PENGELANTANGAN
Pengelantangan
dikerjakan terhadap bahan tekstil bertujuan menghilangkan warna alami yang
disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga
diperoleh bahan yang putih. Pigmen-pigmen alam pada bahan tekstil umumnya terdapat
pada bahan dari serat-serat alam baik serat tumbuhtumbuhan maupun serat
binatang yang tertentu selama masa pertumbuhan.
Sedangkan bahan tekstil dari serat
sintetik tidak perlu dikelantang, karena pada proses pembuatan seratnya sudah
mengalami pemurnian dan pengelantangan, tetapi
untuk bahan tekstil yang terbuat dari campuran serat sintetik dan serat alam diperlukan proses pengelantangan terutama
prosesnya ditujukan terhadap serat alamnya.
Untuk
menghilangkan pigmen-pigmen alam tersebut hanya dapat dilakukan dalam proses pengelantangan
dengan menggunakan zat pengelantang yang bersifat oksidator atau yang bersifat
reduktor.
Pengelantangan dapat dilakukan sampai
memperoleh bahan yang putih sekali, misalnya
untuk bahan-bahan yang akan dijual sebagai benang putih atau kain putih, tetapi dapat pula dilakukan hanya sampai
setengah putih khususnya untuk
bahan-bahan yang akan dicelup atau berdasarkan penggunaan akhirnya.
7.1.
Zat Pengelantang
Dalam pertekstilan dikenal dua jenis
zat pengelantang yaitu zat pengelantang yang
bersifat oksidator dan yang bersifat reduktor. Zat pengelantang yang bersifat
oksidator pada umumnya digunakan untuk pengelantangan serat-serat selulosa dan beberapa di antaranya dapat pula
dipakai untuk serat-serat binatang
dan seat-serat sintetis. Sedangkan zat pengelantang yang bersifat reduktor
hanya dapat digunakan untuk pengelantangan serat-serat binatang.
7.1.1 Zat Pengelantang yang Bersifat Oksidator
Zat pengelantang yang bersifat
oksidator ada dua golongan, yaitu yang mengandung khlor dan yang tidak
mengandung khlor.
Zat pengelantang oksidator yang
mengandung khlor, di antaranya :
-
Kaporit
(CaOCl2)
-
Natrium
hipokhlorit (NaOCl)
-
Natrium
khlorit (NaOClO2)
Zat pengelantang oksidator yang tidak
mengandung khlor, di antaranya :
-
Hidrogen
peroksida (H2O2)
-
Natrium
peroksida (Na2O2) Natrium perborat (NaBO3)
-
Kalium
bikhromat (K2Cr2O7)
-
Kalium
permanganat (KMnO2)
Zat Pengelantang yang bersifat reduktor, antara lain :
-
Sulfur
dioksida (SO2)
-
Natrium
sulfit (Na2SO3)
-
Natrium
bisulfit (NaHSO3)
-
Natrium
hidrosulfit (Na2S2O4)
7.2
Sifat-sifat Zat Pengelantang Oksidator
1.
Kaporit
Kaporit merupakan garam rangkap dari CaCl2 dan Ca(OCl)2,
sehingga mempunyai
rumus CaOCl2.
Semula kaporit
dalam air terurai menjadi garam asalnya, kemudian terhidrolisa menghasilkan
asam hipokhlorit yang tidak stabil dan mudah terurai menjadi asam khlorida dan oksigen.
Reaksi kimia di atas sangat penting artinya dalam
pengelantangan dengan kaporit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penguraian garam hipokhlorit
1) Pengaruh pH
-
pH
> 10, hipokhlorit berada seagai kalsium hipokhorit [Ca(OCl)2].
-
5 < pH < 8,5, larutan lebih banyak mengandung asam
hipokhlorit (HOCl) bebas.
-
pH
< 5, pembebasan gas khlor (Cl2) mulai mengambil bagian.
-
pH
< 3, seluruh asam hipokhorit terurai menjadi Cl2.
2) Pengaruh
karbondioksida
CO2 dari udara mempengaruhi penguraian garam kalsium
hipokhlorit dalam pengelantangan dengan kaporit karena akan terbentuk garam kalsium karbonat, menurut
reaksi kimia berikut :
3)
Pengaruh logam dan oksidanya
Logam -
logam tertentu seperti besi (Fe), tembaga (Cu), nikel (N2), dan kobalt (Co) dalam larutan dingin membentuk oksida atau
hidroksidanya dan
membebaskan O2.
Oleh karena itu logam-logam tersebut
disebut sebagai pembawa oksigen (oxygen
carrier) dengan contoh reaksi kimia yang terjadi seperti :
Reaksi tersebut dikerjakan
terus menerus dan menunjukkan bahan logam maupun bentuk oksida logmnya bersifat
sebagai katalisator yang mempercepat penguraian garam hipokhlorit.
2. Natrium hipokhlorit
Garam natrium hipokhlorit terurai oleh asam kuat menjadi
asam hipokhlorit atau menghasilkan gas khlor tergantung dari banyaknya asam yang
ekuivalen, seperti
reaksi :
Asam lemah juga
dapat menguraikan garam hipokhlorit menjadi asam hipokhlorit
tetapi asam hipokhlorit yang terbentuk tidak dapat terurai menjadi gas khlor oleh adanya
kelebihan asam lemah.
