakibatkan pelepasan puntaran serat (convolution)
dan menghasilkan penampang serat yang lebih silindris. Derajat merserisasi
dapat diukur dengan menghitung dekonvolusi serat.
Proses merserisasi dapat dilakukan
dalam bentuk benang atau kain, baik kain grey maupun kain yang telah
dimasak/dicelup. Kilapnya dipengaruhi oleh struktur anyamannya, dimana anyaman
satin dan keper memberikan hasil yang lebih baik. Faktor lain yang mempengaruhi
derajat merserisasi adalah :
1) Obat
bantu yang dipakai; alkali yang paling baik digunakan
yaitu NaOH 30-360Be (±
25% larutan NaOH)
2) Temperatur
proses; hasil terbaik diperoleh pada temperatur rendah, ± 200C dengan konsentrasi
NaOH yang tetap agar diperoleh hasil kilap yang rata. Pada temperatur ± 300C NaOH dapat merusak
selulosa (terjadi oksiselulosa)
3) Waktu
proses; proses merserisasi hanya berlangsung selama ± 40 detik, yaitu waktu pengerjaan
kostik soda di dalam serat. Proses yang lebih lama tidak memberikan hasil yang
lebih baik.
4) Tegangan;
pemberian tegangan dapat dilakukan dengan 2 cara :
a) bahan
dikerjakan dengan tegangan baik saat impregnasi maupun saat pencucian.
b) pemberian
tegangan dilakukan setelah impregnasi sebelum pencucian.
Jumlah tegangan harus diusahakan
agar dapat mengembalikan ke panjang semula. Pemberian tegangan yang dilakukan setelah
pencucian akan memberikan hasil kilap yang kurang sempurna. Selain itu perpanjangan
yang dicapai akan mengkeret lagi dalam pencucian yang pertama.
5) Kualitas
bahan; hasil terbaik akan diperoleh pada kain yang telah dimasak sebelum
proses. Merserisasi yang dilakukan sebelum pemasakan akan terganggu oleh daya
serap kain yang rendah. Impregnasi yang terlalu singkat dapat dibantu dengan
penggunaan 1% pembasah. Bahan yang akan dimerserisasi sebaiknya dibakar bulu
terlebih dahulu, karena bulu-bulu yang ada akan mengkeret dan mengurangi daya
kilap. Merserisasi yang dilakukan sebelum pemutihan akan menghasilkan kain yang
lembut namun kurang merata.
Merserisasi dilakukan dengan proses sebagai berikut :
1) Impregnasi dalam larutan NaOH (dengan atau tanpa
tegangan)
2) Pemberian
tegangan agar diperoleh hasil yang mengkilap
3) Pencucian
dalam keadaan tegang
4) Penetralan
alkali
5) Pencucian
6) Pengeringan.
- Swiss Finish
Swiss finish
ditemukan oleh Heberlein dengan proses seperti merserisasi biasa namun
dilakukan pada suhu 0-100C. Efeknya dapat ditingkatkan dengan
penggunaan asam sulfat pada konsentrasi 510Be (65% larutan H2SO4).
Sifat tembus cahaya dapat diperbesar dengan penggabungan merserisasi dingin dan
merserisasi temperatur biasa, baik sesudah maupun sebelum merserisasi. Hasil yang
diperoleh dibanding merserisasi adalah sebagai
berikut :
1) Kilap
lebih tinggi
2) Pegangan
bahan lebih keras
3) Untuk
bahan yang halus (Foile dan Organdi) memberi sifat tembus cahaya (transparan)
4) Hasil
lebih permanen
- Perkamen
Perkamen merupakan proses penyempurnaan
khusus yang dilakukan untuk menghasilkan kain yang kaku (stiff) dan
transparan dengan pengerjaan dalam asam sulfat pekat. Kesulitan yang sering
terjadi antara lain pengawasan yang teliti terhadap konsentrasi asam, suhu, dan
waktu. Proses yang dilakukan sebagai berikut :
1) Bahan
dikerjakan dalam asam sulfat pada suhu kamar selama 15 detik
2) Bahan
diberikan tegangan (tidak diharuskan, tergantung pada jenis bahan)
3) Bahan
dicuci bersih hingga bebas dari asam sulfat
4) Bahan
disetrika dengan kalender untuk meningkatkan daya kilap dan transparansinya.