Sifat penting yang sangat berarti
dalam pengelantangan adalah dengan mudahnya garam natrium hipokhlorit
terhidrolisa oleh air menghasilkan asam hipokhlorit yang salanjutnya terurai
menghasilkan oksigen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penguraian garam natrium hipokhlorit
1) Pengaruh pH
- pH > 10,
hipokhlorit berada sebagai natrium hipokhlorit
- 5 < pH < 8,5,
larutan lebih banyak mengandung asam hipokhlorit (HOCl) bebas.
- pH < 5,
pembebasan gas khlor (Cl2) mulai
ambil bagian.
- pH
< 3, seluruh asam hipokhlorit terurai menjadi gas Cl2.
Pada suasana
alkali (pH > 7), asam hipokhlorit yang terbentuk dapat dinetralkan oleh alkali
menjadi garam natrium hipokhlorit
Setelah
penetralan, larutan bersifat alkalis dan terjadi reaksi kesetimbangan sehingga
larutan menjadi lebih stabil.
2) Pengaruh logam dan oksidanya
Seperti
halnya pada pengelantangan dengan kaporit, maka logam-logam dan oksidanya seperti besi,
tembaga, nikel dan kobalt bersifat sebagai katalisator
yang mempercepat reaksi penguraian garam natrium hipokhlorit membentuk
oksida atau hidroksidanya dan membebaskan oksigen.
3. Natrium khlorit
Natrium khlorit dikenal diperdagangkan
dengan nama Textone. Sebagai zat oksidtor dalam suasana netral natrium khlorit
bereaksi lambat, tetapi dalam kondisi asam reaksinya makin cepat.
Sifat natrium khlorit terhadap asam
kuat akan terurai menjadi gas khor dioksida sebagai oksidator yang kuat
Gas khlor dioksida (ClO2) larut dalam air sampai 8 gram/l stabil dalam keadaan gelap, tetapi bila kena
sinar akan terbentuk asam khlorit dan asam khlorat.
Dalam keadaan asam, gas ClO2 mula-mula tereduksi
menjadi asam khlorit selanjutnya terurai
menjadi asam khlorida dan On jika tidak ada yang dioksidasi maka On
mengoksidasi asam khlorit menjadi asam khlorat.
Pengaruh
pH dalam pengelantangan dengan natrium khlorit adalah bahwa pada keadaan netral (pH7)
penguraiannya sangat lambat, maka untuk mengaktifkan penguraian NaClO2 dilakukan pada kondisi
sedikit alkali (pH 8-9) dengan penambahan natrium hipokhlorit seperti reaksi
berikut ini.
ClO2 yang
terbentuk akan bekerja mengoksidasi pigmen-pigmen alam yang terdapat dalam serat.
4. Peroksida
Ada beberapa macam zat pengelantang
jenis peroksida yaitu hidrogen peroksida (H2O2), natrium peroksida (Na2O2) dan barium peroksida (BaO2). Pada
umumnya zat pengelantang peroksida yang sering digunakan di industri tekstil adalah hidrogen
peroksida yang diperdagangkan juga dikenal perhidrol. Dalam perdagangan
hidrogen peroksida berupa larutan yang kepekatannya berkisar 35 – 50% (130 –
200 volume) dan distabilkan dengan asam.
Sifat hidrogen
peroksida mudah larut dalam air pada berbagai perbandingan, jika
dipanaskan mudah terurai melepaskan gas oksigen sehingga sangat efektif digunakan untuk
pengelantangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penguraian H2O2
1) Pengaruh pH
Dalam
suasana asam (pH < 7) H2O2
stabil, sedangkan dalam suasana basa / alkali (pH
> 7) H2O2 mudah terurai
melepaskan oksigen. Makin besar
pH, penguraiannya makin cepat, seperti pada tabel berikut :
Tabel 7 – 1
Perbandingan pH dan Waktu Penguraian H2O2
Perbandingan pH dan Waktu Penguraian H2O2
pH
|
Waktu
|
6,8
|
3 jam 10 menit
|
7,1
|
2 jam 50 menit
|
7,9
|
2 jam 10 menit
|
8,9
|
1 jam 10 menit
|
9,9
|
25 menit
|
2) Pengaruh suhu
Suhu
juga mempengaruhi penguraian H2O2. pada suhu rendah, pembebasan oksigen sangat
kecil, makin tinggi suhu penguraiannya makin cepat.
Penguraian H2O2 yang
efektif untuk pengelantangan terjadi pada suhu 8° - 85°C. Pada suhu di
atas 85°C penguraiannya sangat cepat sekali.
3) Pengaruh stabilisator
Penguraian
H2O2 dapat diperlambat dengan penambahan zat stabilisator meskipun
pengelantangannya dilakukan pada pH dan suhu yang tinggi. Ada
beberapa macam zat stabilisator yang dapat digunakan dalam pengelantangan
dengan hidrogen peroksida di antaranya seperti Natrium Silikat (Na2SiO3), Magnesium Oksida (NgO)
atau Magnesium Hidroksida (Mg(OH)3), Magnesium Silikat, Natrium Metafosfat, Natrium –
Trifosfat dan lain-lain. Jenis zat stabilisator yang banyak digunakan
dalam pengelantangan
adalah Natrium Silikat.