- Creping
Proses creping dilakukan terhadap
bahan untuk menghasilkan permukaan bahan yang keriput. Proses creping dapat
disamakan dengan proses pencucian tanpa tegangan dengan maksud memberikan
kesempatan kepada bahan untuk mengkeret secara wajar. Prosesnya berlangsung
sebagai berikut :
1) Bahan
dikerjakan dalam larutan yang dapat menggelembungkan serat.
2) Bahan
disetrika pada suhu yang tinggi dengan kalender, lalu dicuci hingga bersih.
Bahan akan mengkeret secara mendadak saat disetrika pada
suhu tinggi sehingga permukaannya menjadi tidak rata.
- Penyempurnaan resin
1) Tahan
kusut; dilakukan untuk memperoleh kain yang tidak mudah kusut. Senyawa resin
akan mengisi pori-pori serat sehingga serat mempunyai daya lenting yang baik
untuk mencegah serat terlipat membentuk kekusutan.
2) Tahan
api; proses ini bertujuan untuk melokalisir atau memperlambat nyala api pada
bahan. Dilakukan dengan garam yang titik lelehnya sangat rendah sehingga jika
terkena nyala api garam tersebut akan meleleh melindungi bahan. Dapat juga
dilakukan dengan garam yang mudah membentuk senyawa oksida yang dapat mengikat
oksigen di sekitar bahan atau dengan resin yang mudah menimbulkan gas di
sekitar bahan.
3) Anti
mengkeret; dimaksudkan untuk mencegah bahan mengkeret setelah pencucian
sehingga bentuknya tidak berubah walaupun dicuci berkali-kali. Proses ini
dilakukan terutama untuk bahan rayon. Dalam air, serat rayon akan
menggelembung, sehingga perlu dikerjakan dengan resin yang mencegah
penggelembungan. Cara lain adalah dengan mengerjakan bahan dalam larutan
formaldehid lalu dikeringkan dan dikondensasi pada suhu 1500C selama
3 menit. Resin tersebut akan melapisi dan mengikat anyaman tenun atau jeratan
rajut dan menjadi penjaga stabilitas dimensi kain sehingga kain tidak mudah
susut saat pencucian.
4) Tahan
air dan tolak air; perbedaannya yaitu, bahan yang tahan air berarti dapat
dilalui air namun tidak basah. Sedangkan bahan yang tolak air berarti sama
sekali tidak dapat dilalui oleh air. Resin tolak air biasa digunakan untuk
bahan jas hujan, payung, kap mobil, atau tenda terpal. Resin tahan air biasa
digunakan untuk pakaian renang.
5) Anti
slip; pelapisan bahan tekstil dengan resin anti slip bertujuan untuk menjaga
agar benang-benang dalam kain stabil dan tidak mudah bergerak sehingga kain
tidak merenggang atau miring susunan benangnya.
6) Anti
statik; bertujuan untuk menghilangkan atau menetralisisr kandungan listrik
statis pada kain. Adanya listrik statis menyebabkan kain tidak nyaman dipakai,
kotoran mudah melekat, dan mengganggu kesehatan. Resin antistatic mengandung
ion-ion atau muatan listrik yang berlawanan dengan muatan listrik yang
dikandung bahan tekstil sehingga menetralisir muatan listrik tersebut.
7) Anti
serangga; dilakukan dengan resin yang mengandung zat antiseptic untuk mematikan
setiap kuman dan bakteri yang melekat pada kain tersebut. Penyempurnaan anti
serangga biasa dilakukan pada kain-kain yang akan digunakan di pusat pelayanan
kesehatan atau rumah sakit.
8) Anti
jamur; pengerjaan dilakukan di dalam resin yang dapat mencegah kelembaban kain
sehingga sulit bagi jamur untuk hidup dan berkembang di kain.