4) Pengaruh logam atau oksida logam
Seperti
halnya pada garam-garam hipokhrolit, beberapa logam atau oksida loga tertentu dapat
mempercepat penguraian hidrogen peroksida membebaskan oksigen seperti reaksi
berikut :
Reaksi tersebut berjalan terus
menerus.
5. Natrium perborat
Dalam air natrium
perborat (NaBO3)
terurai menurut reaksi berikut :
Dari reaksi penguraian terbentuk soda
kostik (NaOH) yang menjadikan larutannya
bersifat alkalis sehingga penguraiannya berjalan perlahan-lahan.
Zat oksidator ini
harganya mahal, sehingga jarang dipakai untuk pengelantangan,
tetapi sering digunakan untuk proses oksidasi zat warna bejana.
6.
Kalium bikhromat
Zat
oksidator jenis kalium bikhromat (K2Cr2O7) tidak
dipakai dalam pengelantangan, tetapi dapat digunakan untuk oksidasi zat
warna bejana dan zat
warna belerang.
Dalam suasana
asam, yaitu dengan asam sulfat (H2SO4), zat oksidator ini dapat melepaskan oksigen menurut
reaksi berikut :
Sedangkan dengan asam khlorida (HCl),
oksidator ini tidak melepaskan oksigen
tetapi melepaskan gas Khlor seperti reaksi berikut :
7.
Kalium
permanganat
Zat oksidator
ini juga tidak dipakai untuk pengelantangan karena reaksinya baik dalam suasana netral maupun
asam, dapat menimbulkan endapan yang berwarna kecoklatan.
Reaksi dalam suasana asam :
Terhadap serat wol, KMnO4 dapat pula mengoksidasi gugusan amina dalam wol sehingga menimbulkan
bintik-bintik yang permanen pada serat.
8.
Sulfur
dioksida (SO2)
Gas ini
terbentuk dari hasil pembakaran belerang :
Sulfur dioksida dalam air dapat menghasilkan hidrogen
yang bersifat sebagai reduktor sehingga dapat digunakan untuk mengelantang
bahan tekstil.
Karena sulfur dioksida ini
berupa gas dan mempunyai daya reduksi yang cukup kuat, maka sebagian terabsorbsi oleh bahan dan agak sukar dihilangkan,
lama kelamaan jika teroksidasi oleh udara yang lembab dapat menimbulkan
efek kekuningan.
9. Natrium sulfit (Na2SO3)
Zat ini berbentuk kristal
tak berwarna dan mengandung tujuh air kristal. Sifat natrium sulfit dalam
larutan asam akan terurai menghasilkan sulfur dioksida menurut reaksi berikut
ini :
Terbentuknya gas sulfur dioksida yang
bersift reduktor, maka zat ini dapat dipakai sebagai zat pengelantang.
10.
Natrium bisulfit (NaHSO3)
Sifat natrium
bisulfit dalam air akan menghasilkan asam sulfit yang kurang stabil sehingga mudah
terurai menjadi air dan sulfur dioksida yang berfungsi sebagai reduktor.
11.
Natrium hidrosulfit (Na2S2O4)
Zat ini berbentuk
bubuk putih yang stabil dan merupakan reduktor yang kuat. Dalam air akan teroksidasi
menjadi natrium bisulfit dan melepaskan hidrogen seperti reaksi berikut :
Pemakaian natrium hidrosulfit lebih
banyak dalam pencelupan dan pencapan.
7.3
Pengelantangan pada Bahan Tekstil
Proses
pengelantangan bahan tekstil dapat dilakukan tidak terhadap semua jenis bahan
dari serat yang berbeda dengan zat pengelantang yang sama, tetapi harus dipilih
kesesuaiannya agar dapat memperoleh hasil yang baik.
Bahan
tekstil dari serat selulosa seperti kapas dan rayon viskosa dapat dikelantang dengan kaporit,
natrium hipokhlorit dan hidrogen peroksida. Pengelantangan
rayon viskosa biasanya menggunakan natrium hipokhlorit akan lebih aman daripada dengan kaporit. Sedangkan
pengelantangan dengan hidrogen peroksida juga lebih baik, karena tidak
terjadi kerusakan serat, tetapi harganya lebih mahal dan memerlukan pemanasan.
Untuk serat protein tidak
dapat dikelantang dengan zat oksidator yang mengandung
khlor, karena dapat terjadi kerusakan serat oleh khlor, sehingga lebih baik pengelantangan serat protein dapat
digunakan dengan zat pengelantang
yang tidak mengandung khlor seperti hidrogen peroksida dan zat pengelantang
yang bersifat reduktor.Sedangkan bahan dari serat sintetik dan rayon asetat
paling baik dikelantang dengan natrium
khorit (Textone) dalam suasana asam. Rayon asetat dapat pula dikelantang dengan natrium hipokhlorit dalam
suasana asam. Pengelantangan dengan zat oksidator yang mengandung khlor.
7.3.1.
Pengelantangan dengan Kaporit
Kaporit termasuk zat
oksidator yang memiliki daya oksidasinya yang kuat sehingga jarang digunakan
untuk pengelantangan serat rayon viskosa karena dapat menyebabkan terjadinya
oksiselulosa yang merupakan jenis kerusakan serat.
Biasanya kaporit digunakan untuk pengelantangan bahan tekstil dari serat
kapas. Kaporit diperdagangakan dalam bentuk bubuk yang mengandung 30% sampai
60% khlor aktif.
Reaksi
kimia yang terjadi dalam pengelantangan
dengan kaporit adalah
sebagai berikut :
sebagai berikut :
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya
kerusakan serat karena oksidasi, pengelantangan dilakukan pada kondisi alkali
dengan penambahan soda abu (natrium karbonat) atau zat lainnya yang bersifat
basa, pengelantangan yang dilakukan dalam
suasana alkali gritupol pH 10 – 11 akan berjalan perlahanlahan dengan
hasil yang baik.
Selama proses
pengelantangan karena pengaruh CO2 dari udara dapat menetralkan kalsium hidroksida membentuk kalsium
karbonat yang mengendap, sehingga
kemungkinan dapat menurunkan pH dan menyebabkan pegangan bahan terasa
kasa. Untuk menghilangkan adanya endapan kalsium karbonat maupun sisa-sisa kalsium hidroksida serta sisir kaporit pada
bahan perlu dilakukan proses pengasaman dengan asam khlorida (HCl).
Dengan proses pengasaman sisa-sisa kaporit akan terurai
menghasilkan asam hipokhlorit,
sehingga memberikan efek pengasaman lanjutan.
Gas
khlor yang timbul selama proses pengelantangan dengan kaporit, sebagian terserap oleh
bahan. Sehingga pada pengeringan, konsentrasi gas khlor makin besar walaupun
jumlahnya kecil, hal ini kemungkinan dapat menyebabkan
kerusakan serat yang mengakibatkan kekuatan serat turun. Oleh karena itu setelah proses pengasaman, perlu diikuti
dengan proses anti khlor dalam
larutan natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit untuk mengikat khlor yang mungkin
ada dalam bahan.
Untuk memperoleh
hasil pengelantangan dengan kenampakan yang lebih cerah setelah tahapan-tahapan proses
di atas selesai dan diikuti pencucian, selanjutnya dapat dilakukan proses
pemutihan optik dengan zat-zat pemutihan optik seperti leucophor, blankophor,
uvitex dan lain-lain.
Contoh resep pengelantangan
dengan kaporit :
1. Pengelantangan
Kaporit : 2 –
3 gram/l
Na2CO3 : 7 gram/l
(pH = 11)
Pembasah : 1 cc/l
Waktu :
60 menit
Suhu : suhu kamar
Setelah selesai dilakukan pencucian
dengan air dingin.
2.
Proses
pengasaman
HCl 200Be : 3 cc/l
Waktu : 15
menit
Suhu : suhu kamar
Setelah selesai
dilakukan pencucian dengan air dingin.
3. Proses anti
khlor
NaHSO3 : 3 g/l
Waktu : 15
menit
Suhu : 500C
Setelah selesai dilakukan pencucian dengan air
hangat, air dingin,
kemudian dikeringkan.
kemudian dikeringkan.
Setelah selesai proses pengeringan kain hasil
pengelantangan dapat dilakukan proses
pemutihan optik.
Proses pengelantangan
dengan kaporit dapat dikerjakan secara perendaman dalam bak porselin atau plastik dan menggunakan mesin Haspel atau mesin Jigger
7.3.2.
Pengelantangan dengan Natrium Hipokhlorit
Natrium hipokhlorit
diperdagangkan dalam bentuk cairan daya oksidasinya lebih rendah
daripada kaporit. Penguraiannya lebih banyak digunakan untuk pengelantangan serat rayon.
Pengelantangan serat kapas dilakukan pada suasana
alkali yaitu pada pH : 11, sedangkan untuk serat rayon viskosa pHnya lebih rendah, dan untuk serat rayon asetat
pengelantangannya dilakukan dalam suasana asam.
Reaksi yang terjadi selama proses pengelantangan dengan
natrium hipokhlorit di
antaranya :
Selama proses pengelantangan
kemungkinan juga terjadi penurunan pH yang apabila mencapai batas tertentu
dapat merusak bahan. Untuk menjaga agar larutan stabil dapat ditambahkan
larutan penyangga.
Dalam pengelantangan dengan natrium
hipokhlorit, pengaruh CO2 dari udara tidak begitu besar, karena
hanya terbentuk natrium karbonat yang larut, sedangkan
pada kaporit dapat terbentuk kalsium karbonat yang mengendap.
Oleh karena itu pengelantangan dengan natrium
hipokhlorit tidak perlu
dilakukan proses pengasaman. Tetapi karena dalam pengelantangan ini juga timbul gas khlor, maka proses anti khlor perlu dilakukan pula. Proses anti khlor dikerjakan seperti halnya pada kaporit yaitu dengan menggunakan natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit.
dilakukan proses pengasaman. Tetapi karena dalam pengelantangan ini juga timbul gas khlor, maka proses anti khlor perlu dilakukan pula. Proses anti khlor dikerjakan seperti halnya pada kaporit yaitu dengan menggunakan natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit.