9) Anti
karat; penyempurnaan anti karat dilakukan pada bahan tekstil yang beresiko
tinggi untuk berkarat karena berhubungan dengan besi seperti kain untuk kereta
bayi, tas, dan ransel.
10) Lipat
permanent; penyempurnaan ini bertujuan untuk mendapatkan efek bentuk permanent
dengan bantuan resin dan dimasukkan pada mesin pelipit sekaligus pemanas untuk
setting bentuknya. Secara manual, biasanya lipit dibuat terlebih dahulu baru
disapukan resin dan dimantapkan dengan setrika. Kain yang dilipit permanent
contohnya gorden, rok, kerah jas, sudut celana, dsb.
11) Turbenasi;
penyempurnaan ini dilakukan untuk membuat kain menjadi kaku dalam memenuhi
keperluan khusus seperti untuk pelapis kerah dan ujung kemeja lengan panjang.
Pengerjaannya dilakukan dengan meletakkan bahan termoplastis di antara dua
kain, kemudian dilewatkan pada rol bersuhu 100-1800C dengan diberi
tekanan. Hasilnya, kedua kain tersebut akan saling melekat sehingga diperoleh
kain yang kaku.
12) Wash&Wear;
bertujuan untuk menghasilkan bahan yang cepat kering dan tidak kusut sehingga
bisa langsung dipakai setelah dicuci.
2. Penyempurnaan
Mekanik
- Penggarukan (Raising)
Proses ini dilakukan untuk
menghasilkan kain dengan permukaan yang berbulu halus, seperti kain flannel.
Kain yang digaruk dapat berupa kain tenun maupun kain rajut. Bulu hasil
penggarukan tidak sama dengan bulu yang terdapat pada beludru, corduroy,
handuk, atau permadani. Hal ini disebabkan bulu-bulu pada kain-kain tersebut
dihasilkan oleh proses pertenunan, sedangkan bulu pada kain flannel dihasilkan
dari kain yang mengalami proses penggarukan. Penggarukan merupakan salah satu
proses penyempurnaan mekanik yang bertujuan untuk mengeluarkan bulu-bulu halus
atau ujung-ujung serat pada permukaan kain.
Penggarukan dilakukan dengan sikat
logam berbentuk silinder. Bagian utama mesin garuk (raising machine)
adalah silinder atau tambur besar yang permukaannya terdiri dari sikat stainless
steel berupa barisan rapat dari kombinasi jarum-jarum lurus dan bengkok.
Jarum bengkok berfungsi menggaruk ujung-ujung serat keluar dari permukaan kain,
sedangkan jarum lurus berfungsi menyisir bulu-bulu yang terjadi dan
mengeluarkan kotoran.
Penggarukan dapat dilakukan
berkali-kali untuk menghasilkan bulu yang tebal, dapat juga dilakukan pada
kedua permukaan. Konstruksi kain, seperti ketebalan dan kerapatan anyaman,
harus diperhatikan untuk menyesuaikan dengan tebal bulu yang mungkin
dihasilkan. Kondisi yang tidak sesuai dapat menimbulkan kerusakan kain.
- Sanforis
Proses pembuatan kain menyebabkan
ketegangan pada benang penyusunnya. Tegangan tersebut tersimpan dalam kain
menjadi energi potensial untuk menyusut kembali ke ukuran semula. Akibatnya
kain dapat menyusut setelah dicuci. Penyusutan kain dapat dihindari
dengan proses sanforis. Kain yang telah melalui proses ini diberi label
‘sanforized’ pada bagian tepinya.
Sanforis merupakan proses
penyempurnaan mekanik yang bertujuan untuk menghasilkan kain yang tidak
menyusut atau mengkeret. Diharapkan mengkeret pada kain tidak lebih dari 1%.
Proses sanforis didasarkan pada sifat pergerakan molekul-molekul dalam kondisi
pemanasan dengan uap. Selain itu, proses penguluran atau penyuapan kain yang
berlebih juga membantu proses pemengkeretan secara lebih cepat.