Contoh resep pengelantangan dengan
natrium hipokhlorit
1. 1). Pengelantangan untuk
kapas
NaOCl : 2 – 3
g/l
Khlor
aktif
Na2CO3 : 5 g/l
pH 11
Zat
pembasah : 1 ml/l
Waktu : 60 menit
Suhu : Suhu kamar
Setelah selesai dilakukan
pencucian dengan air dingin sampai bersih
2). Pengelantangan untuk kapas
NaOCl : 1 – 2 g/l
NaOCl : 1 – 2 g/l
Khlor aktif
Asam asetat : 5
g/l
pH 11
Zat pembasah : 1
ml/l
Waktu : 60 menit
Suhu : Suhu kamar
Setelah selesai dilakukan
pencucian dengan air dingin sampai bersih
2.
Proses
anti khlor
NaHSO3 : 3 g/l
Waktu : 60
menit
Suhu : 500C
Setelah selesai
dilakukan pencucian dengan air hangat dan air dingin sampai bersih
3.
Proses pemutihan optik
Zat pemutih : 0,05 – 0,5% optik
dari serat buatan
Waktu : 15 menit
Suhu : Suhu kamar
Setelah selesai bahan
diperas dan dikeringkan
Pengelantangan dengan
natrium hipokhlorit dapat dilakukan pada bak porselin atau plastik, menggunakan
mesin Ketel Pemutih, Jigger, Haspel dan lain-lain.
7.3.3.
Pengelantangan dengan Natrium Khlorit (Textone)
Natrium khlorit atau textone banyak
dipakai untuk pengelantangan serat-serat sintentik. Proses pengelantangannya
dilakukan dalam suasana asam, sedang dalam suasana alkali daya oksidasinya
sangat rendah.
Pengelantangan dengan natrium
khlorit jauh lebih aman, karena dalam
penguraiannya
mengeluarkan gas khlor dioksida (ClO2) yang
tidak membahayakan serat. Dalam pengelantangan selulosa sampai
pada pH 3 juga tidak
terlihat adanya kerusakan serat, meskipun dilakukan pada suhu hampir mendidih. Jika terjadi kerusakan serat pada pH
rendah adalah karena akibat dari serangan asam bukan karena oksidasi.
Oleh karena itu setelah proses pengelantangan perlu dilakukan penetralan dengan
larutan natrium karbonat encer.
Penguraian natrium khlorit dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain :
-
pH : makin kecil Ph
penguraiannya makin besar.
-
Suhu : makin tinggi suhu,
penguraiannya makin besar.
-
Konsentrasi : makin
besar konsentrasi, penguraiannya makin besar.
Reaksi penguraian natrium khlorit agak komplek. Dengan asam akan terurai
menjadi ClO2 yang aktif
sebagai oksidator sebagian dari ClO2 larut
dalam air membentuk
ion khlorit ( ClO-2 ),
kemudian terurai lagi menjadi ion khlorida ( Cl-
) dan ion khlorat ( ClO-3 ). Di samping itu ClO2 juga dapat melepaskan On
yang bertindak pula sebagai oksidator. Jadi
dalam penguraian natrium khlorit, yang aktif sebagai oksidator adalah ClO2, dan sedikit On yang terjadi dari penguraian ion
khlorit (ClO-2 ).
Untuk pengelantangan serat selulosa
dengan natrium khlorit dilakukan dalam suasana asam pada suhu 600C
atau dengan penambahan NaOCl dalam perbandingan 1 : 1,5 pada suhu kamar dan
suasana agak alkali (pH 9).
Beberapa contoh resep untuk pengelantangan dengan natrium
khlorit pada beberapa
macam serat adalah sebagai berikut :
1.
Pengelantangan
rayon serat
NaClO2 : 0,5
– 1 g/l
pH : 3
– 4
(dengan tambahanasam asetat)
Suhu : 65
– 700C
Waktu : 30 –
60 menit
2. Pengelantangan serat
poliamida
NaClO2 : 0,5
– 1 g/l
pH : 3
– 3,5
(dengan tambahanasam asetat)
Suhu : 85
– 900C
Waktu : 30 – 60 menit
3. Pengelantangan serat
poliester
NaClO2 : 1
g/l
pH : 2
– 3
(dengan tambahanasam nitrat)
Suhu : 960C
Waktu : 20
menit
4. Pengelantangan serat
poliakrilat
NaClO2 : 1
5 g/l
pH : 2
– 3
(dengan tambahanasam nitrat)
Suhu : 950C
Waktu : 60
menit
5. Pengelantangan serat rayon
atau kapas
NaClO2 : 3
g/l
pH : 4
(dengan tambahanasam asetat)
Suhu : 600C
Waktu : 30
– 60 menit
6.
Pengelantangan
serat kapas
NaClO2 : 1
g/l
NaOCl : 1,5
g/l Cl aktif
pH : 8 – 9
(dengan tambahannatrium bikarbonat
(dengan tambahannatrium bikarbonat
dan natrium karbonat)
Suhu : Suhu
kamar
Waktu : 30
– 60 menit
7. Pengelantangan serat pol
iester–kapas atau pol iester–rayon
NaClO2 : 1 – 3 g/l
NaClO2 : 1 – 3 g/l
pH
: 3 – 4
(dengan tambahanasam
formiat)
Suhu : 90
– 950C
Waktu : 60
menit
Serat
sintetik 100% pada pembuatannya serat sudah mengalami pemurnian dan
pengelantangan, oleh karena itu sebenarnya tidak perlu lagi dikelantang, tetapi
cukup dengan proses pemutihan optik. Derajat keputihan yang dihasilkan dengan
pemutihan optik cukup tinggi dan tidak mengakibatkan kerusakan serat atau penurunan kekuatan
tarik serat.
Untuk
bahan campuran dari serat sintetik dan serat alam, misalnya poliester– kasa, poliester–wol,
poliakrilat–kapas dan lain-lain, masih memerlukan pengelantangan terutama
ditujukan terhadap serat alamnya.
7.3.4. Pengelantangan dengan Zat Oksidator yang Tidak Mengandung
Khlor
Beberapa zat
pengelantang oksidator yang tidak mengandung khlor di antaranya H2O2, Na2O2, K2Cr2O7,
KmnO4 dan NaBO3. dalam proses pengelantangan yang sering dipakai pada umumnya hanyalah
H2O2.
Hidrogen
peroksida diperdagangkan dalam bentuk larutan dengan kepekatan 30% atau 100
volum. Zat oksidator ini dapat dipakai untuk pengelantangan bahan dari serat kapas,
rayon, wol dan sutera.
7.3.4.1.
Pengelantangan Kapas atau Rayon dengan Hidrogen Peroksida
Meskipun
hidrogen peroksida harganya lebih mahal dan prosesnya juga perlu pemanasan, tetapi
pengelantangan dengan hidrogen peroksida memberikan beberapa keuntungan karena hampir tidak terjadi kerusakan serat dan prosesnya dapat lebih singkat tanpa melalui proses
pengasaman dan anti khlor.
Pengelantangan
untuk serat kapas, biasanya diperlukan kira-kira 2 volum H2O2 (20
ml/l H2O2 – 100
volume, pH = 11 – 12, suhu 850C dengan metafosfat dan zat pembasah selama 1 – 2
jam).
Pengelantangan secara
kontinyu, merupakan bagian dari proses berkesinambungan dari pemasakan dan
pengelantangan.
Kain dilakukan pada
saturator (diimpregnasi) yang berisi larutan soda kostik kurang baik 3% dan
suhunya 300C. Keluar dari saturator kain diperas oleh sepasang rol pemeras dengan derajat peras 100%.
Selanjutnya kain diuap pada ruang
pemanas dari J-Box dengan suhu 1000C, kemudian dilanjutkan pada storage chamber dari J-Box dengan kecepatan 100 yard/menit. Kain berada
dalam J-Box sekitar satu jam, kemudian kain dicuci melalui bak-bak cuci dari mesin yang diikuti pemerasan, terus masuk
ke saturator yang berisi 0,5 volum H2O2 pada pH
10,5 – 10,8 dengan stabilisator buffer silikat. Keluar dari saturator kain diperas dengan
derajat peras 100%, selanjutnya diuap pada ruang
pemanas J-Box yang suhunya 1000C, kemudian dilakukan pada storage chamber dari J-Box. Kain berada dalam J-Box sekitar
satu jam. Kemudian kain dicuci bersih melalui bak-bak cuci diikuti
pemerasan dan diakhiri dengan penumpukan kain pada tempatnya.
Gambar 7 – 1
Skema Jalannya Kain pada Penghilangan Kanji, Pemasakan,
Pengelantangan Kontinyu
Skema Jalannya Kain pada Penghilangan Kanji, Pemasakan,
Pengelantangan Kontinyu
Keterangan :
A = Pencucian setelah penghilangan kanji
B = Larutan pemasakan dan pengelantangan
C = Ruang pengukusan
D = Pencucian dingin
E = Pencucian panas
F = Pembilasan
G = Pengeringan
7.3.4.2.
Pengelantangan Sutera dengan Hidrogen Peroksida
Pengelantangan sutera dengan H2O2 dilakukan
pada pH 8 – 10 dengan konsentrasi 1 – 2 volum H2O2 (10 – 20 ml/l H2O2 100 volum) dan suhu 750C. Proses
pengelantangannya dilakukan secara perendaman atau secara batching.
1. Pengelantangan secara
perendaman
Bahan direndam dalam larutan H2O2 selama
beberapa jam pada bak perendam atau
jika menggunakan mesin dipakai mesin Haspel.
Untuk bahan yang
ringan sampai setengah berat, digunakan 1,5 – 2 volum H2O2 pada
70 – 750C dengan penambahan O,08 gr/l NH4OH dan 1,5 gr/l natrium silikat selama 5 – 6 jam.
Kemudian bahan dicuci dengan air hangat, dan air dingin. Untuk menghasilkan
bahan yang lebih butih, setelah pencucian dapat dilakukan penyabunan pada suhu
80 – 900C, diperas dengan mesin Sentrifugal, ditumpuk satu malam
selanjutnya dicuci sampai bersih.