Mesin sanforis terdiri dari tambur
atau silinder stainless steel yang berlubang-lubang untuk melewatkan uap panas.
Gerakan silinder penyuap yang lebih cepat dibanding kecepatan penarikan
menyebabkan terjadinya penguluran kain (kain masuk ke mesin sanforis tanpa
tegangan). Uap bekerja menggerakkan molekul-molekul serat dan memekarkan serat
sehingga tegangan yang tersimpan dalam serat, benang, atau kain tersebut
hilang. Kain memang menjadi lebih pendek dan sempit, namun dalam pemakaian
tidak akan mengkeret lagi.
- Decatising
Proses decatising biasa
dilakukan pada kain yang memerlukan sifat kegembungan, kemekaran, atau
keempukan, misalnya untuk selimut, kain-kain berbulu seperti flannel, dan
kain-kain wol untuk bahan suiting. Decatising merupakan proses
penyempurnaan mekanik yang menggunakan energi uap untuk mendapatkan sifat bulk
pada kain.
Mesin decatising terdiri
dari tambur/silinder besar yang berpori tempat mengalirkan uap panas. Kain yang
akan diproses digulung pada permukaan silinder dengan ditutupi selimut untuk
menahan uap agar dapat bekerja pada kain yang diproses. Uap tersebut akan
bekerja menggerakkan molekul-molekul serat dan menggelembungkannya hingga
mekar. Pada kain berbulu, bulu akan mengembang sehingga tercipta permukaan yang
empuk.
- Penyetrikaan (Calendering)
Calendering
merupakan proses penyempurnaan mekanik yang bertujuan untuk mendapatkan
berbagai efek pada bahan tekstil dengan bantuan tekanan dan panas. Mesin calender
terdiri dari lima
buah rol, masing-masing tiga buah rol logam dan dua buah rol empuk dalam posisi
berselang-seling. Rol logam
berfungsi sebagai setrika, sementara rol empuk berfungsi sebagai meja setrika. Hampir
semua kain melalui penyetrikaan sebelum dijual.
Proses
sederhana ini dapat diubah bila pada kain diinginkan efek-efek khusus. Tekanan
antar rol dapat diatur, disesuaikan dengan ketebalan kain dan efek yang
diinginkan. Temperatur juga harus disesuaikan dengan jenis kain atau serat
kain, karena temperatur yang tidak sesuai dapat merusak kain. Efek utama yang diperoleh
adalah permukaan licin seperti proses setrika, sedangkan efek lain adalah :
1) Efek
licin
Berfungsi seperti setrika,
melicinkan dengan bantuan pasangan rol-rol logam panas dan rol empuk. Efek
penyetrikaan ini dapat dilakukan pada satu atau dua permukaan.
2) Efek
moiré
Efek ini sering dijumpai pada
kain-kain yang tipis seperti chiffon. Efek licin mengkilap dengan kilau yang
berawan-awan dapat diperoleh dengan mengganti rol logam tengah mesin calender
dengan rol berulir. Kain selanjutnya diproses dengan tegangan tertentu, dimana
gesekan rol berulir akan menimbulkan efek berawan-awan pada kain.
3) Efek
embose
Efek
embose adalah efek permukaan kain bermotif menonjol. Efek ini dapat
diperoleh bila salah satu rol logam yang digunakan pada mesin calender diganti
dengan rol logam bermotif menonjol. Motif pada rol tersebut akan menekan
permukaan kain membentuk motif cekung atau cembung pada kain tersebut. Efek embose
akan lebih baik pada kain yang bersifat termoplastis seperti nilon dan
polyester. Kain krep juga dapat dibuat dengan memanfaatkan sistem embose,
yaitu dengan bantuan rol bermotif alur-alur atau permukaan berkerut.
kami menawarkan jasa finishing kain dan printing kain dengan hasil terbaik. bagi yang berminat silahkan mengunjungi situs resmi kami di Sakuratex
BalasHapus