2. Pengelantangan
secara batching
Bahan
dipadding dalam larutan 1 – 2 volum H2O2 dengan pH 10 – 11, kemudian
dipanaskan dalam ruang pemanas lembab selama 16 jam, dilanjutkan dengan pencucian dan
dikeringkan jika hasilnya kurang putih, pengelantangan dilanjutkan dengan
pengerjaan dalam natrium hidrosulfit.
Pengelantangan dengan H2O2 dapat dikerjakan bersama dengan proses degumming dengan resep :
H2O2 100 volum :
10 ml/l
Sabun : 8 g/l
Natrium silikat : 2 g/l
Suhu : 70 – 900C
Waktu : 60 menit
Cara pengelantangan dingin Contoh resep :
H2O2 35% : 25 – 100 ml/l
Ufirol : 5 –
20 g/l
Nekanil LH : 2 – 3 g/l
Wet pick up : 60%
Dengan
menggunakan mesin Padding, bahan dipad, digulung dengan rol dan dibungkus
plastik, dibiarkan berputar selama satu malam, kemudian dicuci bersih berturut-turut
dengan air panas dan air dingin.
7.3.4.3.Pengelantangan
Wol dengan Hidrogen Peroksida
Pada
prinsipnya pengelantangan wol dengan H2O2 sama dengan sutera, tetapi untuk mencegah
kerusakan wol pengelantangan dilakukan pada pH dan suhunya lebih rendah. Pengelantangan
wol biasanya dilakukan dengan 2 – 4 volum H2O2 pada pH 7,5 – 8 dan suhu
40 – 500C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengelantangan wol antara lain :
a.
Pengaruh
suhu
Suhu
lebih kecil dari 500C tidak menunjukkan kerusakan serat, tetapi suhu
di atas 500C akan menyebabkan terjadinya kerusakan serat wol,
karena kadar
sistimnya menurun dan kelarutan wol dalam alkali lebih besar.
b.
Pengaruh
konsentrasi
Makin tinggi
konsentrasinya, makin besar pula kemungkinan terjadinya kerusakan serat.
c. Pengaruh pH
Pada
pH lebih kecil dari 7 boleh dikatakan tidak ada pengaruhnya terhadap kerusakan wol, tetapi pada
pH di atas 8 kelarutan wol dalam suasana alkali makin besar.
Pengelantangan wol dengan H2O2 dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu cara perendaman dan cara pembacaman (batching).
1.
Pengelantangan wol cara perendaman
Bahan direndam dalam larutan 0,5 – 4 volum H2O2 pada
suhu 500C selama 1 – 24 jam tergantung dari
kondisi dan jenis wolnya. Zat stabilisator yang digunakan adalah stabilisator C yang merupakan campuran natrium
pirofosfat dan natrium oksalat dan juga natrium silikat sendiri.
Cara perendaman
Contoh
resep :
H2O2 35% : 15 – 25 ml/l
Lufibrol W
: 3 – 5 g/l
Lunetzol : 0,1
g/l
Waktu dan suhu : 1 jam
(pada suhu 800C)
2 jam
(pada
suhu 65 – 700C)
Setelah selesai perendaman, bahan
dicuci bersih dan dikeringkan
2.
Pengelantangan wol cara pembacaman (batching)
Bahan
dipad dalam larutan 1,5 – 10 volum H2O2, pada pH 9 – 10 dan suhu 17
– 270C selama 1 – 24 jam, kemudian dicuci bersih.
Pengelantangan wol dalam
suasana alkali dan stabilisator natrium silikat atau natrium pirofosfat dalam waktu yang lama dan suhu 500C dapat
memungkinkan terjadinya kerusakan serat yang ditandai pada hasilnya
memberikan pegangan agak kaku dan cenderung membentuk felt.
Untuk menghindari kerusakan serap pada
pengelantangan wol dengan H2O2 dilakukan dalam suasana asam. Pengelantangan wol dengan H2O2 dalam keadaan asam dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
7.3.5. Pemutihan Optik
Penggunaan zat pemutihan
optik kaitannya dengan bahan hasil pengelantangan adalah untuk dapat menambah kecerahan
bahan karena pembesaran pantulan sinar,
sehingga kain putih yang diberi zat pemutihan optik nampak lebih putih
dan lebih cerah. Pembesaran pantulan sinar ini disebabkan karena zat pemutihan
optik bersifat fluoressensi. Sinar ultraviolet yang diserap bahan dan selanjutnya diubah menjadi sinar-sinar yang
panjang gelombangnya berubah-ubah.
Fluoressensi violet sampai hijau kebiru-biruan banyak
digunakan untuk zat pemutih karena mengandung warna kuning yang memisah,
sehingga dapat dilihat dengan mata dan dapat berkilau bila menyerap
sinar ultra violet. Zat
pemutihan optik yang efektif, paling sedikit mengandung 4 ikatan rangkap yang
letaknya berselang-seling dengan ikatan tunggal seperti :
-C=C-C=C-C=C-C=C-
atau
–N=C-C=C-C=N-C=C-
Penggunaan zat pemutihan optik
tergantung dari hasil akhir bahan, sehingga dapat dipakai tersendiri atau
bersama-sama dengan proses penyempurnaan khususnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh resep pemakaian zat
pemutihan optik :
1. Untuk bahan kapas atau rayon cara perendaman
1). Leucophor A : 0,25 – 1%
NaCl atau Na2SO4 : 10 %
Suhu : 900C
Waktu : 30 menit
Setelah selesai bahan diperas dan
dikeringkan.
2). H2O2 : 1 – 2 volum
Stalisator C : 5,5 g/l
Suhu : 500C
Waktu : 8 jam
3). H2O2 : 1 volum
pH :7,5 – 8 (Na2SiO3)
Suhu : 500C
Waktu : 12 – 15 jam
4). Untuk bahan tebal/berat
H2O2 : 4 volum
Suhu : 500C
Waktu : 24 jam
pH : 7,5
– 8
2.
Untuk kapas atau rayon cara padding bersama dengan penyempurnaan
Louxophor A : 0,5 – 4 g/l
Finish LCRN : 100 g/l
Sancozin NI : 1 g/l
(pendispersi)
MgCl2 6H2O : 13 g/l
(katalisator)
Prosesnya
kain dipadd dengan efek peras 75%, kemudian dikeringkan pada suhu
1000C selama 5 menit dan akhirnya dipanggang pada suhu 1500C
selama 3
menit.
3.Untuk kain poliester secara
carier
Lencophor
EFR : 0,5 – 2%
Carier : 2 ml/l
Suhu : 980C
Waktu : 60 menit
Untuk menghilangkan sisa-sisa cariernya, setelah proses
bahan dicuci bersih,
dan dikeringkan.
Untuk kain
poliester secara termosol Kain dipad dalam
larutan leucophor EFR 10 – 40 g/l dengan efek peras 60%, dikeringkan
pada suhu 100 – 1200C dan diikuti dengan proses fiksasi secara
termosol pada suhu 180 – 2000C selama 30 – 40 detik.
5. Untuk kain campuran
poliester kapas atau poliester rayon
Proses
pemutihan optiknya dikerjakan dulu terhadap serat poliesternya, selanjutnya diikuti proses kedua terhadap serat
kapas atau rayonnya menurut cara-cara yang dikehendaki
7.3.6. Pemeriksaan
Larutan Zat Pengelantang
1. Pemeriksaan larutan
hidrogen peroksida
Kepekatan larutan H2O2 dinyatakan
dalam persen atau volum oksigen dihasilkan itu berapa kali/volum H2O. H2O2 10 volum artinya oksigen yang dibebaskan pada tekanan dan suhu
normal adalah 10 kali volum H2O2.
Kepekatan
larutan H2O2 dapat
diukur berdasarkan pengukuran berupa banyaknya I2 yang dibebaskan dari KI. 2 gram KI dilarutkan dalam 200
ml air dan ditambahkan 30 ml asam sulfat dibiarkan sampai dingin. Kemudian 10
ml larutan H2O2 encer ditambahkan pada larutan di atas dan dibiarkan
sebentar supaya terjadi reaksi, kemudian yodium yang dibebaskan
dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N dengan indikator
amilum sampai warna biru hampir hilang.
2. Pemeriksaan keputihan hasil
pengelantangan
Pemeriksaan hasil pengelantangan dapat
dilihat secara visual dengan cara membandingkan
bahan yang dikelantang dengan standar keputihan yang d ikehendaki.
Untuk
menyatakan derajat keputuhan dari hasil pengelantangan dapat pula diukur
terhadap persentase pantulan sinar (% refraktan). Makin besar % pantulan sinar maka bahan
tersebut makin putih.
mbak ini sumbernya darimana?
BalasHapusDeby Amaliasari : sumbernya dr buku "teknologi penyempurnaan textile jilid III"
Hapusini sumbernya dari mana ya kak?
BalasHapusIntan nindya swastika : sumbernya dr buku "teknologi penyempurnaan textile jilid III"
Hapusapakah proses bleaching (memutihkan) kain katun yg masih mentah bisa dilakukan sendiri di rumah hanya menggunakan alat2 sederhana?
BalasHapussangat bisa,
Hapusterutama untuk kebutuhan kain tidak skala besar.
kain 2 m < bisa menggunakan panci 5 kg
kain 2-5 m bisa menggunakan panci 2o kg
Kak boleh minta
BalasHapusNomor tlp nya,sy mau tanya detail nya boleh kah?
BalasHapusAslmualaikum wr.wb..Mas bagus bagaimana cara melunturkan kain levis yg berwarna menjadi putih alami No WA Ku 085 228 106 230 terima kasih..
BalasHapusAslmualaikum wr.wb..Mas bagus bagaimana cara melunturkan kain levis yg berwarna menjadi putih alami No WA Ku 085 228 106 230 terima kasih..
BalasHapusMLM kak,sy ingin menghilangkan warna cokelat pada sabut kelapa yg ingin sy olah menjadi bahan pembuat kasur,,,gmn y carany d larutan pengelantang apa ygg sesuai?
BalasHapus